HIDUPKATOLIK.COM – P.Fak St. Yohanes XXIII: Gal. 4:31b-5:6; Mzm.119: 41,43,44,45, 47,48;Luk. 11:37-41.
ADA seorang Farisi yang mendengarkan khotbah Yesus, tergerak hati dan mengundang Dia untuk makan malam di rumahnya. Tidak diragukan bahwa ia ingin mendengarkan lebih banyak lagi dari Yesus, yang berbicara tentang firman Allah seperti belum pernah ia dengar dari orang lain. Yesus melakukan sesuatu yang menyinggung tuan rumahnya, yakni tidak mencuci tangan sebelum makan. Apakah Yesus lupa atau sengaja Ia melakukan suatu tanda untuk menyampaikan sesuatu kepada tuan rumah? Yesus ingin menyampaikan kepada tuan rumah soal “Kenajisan hati”.
Yesus menegur orang-orang Farisi karena mereka begitu memperhatikan kebersihan pada bagian luar, namun mereka menyembunyikan pikiran jahat, keserakahan, kesombongan, iri hati, dan sejenisnya. Sebaliknya Yesus menekankan kemurnian hati dan memperhatikan orang-orang miskin dengan memberi sedekah dengan hati.
Santo Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Galatia menegaskan soal iman kepada Yesus Kristus lebih dari pada ketaatan kepada hukum Taurat. Iman tidak hanya soal pengakuan dan persetujuan pada pikiran, melainkan melaksanakan kehendak-Nya dengan penuh kasih. Peringatan Yesus kepada orang-orang Farisi juga menjadi refleksi bagi kita kaumberiman kepada Kristus. Sungguhkah kita bebas dan merdeka sebagai anak-anak Allah?
Sr. Grasiana, PRR Doktor Teologi Biblis dari Pontifi cio UniveritasSt. Thomas Aquinas Angelicum, Roma