HIDUPKATOLIK.COM – Pekan Biasa XXIII, 1Kor.5:1-8; Mzm.5:5-6.7.12; Luk.6:6-11
TIDAK diragukan bahwa Yesus dapat menyembuhkan. Namun orang-orang Farisi mengamat-amati, seandainya Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh sebelah tangan kanannya itu, maka mereka akan menyalahkan-Nya, karena hukum melarang orang bekerja pada hari Sabat (Kel. 31:14-17). Bagi mereka lebih penting memelihara hukum daripada membebaskan seseorang dari penderitaannya. Bagaimanapun, Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat. Ia mengatakan, “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?” Bagi Yesus keselamatan dan kesembuhan dapat terjadi pada siapa pun dan kapan pun.
Hukum pada hakikatnya selalu menghendaki kebaikan dan tidak membenarkan kejahatan. Hukum mengusahakan keamanan, kesejahteraan, dan keselamatan manusia. Demikian pula dengan hukum bagi orang Yahudi. Hari Sabat, yang merupakan hari perhentian, tidak lain adalah waktu untuk mengingat bahwa Tuhan menjadi pusat kehidupan, yaitu dengan merenungkan Sabda-Nya yang tidak lain diberikan untuk keselamatan manusia. Diharapkan manusia bersyukur dan mengkontemplasikan karya-Nya, kemudian menghayatinya dengan sikap baik dan berbelas kasih kepada orang yang membutuhkan. Itulah yang dimaksudkan oleh Yesus ketika Ia berbicara kepada mereka.
Apakah kita menempatkan Tuhan sebagai pusat dalam hidup keseharian kita? Jika demikian hidup kita akan mencerminkan kebaikan dan belas kasih yang memulihkan dan bukan sebaliknya dengan membiarkan kelumpuhan dan kejahatan menguasai.
Sr. M. Eusebia, P.Karm Dosen STIKAS St. Yohanes Salib Bandol, Kalimantan Barat