HIDUPKATOLIK.COM – Saya melihat tayangan online saat Paus Fransiskus mengadakan Misa di Nur-Sutlan, Kazakhstan. Selama Misa, beliau duduk di belakang, sebagaimana kita tahu beliau juga sakit. Saat Liturgi Ekaristi justru Uskup lain yang memimpin. Apakah Bapa Suci masih sebagai konselebran utama dalam Misa ini?
Awiraga, Tangerang
PERLU ketahui bahwa Paus Fransiskus mengidap sciatica, mengalami gangguan terkait dengan lututnya, sehingga menganggu mobilitas geraknya termasuk tidak sanggup berdiri lama tanpa ada tongkat, bahkan harus duduk di kursi roda. Ketika perayaan Pekan Suci Paus tidak memimpin langsung, hanya memberi homili. Demikian pula dalam perayaan-perayaan Ekaristi hingga kini, termasuk saat beatifikasi Paus Yohanes Paulus I, hanya memimpin saat liturgi sabda, sedangkan liturgi Ekaristi dipimpin oleh uskup atau kardinal lain.
Yang pertama-tama perlu dicatat adalah dalam perayaan Ekaristi sebenarnya Kristus sendiri yang bertindak. Dialah “pelaku” utama dalam perayaan tersebut. Sedangkan yang secara faktual memimpin perayaan hanyalah bertindak atas nama Kristus (in persona Christi), berkat kuasa tahbisan yang diterimanya, sebagaimana dalam ketentuan hukum Gereja (KHK 900 § 1).
Maka yang paling pokok dalam perayaan Ekaristi adalah Kristus. Mereka yang mendapatkan kewenangan untuk memimpin perayaan adalah mereka yang oleh Gereja, berkat kuasa Kristus, diperkenankan untuk menjadi tanda kehadiran Kristus Yesus, yang karya penyelamatan-Nya dirayakan, dihadirkan serta dikenangkan dalam perayaan tersebut.
Tidak jarang perayaan diselenggarakan secara konselebrasi, secara bersama-sama dalam kolegialitas imamat.
Selebran utama dalam perayaan Ekaristi adalah dia yang menjadi pemimpin utama perayaan bersama tersebut, yang didampingi oleh konselebran lain.
Bila ada Uskup maka yang memimpin adalah Uskup, karena kuasa tahbisannya, maka Uskup yang menjadi selebran utama dalam perayaan Ekaristi.
Demikian pula bila Paus hadir, sebagai primus inter pares, yang pertama dari yang lain, dalam kolegialitas para uskup. Paus, sebagai wakil Kristus dan gembala Gereja universal, memiliki kewenangan penuh bagi Gereja universal, pun dalam liturgi, sebagaimana antara lain dinyatakan dalam Redemptoris Sacramentum, instruksi terkait dengan Ekaristi. Maka di mana pun dia berada, Paus adalah selebran utama dalam perayaan Ekaristi.
Apalagi Ekaristi adalah perayaan seluruh Gereja, dirayakan dalam persekutuan dengan seluruh Gereja, di mana universalitas gerejani ternyatakan dalam setiap perayaan Ekaristi di mana pun dan oleh siapapun yang memimpin perayaannya, sehingga nama Paus pun selalu disebut dalam doa syukur agung Ekaristi.
Sejauh yang saya ketahui ada dua cara atau pendekatan bila Paus dalam kondisi kesehatan yang tidak terlalu baik. Yang pertama Paus Yohanes Paulus II ketika dalam kondisi sakit, hanya bisa duduk dan suara tidak jelas, memimpin perayaan Ekaristi, pun juga saat doa syukur agung, walau beberapa bagian didoakan oleh konselebran lain, dan homili juga dibacakan oleh konselebran.
Sedangkan Paus Fransiskus memakai dua cara: yang pertama hadir namun tidak ikut berkonselebrasi, akan tetapi kemudian memberi homili, atau yang kedua ikut berkonselebrasi tapi hanya memimpin pembukaan dan penutup serta liturgi sabda. Liturgi Ekaristi dipimpin oleh yang lain, entah uskup atau kardinal setempat atau yang terkait dengan intensi perayaan tersebut.
Tetap kita bisa mengatakan bahwa Paus Fransiskus adalah selebran utama dalam perayaan tersebut, walaupun liturgi Ekaristi dipercayakan untuk didoakan oleh yang lain. Selebran utama memiliki kewenangan untuk mendelegasikan bagian-bagian tertentu pada perayaan Ekaristi kepada konselebran, yang bersama-sama berkonselebrasi dalam perayaan Ekaristi. Kondisi kesehatan atau alasan keterbatasan lain bisa memungkinkan akan hal tersebut. Tentu kita tidak menghendaki bahwa Paus terjatuh kalau memaksakan diri memimpin Liturgi Ekaristi, karena bagaimana pun kelancaran perayaan menjadi perhatian saat perayaan publik.
Akan tetapi yang pokok adalah bahwa perayaan Ekaristi pusatnya pada Kristus, dan hanya Kristus Yesus sendiri yang menjadi pemeran dan pelaku utama dalam perayaan tersebut, sedangkan mereka yang berkat kuasa tahbisan dalam Gereja hanyalah bertindak atas nama Kristus, sebab di luar Dia tidak ada perayaan sakramen keselamatan Allah.
Pokok paling penting adalah bukan mengapa Paus tidak memimpin sendiri liturgi Ekaristi, tetapi bagaimana Kristus tetap hadir dan dikenangkan tindakan penyelamatan-Nya dalam perayaan tersebut.
Romo T. Krispurwana Cahyadi, SJ, Teolog Dogmatik
HIDUP, Edisi No. 43, Tahun ke-76, Minggu, 16 Oktober 2022