HIDUPKATOLIK.COM – Pekan Biasa XXIII, 1Kor 7:25-31; Mzm 45:11-12.14-17; Luk 6:20-26
KATA “berbahagia” dalam bacaan Injil merujuk pada sukacita yang muncul dari peran serta dalam keselamatan. Dalam bahasa Yunani maka, rioj “yang berbahagia” adalah orang yang bersukacita, yaitu suatu luapan kegembiraan batin yang tidak dapat disimpan di dalam, tetapi memancar keluar. Melalui Sabda Bahagia ini Yesus menyatakan kepenuhan sukacita, dan bukan bentuk kesenangan yang dicapai dengan mudah secara otomatis.
Menjadi seorang Kristen seringkali membawa kita pada konflik dengan orang lain, karena nilai tuntunan Injil Kerajaan Allah seringkali berlawanan dengan nilai dunia ini. Ketika menyampaikan nilai Injil kepada orang lain, tidak jarang yang kita jumpai adalah celaan karena dianggap membuat masalah. Dunia akan membenci dan mengucilkan kita, namun kita dapat tetap bertekun dan menghadapi dengan sukacita, karena kita mengetahui kebenaran. Oleh karena itu, kita tidak perlu mengkompromikan nilai iman kita.
Saat kita bergantung pada kasih Allah, meskipun mendapat tekanan dan penganiayaan, kita dapat tersenyum dan bersukacita. Dengan mengikuti Yesus kita tidak selalu akan mendapatkan kemakmuran, kesuksesan, dan popularitas, tetapi kita yakin bahwa Tuhan akan memberikan penghiburan. Ada nilai yang lebih tinggi daripada kesenangan dan pujian duniawi. Yesus telah menunjukkannya secara nyata di atas salib. Oleh karena itu, kita perlu menyambut rahmat Allah, mengikuti Dia seutuhnya dan memberikan kesaksian yang indah akan kasih Tuhan.
Sr. M. Eusebia, P.Karm Dosen STIKAS St. Yohanes Salib Bandol, Kalimantan Barat