web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Panggilan sebagai Kolaborator Misi Keadilan dan Rekonsiliasi

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – “In Manresa St Ignatius at last discovered that the path of conversion he was experiencing was in the end a call to be and not simply to do…

PATER Jenderal Serikat Jesus, P. Arturo Sosa, SJ menyampaikan hal itu dalam sambutan pembukaan Konggres ke-10 World Union of Jesuit Alumni (WUJA) ini. Bukan tanpa alasan bahwa Pater Jenderal mengisahkan pertobatan Ignatius ketika di Manresa. Manresa tidak jauh dari Barcelona, kurang lebih empat puluh lima menit perjalanan naik mobil.

Di Manresa, di ambang keputusasaan karena tidak mencapai apa yang diinginkannya, Ignatius mempertimbangkan untuk mengambil nyawanya sendiri. Hanya ketika dia akhirnya menyadari bahwa semuanya bergantung pada Tuhan dan bahwa yang dia butuhkan adalah menempatkan diri di tangan-Nya dalam sikap kerendahan hati dan rasa syukur, dia dapat memperoleh kedamaian batin dan kekuatan untuk menjadi rasul sejati.

Miliki Keberanian

Dalam pertemuan Konggres X ini, para alumni diajak untuk memiliki keberanian yang diperoleh Ignatius ketika dia memilih mengikuti panggilan yang sangat dia rasakan di Manresa dan di tanah Catalan. Di awal Konggres, para alumni diajak pula untuk berdoa bersama Ignatius di depan Patung Santa Maria del Mar dalam Perayaan Ekaristis Pembukaan.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai
Auditorium Sarria Sant Ignasi Barcelona, tempat berlangsungnya Kongres ke-10 WUJA.

Di sanalah, Ignatius memohon pada Tuhan dalam perlindungan dan bimbingan. Patut diingat bahwa ketika Ignatius berjalan, berdoa, melihat dan memilih gaya hidup baru di negeri-negeri ini, ia adalah seorang awam yang terbawa oleh keinginan besar untuk membiarkan dirinya diubahkan oleh Roh Kudus. Di sinilah, misi hidup Ignatius berjalan.

Kolaborator

Konggres ini membuka kesadaran bahwa para alumni adalah kolaborator misi keadilan dan rekonsiliasi. Misi yang hingga saat ini memandu gerak SJ. Pater Jenderal menegaskan, “Hari ini, saya ingin mengundang Anda semua untuk berjalan bersama sebagai mitra sejati dalam misi keadilan dan rekonsiliasi dengan sesama, dengan ciptaan dan dengan Tuhan.”

Rekonsiliasi dengan sesama adalah jawaban atas perang dan pertarungan yang muncul antarsesama manusia. Rekonsiliasi dengan alam dan ciptaan adalah tanggapan atas krisis ekologi yang menghancurkan bumi, rumah kita ini. Dan rekonsiliasi dengan Tuhan mendasari gerak seluruh pertobatan ini. Luasnya keprihatinan atas carut marut dunia ini membuka mata setiap alumni untuk terlibat dalam suatu misi luhur ini. Pater Jenderal kembali menegaskan, “…karunia yang diterima melalui pendidikan SJ harus dibagikan kepada semua orang yang ingin bekerja dalam proyek keadilan dan rekonsiliasi ini.”

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Tentu misi bukanlah gerak tanpa arah. Misi para alumni sekolah Jesuit menyatu dalam misi SJ. Empat Preferensi Kerasulan Universal yang diperjuangkan oleh SJ juga merupakan perjuangan para alumni sekolah Jesuit: Menunjukkan jalan menuju Allah melalui Latihan Rohani dan Discernment; Berjalan berdampingan dengan orang miskin, mereka yang dibuang dari dunia, mereka yang martabatnya dilanggar dalam misi rekonsiliasi dan keadilan; Mendampingi kaum muda dalam menciptakan masa depan yang penuh harapan; Berkolaborasi dalam merawat Rumah Bersama.

Keempat preferensi ini membantu mewujudkan apa yang disebut cura mudi, perhatian dan kepedulian terhadap alam ciptaan. Cura Mundi adalah perpanjangan dari prinsip dan semangat pendidikan Jesuit yaitu Cura Personalis. Ini adalah ciri pendidikan Jesuit yang sudah ada ada abad ke abad.

Bukan Bernostalgia

Selanjutnya, bagaimana para alumni mengawali misi ini? Mengutip Pater Jenderal terdahulu, Pater Adolfo Nicolas, “Tradisi Ignatian menempatkan manusia bukan pada lintasan tanggung jawab, tetapi pada kesadaran akan makna syukur… hanyalah mereka yang dikaruniai sebuah ‘kesadaran batin atas begitu banyak hal yang telah diterima’ dan sungguh mensyukurinya, mampu merasakan keinginan terdalam untuk mengarahkan hidup dalam segala hal mencintai dan melayani.”

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai
Salah satu narasumber, Mary Evelyn Tucker dari Yale University, Founder of Forum on Ecology & Religion.

Dalam keyakinan Ignatian, rasa syukur adalah penggerak utama dari tindakan kita. Maka, para alumni bukanlah diajak bernostalgia atas apa yang dialami selama menjalani pendidikan di sekolah-sekolah Jesuit, tetapi mensyukuri secara mendalam seluruh anugerah pengalaman dan menjadikannya penggerak utama untuk menjalankan misi bersama Serikat Yesus.

Di akhir sambutannya, beberapa peserta bertanya terkait bagaimana menjalani misi ini. Pater Jenderal mengajak untuk mencari jalan bersama-sama. Ia tidak memberi jawaban pasti atas seluruh pertanyaan kehidupan, tetapi ia sebagai wakil SJ mengajak untuk para hacer camino al andar/to make the road as we go.

Alexander Koko Siswijayanto, SJ (Alumni Kolese Loyola 2002)

HIDUP, Edisi No. 36, Tahun ke-76, Minggu, 4 September 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles