HIDUPKATOLIK.COM – Perancis mempunyai julukan sebagai Putri Sulung Gereja, karena iman Katolik sudah merambah ke wilayah Perancis tidak lama setelah Kristus wafat.
SIAPA tidak kenal nama Theresia Lisieux (1873-1897), atau dikenal juga dengan sebutan Theresia dari Kanak-kanak Yesus? Seorang rubiah Karmel yang pernah hidup di Lisieux Perancis selama 20 tahun itu kini menjadi seorang santa yang sangat dikenal di seluruh dunia, bahkan Gereja Katolik mengangkatnya sebagai doktor Gereja sekaligus pelindung misi.
Lisieux hanyalah sebuah desa kecil di Kota Madya Calvados, Provinsi Normandi Perancis. Dari Paris dapat ditempuh dengan kereta sekitar 2 jam menuju Lisieux. Dengan luas hanya sekitar 13 km persegi dan jumlah penduduk sekitar 20 ribu, Lisieux telah menjadi tujuan ziarah kedua di Perancis setelah Lourdes. Bukan hanya peziarah domestik yang berdatangan ke Lisieux setiap harinya, tapi juga peziarah internasional. Apa yang khas dari Lisieux? Kita akan menjumpai sebuah desa kecil yang tenang, bersih dan indah, banyak bangunan tua bahkan dengan kayu-kayu yang terlihat sudah rapuh, bunga mawar dimana-mana dan beberapa tempat peziarahan.
Di antara kesederhanaan Lisieux, terdapat sebuah basilika megah yang setiap hari ramai dikunjungi peziarah. Mengapa banyak peziarah datang ke Lisieux? Tidak lain karena besarnya devosi umat Katolik di berbagai dunia terhadap Santa Theresia Lisiex. Dengan berkunjung ke Lisieux, kita bisa mendapati beberapa tempat untuk berziarah.
Di antaranya adalah Les Buissonnets, yaitu rumah tinggal semasa Theresia kecil bersama ayah dan keempat saudarinya setelah kematian ibu mereka (Zelie). Rumah yang dahulu disewa ayahnya (Louis Martin) ini, kini telah menjadi sebuah museum. Di dalam rumah ini kita bisa menemukan tempat tidur Theresia ketika ia kecil, pakaian yang ia kenakan saat Komuni Pertama, ruang makan keluarga serta kamar tidur ayahnya lengkap dengan segala perabotannya. Pada bagian belakang rumah terdapat taman yang luas dan disitu dibuat patung Louis Martin dan Theresia untuk mengenang peristiwa 13 Mei 1887 ketika Theresia pertama kali mengungkapkan keinginannya untuk masuk biara Karmel di Lisieux.
Lokasi tujuan ziarah berikutnya adalah Katedral Saint Pierre (Petrus) yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari Les Buissonnets. Mengapa katedral ini menjadi tujuan ziarah? Di sanalah dahulu Theresia kecil bersama keluarganya selalu menghadiri Perayaan Ekaristi, baik pada hari biasa maupun Hari Minggu. Di katedral ini pula terdapat bilik pengakuan dosa tempat dahulu Theresia selalu melakukan pengakuan dosa. Bahkan altar utama, tempat terdapat figur Yesus dimakamkan merupakan donasi dari ayahnya.
Tempat lain yang menjadi tujuan ziarah adalah biara Karmel tempat dahulu Theresia bersama ketiga saudari kandung dan seorang sepupunya menjadi rubiah (pertapa). Di dalam biara Karmel ini peziarah dapat mengunjungi museum dan kapel. Dalam museum terdapat berbagai barang peninggalan para rubiah Karmel pada masa dulu, termasuk pakaian Theresia semasa hidup, tulisan-tulisannya dan kamera milik Celine (saudari Theresia) yang telah menghasilkan banyak foto sehingga bisa menjadi dokumentasi hingga saat ini. Dalam kapel di biara Karmel juga terdapat tempat penghormatan bagi Theresia, tempat dulu Theresia dimakamkan. Kini relikuinya tersebar di beberapa tempat termasuk relikui yang dibawa berkeliling dunia oleh Theresia Foundation.
Bangunan terbaru yang menjadi tujuan ziarah di Lisieux adalah Basilika Theresia Lisieux. Basilika ini tampak sangat megah dan langsung terlihat tinggi menjulang dengan jelas ketika orang tiba di stasiun Lisieux. Dalam basilika yang pembangunannya dimulai pada 30 September 1929 ini terdapat pula krypta (kapel bawah tanah) yang seluruh dindingnya dipenuhi mozaik yang menggambarkan kehidupan Theresia. Di dalam krypta tersebut terdapat pula relikui dari kedua orang tua Theresia (Beato Louis Martin dan Beata Zelie Martin).
Jika anda berziarah ke Lisieux, anda tidak perlu khawatir soal akomodasi karena terdapat banyak hotel dan penginapan, termasuk Ermitage Therese Lisieux, sebuah pusat spiritualitas yang menyediakan penginapan di samping biara Karmel yang dikelola para suster. Semua tempat ziarah yang disebutkan di atas dapat dikunjungi tanpa memerlukan tiket masuk, kecuali untuk naik ke menara Basilika Lisieux yang berjumlah 300 anak tangga. Untuk naik kesana diperlukan tiket seharga 3 Euro.
