HIDUPKATOLIK.COM – Pekan Biasa XXXII; Tit 2:1-8, 11-14; Mzm 37:3-4,18,23,27,29; Luk 17:7-10
KITA mudah tersinggung ketika kebaikan kita tidak dihargai. Mari bertanya kepada para asisten rumah tangga atau buruh pabrik, sejauh mana menerima apresiasi atas kerja keras mereka setiap hari? Apa yang terjadi jika mereka protes menuntut pujian dari tuan mereka? Besar kemungkinan akan dipecat. Maka mereka membiasakan diri bekerja tanpa berharap mendapat pujian dan sanjungan dari tuannya.
Setiap orang yang mengaku diri hamba Tuhan perlu meniru sikap demikian apabila ingin mengabdi, yaitu memiliki hati lepas bebas, berjiwa besar, dan rela berkorban. Dalam teks latihan rohaninya Santo Ignatius dari Loyola menulis, siapapun yang ingin mencapai tujuan ia diciptakan yakni memuji, menghormati, dan mengabdi Allah, haruslah tidak menginginkan kehormatan melebihi penghinaan.
Siapakah yang menanggung paling banyak penghinaan di dunia ini? Bukan untuk membiarkan diri mati sia-sia namun karena taat kepada Allah yang ingin menguduskan manusia melalui penyerahan diri Putera-Nya. Kita dipanggil untuk mengikuti teladan Sang Putera. Dengan cara apa? Dengan menghidupi semangat hamba. Mari berhenti main raja atau berlagak menjadi tuan terhadap orang lain dan diri sendiri.
Monica Maria Meifung Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta