HIDUPKATOLIK.COM – TIBA di Jalan Mojo No.1 Karangasem, Laweyan, Surakarta terlihat beberapa siswa berseragam abu garis biru di pundak. Pagi hari itu, mereka terlihat sedang serius mengerjakan sesuatu. Dengan postur tegap, mereka berdiri dan sesekali membungkuk di hadapan mesin Computer Numerical Control (CNC) besar berwarna putih. Pandangan mereka begitu fokus mengerjakan objek yang ada dihadapannya. Sesekali mata mereka melirik buku panduan. Ada juga siswa yang tak segan langsung bertanya kepada guru pendamping meminta masukan maupun instruksi lanjutan. Itulah sekilas pandang suasana bengkel SMK St. Mikael Surakarta, Jawa Tengah saat HIDUP menyambanginya beberapa waktu lalu.
Pionir Teaching Factory
Tidak banyak yang tahu bahwa tempat ini telah ditempa banyak mekanik muda andal. Banyak dari karya mereka telah mendapat apresiasi nasional bahkan internasional. Selain itu, khalayak ramai juga belum banyak mengetahui bahwa SMK St. Mikael Surakartalah yang menjadi pionir dari model pembelajaran Teaching Factory (TeFa).
“Ya, kami sekolah vokasi pertama yang menggunakan sistem TeFa. Puji Tuhan, hingga hari ini banyak sekolah lain yang mau belajar dengan kami terkait TeFa,” ungkap Wakil Kepala Bidang Humas SMK St. Mikael, Yohanes Margono pada Senin, 29/8/2022 kepada HIDUP.
Lebih lanjut, Ketua Unit Produksi atau Coordinator Teaching Factory SMK St. Mikael, Fendy Wijarwanto menjelaskan, TeFa adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung melakukan kegiatan produksi di dalam lingkungan pendidikan sekolah. Produksi yang dihasilkan ini memiliki kualitas baik sehingga layak jual dan diterima konsumen.
“Dengan kata lain, TeFa menghadirkan dunia industri sesungguhnya dalam lingkungan sekolah untuk menyiapkan lulusan siap dengan dunia kerja industri. Salah satu contoh produknya adalah kursi yang sedang kita duduki,” jelasnya.
Fendy menambahkan, model pembelajaran di SMK St. Mikael mengikuti pola industri karena didirikan oleh Swiss dengan membawa “dual system” di era tahun 60-an. Kemudian para pendiri sekolah mengubah menjadi “Production Based Education and Training” yang berarti siswa mengerjakan barang pesanan.
Sejak tahun 2003 SMK St. Mikael mendapatkan Sertifikasi Sistem Mutu ISO 9001:2000 dan menjadi sister school dari Indonesian German Institute (IGI).
“SMK St. Mikael yang juga pertama kali menggunakan ISO di Indonesia dan kami diakui bagus. Untuk itu, SMK se-Indonesia diminta juga untuk memakai ISO. Jadi kami bukan follower tapi trendsetter,” terang Fendy diamini Margono.
Dalam hasil uji kompetensi, SMK St. Mikael masuk dalam sepuluh besar SMK dengan program keahlian mesin industri.
SMK St. Mikael juga dipercaya oleh pemerintah untuk melakukan peninjauan atas kurikulum SMK program keahlian teknik mesin perkakas.
“Bisa dikatakan hingga sekarang Mikael menjadi benchmarking untuk pendidikan vokasi di Indonesia terutama untuk SMK tentang implementasi TeFa dan mau tidak mau yang kita lakukan ini ternyata mengubah pola Pendidikan di Indonesia,” imbuhnya.
Tidak heran, banyak menteri bahkan wakil presiden tertarik untuk mengunjungi dan melihat langsung proses belajar siswa SMK St. Mikael.
Jadwal Blok
Sebagai konsekuensi atas TeFa, maka SMK St. Mikael juga memperkenalkan sistem jadwal blok.
“Dulu orang tidak kenal Jadwal Blok, tapi sekarang hampir semua SMK itu sudah mencoba jadwal blok dan menjadi sebuah kebijakan nasional,” terang Fendy.