Kekatolikan di Perancis
Perancis mempunyai julukan sebagai Putri Sulung Gereja, karena iman Katolik sudah merambah ke wilayah Perancis tidak lama setelah Kristus wafat. Di abad ke-2 sudah terjadi penyebaran ajaran Katolik yang luas di wilayah Perancis. Hingga kini kekatolikan masih terus bertahan di Perancis, yang memiliki 15 wilayah keuskupan agung dengan masing-masing memiliki beberapa wilayah keuskupan didalamnya.
Begitu banyak orang kudus dalam Gereja Katolik yang berasal dari Perancis. Kita mengenal Santo Ireneus, seorang yang berasal dari Yunani, diperkirakan lahir antara tahun 120-140 dan berkarya sebagai Uskup di Lyon dan wafat sebagai martir pada 202. Santo Denis yang wafat pada 258 merupakan orang Italia yang berkarya sebagi Uskup Paris pada awal abad ke-3.
Santa Joan de Arc (1412-1431), dianggap sebagai santa besar dan simbol persatuan Perancis. Ia memimpin tentara Perancis meraih kemenangan besar atas pasukan Inggris di Orleans pada 1429. Pada 1430 ia ditangkap oleh Anglo Burgundia saat membela Compiegne dan dibakar hidup-hidup pada tiang pancang di usia 19 tahun. Paus Benediktus XV melakukan kanonisasi baginya pada 1920. Santo Fransiskus dari Salles (1567-1622) berasal dari Château de Sales, Thorens-Glières. Ia dijuluki The Gentleman Saint karena kelembutan dan kesabarannya. Tahun 1665 ia dikanonisasi sebagai pujangga Gereja atas kontribusinya pada teologi dan dijadikan pelindung para penulis dan jurnalis. Selain itu ia juga menemukan bahasa isyarat untuk mengajar orang tuli.
Santo Johannes Maria Vianney (1786-1859), pelindung para imam ini sangat aktif pada paruh pertama abad 19 dan ia mengabdikan diri pada Santa Philomena yang dianggap sebagai walinya. Santa Bernadette Soubirous (1844-1879) lahir di Lourdes. Ia tumbuh dalam kemiskinan yang menyebabkan gangguan kesehatan sehingga tumbuh kerdil. Di usia 14 tahun ia memperoleh penglihatan dari Bunda Maria. Paus Pius XI menyatakannya sebagai orang kudus.
Itulah para orang kudus yang sangat terkenal yang berasal dari Perancis. Terdapat 84 orang kudus dalam Gereja Katolik yang berasal dari Perancis. Maka bisa dibayangkan bagaimana kuatnya iman Katolik bertumbuh di negeri Perancis sejak abad-abad awal hingga kini.
Perancis merupakan negara Katolik, meskipun Katolik bukanlah agama resmi negara, dalam arti tidak ada kewajiban untuk menganut Katolik bagi penduduk Perancis. Kekatolikan di Perancis lebih tua dibandingkan negara lain di Eropa (mulai abad ke-2, di Austria kekatolikan masuk pada abad ke-3). Bahkan sejak abad 16 ketika negara-negara di Eropa barat (seperti Belanda, Jerman, Austria, Swiss, dll) mulai dipengaruhi Protestantisme, Perancis tetap menjadi negara yang kuat dengan kekatolikannya.
Setelah revolusi Perancis di tahun 1789, agama dikendalikan negara, dihalangi karena anti-revolusioner dan ordo monastik dihapuskan. Tahun 1801 Napoleon menandatangani konkordat dengan Vatikan, yang memulihkan sebagian besar status Gereja sebelumnya. Di abad 19 Katolik menjadi agama resmi negara. Baru pada awal abad 20, tepatnya sejak 1905 dilakukan pemisahan antara pemerintahan negara dan Gereja. Sejak saat itu Gereja Katolik Perancis secara konstitusional hanyal salah satu dari banyak agama di negara tersebut. Perancis menjadi negara sekuler yang mengakui hak setiap individu untuk mempraktekkan agama apa pun. Kini hidup pula di Perancis agama-agama lain seperti Protestan, Islam, Budha, Yudaisme dan kepercayaan lainnya. Perancis kini menjadi toleran terhadap semua agama. Meskipun begitu, Katolik tetap merupakan jumlah mayoritas di Perancis (diperkirakan sekitar 60%), disusul dengan Islam (diperkirakan 6,5%), Yudaisme dan Budha (masing-masing diperkirakan 0,5%) dan Hindu (diperkirakan 0,05%) serta tidak beragama sekitar 30%. Perancis sendiri memiliki penduduk sekitar 65 juta jiwa.
Mantan Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy pernah menggarisbawahi bahwa Perancis tetap hidup dalam budaya Katolik, namun dengan sekularisme yang menjadi salah satu pilar identitas Republik Perancis, maka posisi agama dalam kehidupan publik menjadi terbatas. Saat ini diperkirakan kurang dari 10% umat Katolik yang tetap setia menghadiri Misa Minggu di gereja. Pada musim panas pun banyak gereja yang ditutup dan hanya beberapa saja yang tetap beroperasional. Di sekolah-sekolah milik pemerintah Perancis juga tidak ada pendidikan agama. Jika orang tua menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan agama Katolik, maka harus menyekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah Katolik.
Sr. Bene Xavier, MSsR, dari Perancis
HIDUP, Edisi No. 40, Tahun ke-76, Minggu, 2 Oktober 2022