HIDUPKATOLIK.COM – Mencermati pesan Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo dalam Homili minggu ini berkaitan dengan Hari Pangan Sedunia (ke 42) 16 Okt 2022 adalah sebuah refleksi universal. Tema yang diusung tahun ini oleh FAO adalah “Leave No One Behind”.
Pesan di tengah ancaman global ini sarat dengan empati, menghimpun bangsa-bangsa di dunia agar tak ada satu negara pun yang mengalami krisis pangan apalagi kelaparan.
Berbagai sebab yang melatar belakangan krisis ini, diantaranya perubahan iklim, efek rumah kaca, pandemi covid 19, bonus demografi diperparah dampak konflik Rusia-Ukraina yang belum reda. Notabene negara2 yang kuat akan produk-produk utama seperti gandum dan energi.
Rentannya rantai pasok pangan dan energi ini disikapi oleh 22 negara yang mengedepankan kepentingan pangan di dalam negeri. Maka, tema “Leave No One Behind” menjadi selaras karena tak akan ada negara maju jika kebutuhan pangan tidak terpenuhi.
Menilik komitmen dunia akan Sustainable Development Goals (SDGs) 2015, adalah sebuah desakan agar 17 Agenda Pembangunan global dapat terwujud. Dengan bingkai utama “meretas kemiskinan dan merawat bumi”, menjadi fokus relevan untuk diperjuangkan bersama.
Bagaimana dengan Indonesia? Dengan kekayaan dan keindahan bumi nusantara seperti lagu2 Koes Plus…”orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman”, kita harus bagaimana?
Indonesia yang telah mampu membawa pesan rakyat dunia dalam G20, seharusnya akan dapat menjawab tantangan ini.
Kita hanya perlu bersatu dan mendukung penuh kebijakan Pemerintah. Jika dunia telah banyak memberi perhatian dan penghargaan kepada Presiden Jokowi adalah sebuah keniscayaan untuk pembangunan ekonomi hijau dalam hal ini pertanian yang berkelanjutan.
Sebuah catatan, selama 3 tahun terakhir, pemerintah RI telah berhasil memenuhi kecukupan pangan nasional tanpa impor. Revitalisasi Ketahanan Pangan Nasional
dan komitmen pembangunan pertanian berkelanjutan, modern berwawasan nusantara serta teknologi informasi menjadi sebuah kunci keberhasilan.
Mengintip pula gerakan-gerakan di daerah seperti Ayo Bakobong di Sulawesi Utara dan Panen Jagung Tanam Sapi di NTT, kiranya menjadi partisipasi seluruh unsur masyarakat untuk mencapai kemandirian pangan.
Demikian pula dengan budidaya Mangrove, yang menjadi target Presiden RI di tahun 2024 untuk merehabilitasi 600 hektar lahan. Ini bukan sekadar wacana karena Indonesia memiliki 23% lahan mangrove dari yang ada di dunia dengan berbagai jenisnya.
Komitmen ini dibawa Presiden RI dalam forum dunia KTT dan menjadi flagship Indonesia. Selain mampu menyerap karbon 4-5 kali hutan tropis, melindungi masyarakat pesisir dari hantaman ombak dan tsunami, tanaman mangrove dapat diolah menjadi berbagai produk kebutuhan rumah tangga termasuk makanan.
Mari gaungkan hari pangan sedunia menuju kesejahteraan bersama. Mulai dari menghabiskan makanan yang kita ambil, memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik.
Mathilda AMW Birowo, Alumni PPRA LXIV 2022 Lemhannas RI