HIDUPKATOLIK.COM – Kamis malam, 22 September 2022, beredar kabar lelayu dari rilis yang diterbitkan oleh Propinsialat MSF Provinsi Jawa. Dalam berita tersebut dikabarkan bahwa Pastor F.X. Sumantoro Pranjono, MSF telah berpulang malam itu pada pukul 20.50 WIB di RS Santa Elisabeth Semarang.
Semasa hidupnya almarhum pernah bertugas di beberapa paroki di Keuskupan Banjarmasin maupun di Keuskupan Palangkaraya. Pastor Sumantoro dikenal sebagai sosok imam sederhana, murah senyum, dengan tutur kata halus khas orang Jawa.
Saat merayakan pesta peraknya pada 16 Agustus 2015 silam, Pastor Sumantoro pernah berbagi kisah tentang awal mula ketertarikannya menjadi seorang imam. “Bulan Juli, empat puluh empat tahun silam, saya pergi dari Jawa ke Sampit. Pada masa itu belum ada sepeda motor. Yang ada hanya sepeda onthel dan kereta dorong. Saat itu saya pergi ke Pastoran Paroki St. Joan Don Bosco Sampit dan berjumpa dengan Pastor Cor van de Spek, MSF dan Pastor Willibald Pfeuffer, MSF. Dari perjumpaan itu saya kemudian tertarik untuk menjadi bruder. Namun kemudian saya disarankan untuk menjalani studi sebagai calon imam saja.”
Kepada HIDUP kala itu, Pastor Sumantoro menuturkan, ada banyak momen berkesan dalam menjalani imamatnya. Saat bertugas di Seminari Menengah Senakel Banjarmasin, setiap malam dirinya harus belajar demi mempersiapkan materi yang akan diajarkan kepada para seminaris. Sedangkan saat berada di Kuala Kapuas, dirinya harus berjuang menghadapi medan pelayanan yang tidak mudah, mengingat pada masa itu jalan darat baru mulai dirintis untuk akses jalan yang menghubungkan dengan daerah trans, Palangkaraya maupun Banjarmasin. Dalam situasi demikian, ia selalu menyiapkan ban dalam cadangan untuk sepeda motornya, jika mengalami bocor di tengah perjalanan.
Lebih lanjut almarhum berujar demikian. “Syukur atas kebaikan Allah yang saya alami lewat orang-orang yang dengan penuh kasih membantu panggilan saya, syukur atas semua pihak yang selalu berbuat baik pada saya,” pungkasnya sederhana dalam balutan senyum bahagia.
Pastor Antonius Margo Murwanto, MSF yang jauh-jauh datang dari Salatiga untuk ikut berbahagia dalam perayaan pesta perak imamat Pastor Sumantoro pernah berkisah bahwa dirinya pernah menjadi pastor pembimbing rohani Pastor Sumantoro. “Bahkan tidak hanya itu, saya juga selalu menengok kemana pun ia ditugaskan, diantaranya ke Kapuas, Pelaihari, Prapatan hingga ke Banjarmasin. Pastor Sumantoro selalu terbuka untuk menceritakan kesulitan-kesulitan yang dialami dalam tugasnya.”
Tugas Perdana
Pastor Sumantoro tetap bersyukur, meskipun setiap hari menjalani turne dan membersihkan kendaraannya sepulang pelayanan, dirinya tidak pernah menderita sakit yang serius.
Situasi di Ampah ia rasakan lebih ringan dibandingkan di Kuala Kapuas. Meskipun ia harus tetap menjumpai medan jalanan yang naik turun tak beraspal ketika berkunjung ke stasi atau pada waktu dihadapkan pada pilihan untuk menempuh perjalanan dengan berjalan kaki.
Pengalaman hampir serupa dialaminya di wilayah Pelaihari di Kabupaten Tanah Laut. Di sini, ia merasa terkesan manakala harus berjuang melawan banjir kala musim hujan tiba. Saat bertugas di Kelayan – Banjarmasin, Pastor Sumantoro, MSF tidak lagi disibukkan dengan kegiatan turne. Tiga kali seminggu, ia biasanya bertandang ke Wisma Ventimiglia (Keuskupan Banjarmasin pada masa itu-Red.), dan membantu (alm) Mgr. F.X. Prajasuta, MSF dalam hal keuangan.
Sumantoro Pranjono dilahirkan di Bokong – Margokaton, Sleman, Yogyakarta, 11 Juni 1951. Dia adalah putra keempat pasangan Agustinus Panut Suwitoranjono dan Godelifa Jumilah. Pada tanggal 11 Juli 1951 dibaptis oleh Romo Widio Pranoto, SJ dengan nama baptis Fransiskus Xaverius. Sakramen Krisma diterimakan oleh Uskup Keuskupan Agung Semarang, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ pada tanggal 14 Juni 1959. Mengucapkan kaul pertama pada tanggal 22 Juli 1981 dan menerima Tahbisan Imamat di Gereja Keluarga Kudus Banteng, Yogyakarta, pada tanggal 25 Juli 1990.
Tugas perdana di Seminari Senakel Banjarmasin (1990-1992). Kemudian hijrah ke Kuala Kapuas dan menjadi Pastor Kepala di Paroki St. Matheus Kuala Kapuas (1992-1996). Selama tiga tahun berturut-turut (1996-1999) menjadi Pastor Kepala Paroki St. Petrus dan Paulus Ampah. Tugas yang diemban selanjutnya adalah sebagai Pastor Kepala Paroki St. Theresia Pelaihari sejak tahun 1999 hingga 2002. Setelah itu Pastor Sumantoro, MSF berkarya sebagai Pastor Kepala Paroki Sta. Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda Kelayan – Banjarmasin tahun 2002 hingga 2007.
Mulai tahun 2007 sampai 2011 ia menetap di Balikpapan dan menjabat sebagai Pastor Kepala Paroki St. Theresia Prapatan, Balikpapan. Tugas selanjutnya adalah sebagai Pastor Kepala di Paroki Bunda Maria Banjarbaru (2011-2013) dan sebagai Pastor Rekan di Paroki yang sama (2014). Sejak 6 Januari 2015 berkarya di Paroki Sta. Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda Kelayan sebagai Pastor Rekan hingga tahun 2017. Selanjutnya dipercaya sebagai Pastor Rekan di Paroki Katedral Keluarga Kudus Banjarmasin hingga akhir hayatnya.
Jenazah disemayamkan di rumah duka RS Sta. Elisabeth Semarang pada Kamis, 22 September 2022. Dari rumah duka, jenazah dihantar ke tempat peristirahatannya yang terakhir di Yogyakarta. Misa requiem dan pemakaman akan dilangsungkan siang ini, Jumat, 23 September 2022, mulai pukul 13.00 WIB dan disiarkan langsung melalui akun Youtube Komsos Gereja Banteng Yogyakarta.
Semoga almarhum beristirahat dalam kerahiman Tuhan. Amin.
Dionisius Agus Puguh Santosa (Banjarmasin)