“Bahkan tiap minggu, kami pasti menerima tamu minimal satu rombongan untuk studi tiru,” imbuh Margono.
Jadwal Blok ini memiliki keunggulan untuk membuat siswa lebih fokus. Jadwal siswa dibagi menjadi, per satu minggu hanya masuk kelas teori dan minggu berikutnya selama satu minggu fokus di bengkel untuk praktik. Maka, banyak perusahaan melihat lulusan SMK St. Mikael mumpuni karena keseharian siswa sudah dirancang dan dibiasakan seperti situasi pabrik.
Margono yang sudah 34 tahun mengabdi ini mencontohkan anaknya yang juga adalah alumni St. Mikael. Anaknya telah empat tahun bekerja. Ia merasakan pola belajar di Mikael sungguh aktual dengan dunia industri yang ia tekuni sekarang. Guna mendukung siswa berkembang mahir, SMK St. Mikael selalu menyediakan satu mesin untuk satu anak.
“Ini tidak bisa ditawar!” tegas Margono.
Kekuatan Alumni
Selain model pendidikan yang bermutu, kekuatan alumni turut menjadi kekuatan SMK St. Mikael. Uniknya, disebutkan Fendy, Ikatan Alumni Mikael, ATMI Solo dan Cikarang menjadi satu. Ini membuka lebih banyak peluang.
“Hampir bisa dikatakam di setiap industri di Indonesia pasti ada alumni kami. Inilah yang memudahkan akses kami,” sebut Fendy bangga.
Salah satu program alumni yang akan dilaunching ialah “Student Loan” khusus untuk anak-anak yang bersekolah di Mikael. Program ini membantu anak yang kurang mampu dalam finansial untuk tetap belajar dan mewujudkan mimpinya. Nantinya, biaya pendidikan itu akan dikembalikan saat bekerja secara bertahap agar bisa dipakai kembali oleh adik kelasnya. Alumni juga senantiasa memberikan bimbingan dan sapaan kepada juniornya yang sedang tahap memasuki dunia kerja. Ada juga program Alumni Mengajar bagi alumni yang memiliki keahlian khusus untuk berbagi dengan adik kelasnya.
Bursa Kerja Khusus
SMK St. Mikael juga berkomitmen menemani lulusannya mengarungi dunia profesional. Koordinator Bursa Kerja Khusus (BKK), Happy Indriyono menyatakan, “Mencarikan pekerjaan bagi kami bukan hanya ketika mereka lulus bahkan ketika mereka sudah menjadi alumni akan selalu kami temani jika dibutuhkan.”
BKK sendiri berfungsi menemani para lulusan yang akan bekerja atau yang ingin melanjutkan studi atau hendak berwirausaha. BKK membantu mengumpulkan aspirasi siswa dan diwujudkan dalam Job & Edu Fair.
“Karena tren melanjutkan studi naik maka kami ikut menggaet perguruan tinggi terkait, termasuk peluang beasiswa,” ujar Happy. Dahulu, 70 persen lulusan banyak mencari kerja dan 30 persen melanjutkan studi, kini hal ini berbalik.
Tren ini diakui menjadi tantangan karena SMK St. Mikael harus menyiapkan banyak hal termasuk penambahan peminatan pelajaran. Salah satu tujuannya mempersiapkan siswa yang tertarik melanjutkan di Perguruan Tinggi Negeri.
Buah manis lulusan SMK St. Mikael ini turut menjadi incaran banyak perusahaan besar baik dari dalam maupun luar negeri.
Sebagai contoh PT Minori dari Jepang meminta secara khusus alumni SMK Mikael sebagai mekanik dan drafter. Kemudian PT ABC yang bergerak di bidang batu baterai juga meminta lulusan Mikael sebagai tanggapan tren global kehadiran mobil listrik. Ada juga perusahaan di Arab Saudi yang bahkan indent hingga tahun depan meminta lulusan Mikael. Kemungkinan bekerja dan studi semakin terbuka bagi lulusannya dengan kerja sama dari Cina dan Jerman.
“Dari sisi kurikulum, organisasi, SDM kami senantiasa kuatkan hingga makin banyak peluang terbuka, “ tandasnya.
Felicia Permata Hanggu/Karina Chrisyantia (Surakarta)