HIDUPKATOLIK.COM – Untuk mengisi kegiatan Bulan Kitab Suci Nasional di Kevikepan Yogyakarta Barat (KYB) tahun 2022, Komisi Liturgi, Komisi Kitab Suci, UPP Komunikasi KAS, dan PT Kanisius Yogyakarta bekerja sama mengadakan serangkaian kegiatan.
Selain beberapa kegiatan pendalaman Kitab Suci yang bersifat daring dalam bentuk podcast dan webinar, juga telah dilaksanakan pertemuan luring bagi para lektor.
Workshop ini terselenggara pada hari Minggu, 18 September 2022 di Gereja Santa Theresia Sedayu, dihadiri oleh utusan lektor dari semua paroki se-kevikepan Yogyakarta Barat.
Sebagai forum yang baru pertama kalinya terselenggara, hal ini membuktikan kerinduan umat untuk terus bertumbuh dalam dinamika hidup beriman, khususnya pada era pasca pandemi.
“Lektor adalah pewarta Sabda Allah. Karena itu, sebagai “Juru Bicara Allah atau “Penyampai Sabda Allah atau “Duta Allah” seorang lektor bukan sekadar pembaca atau petugas baca. Sebagai Juru Bicara Allah hendaknya seorang lektor mampu menyampaikan Sabda Tuhan tersebut dengan baik dan benar serta dengan penuh penjiwaan.
Pernyataan di atas disampaikan Antonius Riyanto, wakil ketua Komisi Liturgi KYB ketika memberikan presentasi pada sesi pertama.
Ia memaparkan teknis menjadi seorang lektor yang baik, meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus ditunjukkan ketika sedang bertugas maupun saat menyiapkannya.
Para lektor diharapkan membiasakan diri secara serius dalam mempersiapkan diri, melatih keterampilan serta selalu mengevaluasi pelaksanaan tugasnya.
Lektor diajak untuk terus-menerus mensyukuri kurnia iman yang diterimanya serta mengekspresikannya dalam pelayanan tugas pembacaan Sabda Allah.
Lektor bisa menyadari bahwa dirinya dipanggil untuk menyampaikan, melalui suaranya, sabda yang berasal dari Tuhan sendiri.
Romo A.R. Yudono Suwondo, Vikep KYB, menyampaikan materi mengenai spiritualitas seorang lektor.
Romo Suwondo, antara lain mengatakan, “Lektor adalah seorang beriman. Lektor adalah pengaku iman. Ia dituntut untuk mengakui Tuhan dan kebenaran Sabda-Nya dalam Kitab Suci. Ia juga harus percaya bahwa Gereja dan liturginya dikehendaki Tuhan sebagai sarana keselamatan.” (Ve)