HIDUPKATOLIK.COM – Bertempat di aula Paroki Santo Petrus Paulus Klepu, pada hari Rabu 31 Agustus 2022 telah berlangsung workshop koster se-Kevikepan Yogyakarta Barat. Acara ini merupakan forum pertama bagi para koster, sehingga diikuti dari seluruh paroki se-kevikepan.
Tingginya minat dan antusiasme para koster sangat menggembirakan karena para koster merupakan petugas Gereja yang menentukan keberhasilan peribadatan. “Koster (bhs. Belanda) berasal dari bahasa Latin custos atau custor yang berarti: penjaga, pelindung, penyimpan, penyayang, pengawas, penunggu, peronda, pengawal. Karena itu, koster disebut pula konster atau sacristan, artinya mereka yang ahli dalam melayani atau dalam sakristi”.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Komisi Liturgi Kevikepan Yogyakarta Barat, Romo G. Dedy Prima Saputro.
Lebih lanjut disampaikannya beberapa tujuan dan harapan sebagai tindak lanjut forum ini, yaitu menambah profesionalitas koster dalam melayani umat terutama di gereja; terbentuk paguyuban koster kevikepan sehingga jika ada keluh kesah atau kesulitan bisa berbagi di kelompok paguyuban. Artinya, para koster harus menemukan kebahagiaan karena sungguh-sungguh dalam melayani gereja atau kapel.
Hadir sebagai pembicara adalah Romo H. Ronny Suryo Nugroho yang sebelumnya menjabat Ketua Komlit Yogyakarta Barat dan saat ini beralih tugas sebagai pamong di Seminari Menengah Mertoyudan.
Dalam forum ini disampaikan pengelompokan koster berdasarkan masa kerja, yaitu koster balita, yunior, medior, dan senior. Hal ini dikaitkan dengan masa kerja para koster yang hadir sangat beragam, mulai dari hitungan bulan hingga yang sudah lebih dari 25 tahun menjadi koster.
Liturgi adalah acara khusus antara Tuhan dengan manusia dan para koster berdinamika di ranah tersebut. Karena itu, tugas koster sangat penting, yaitu menyiapkan perjumpaan antara Tuhan dan manusia. Jika dirumuskan maka tugas koster zaman sekarang, meliputi: membuka dan menutup pintu gereja, mempersiapkan liturgi dan peribadatan (buku-buku, alat-alat misa, pakaian, kain, dll), mempersiapkan bahan-bahan persembahan (hosti dan anggur), dan mempersiapkan gereja agar layak digunakan untuk acara liturgi dan peribadatan.
Peserta diajak mengetahui jiwa pelayanan seorang koster, yaitu ambil bagian dalam karya Tuhan. Koster seperti Yohanes Pembaptis, adalah orang yang menyiapkan jalan Tuhan agar Tuhan berkenan hadir menjumpai umat-Nya. Jadi, yang berkarya adalah Tuhan sendiri dan bukan kita. Roh Kudus berkarya dalam diri kita mendahului langkah kita dan mempersiapkan segalanya. Kita berpartisipasi dalam karya keselamatan Tuhan, bahkan bersyukur karena Tuhan menggunakan kita umat-Nya yang lemah ini dalam karya-Nya yang istimewa.
Selain mengulas mengenai spiritualitas koster, pembicara juga menyegarkan pengetahuan para koster akan alat dan sarana pendukung pelayanan para koster, yang meliputi alat-alat peribadatan, bahan-bahan, buku-buku, baju liturgi, dan lain-lain.
Hal terakhir yang disinggung pembicara adalah perlunya para koster juga mengikuti ekaristi. Sering kali karena sibuk melayani, para koster lalu lupa tidak mengikuti ekaristi secara penuh. Hal ini disayangkan karena Ekaristi merupakan sumber dan puncak hidup kita sebagai orang beriman. Selain itu, ekaristi juga menjadi jantung hidup gereja yang menjamin Gereja tetap hidup.
Sesi pematerian diakhiri dengan sharing pengalaman Heribertus Wiyono, yang menceritakan suka duka seorang koster berikut hal-hal teknis yang diperlukan sebagai bekal menjalankan tugas. Pengalamannya sebagai koster di Kapel Sengkan yang juga menjadi prodiakon dan pengurus di Komlit Yogyakarta Barat merupakan pendukung yang melengkapi materi.
Dalam diskusi tanya jawab terungkap beberapa hal penting yang menarik dari pengalaman beberapa koster dan perlu diketahui para koster lainnya. Misalnya, bagaimana cara menghitung hosti di tabernakel, koster tidak boleh mengambil atau membuka hosti di tabernakel karena tidak mendapat mandat resmi, yang boleh adalah para prodiakon atau imam. Bolehkah koster minum sisa anggur, bagaimana jika ada hosti yang jatuh dan ditemukan koster, bagaimana jika ada petugas dokumentasi perkawinan yang memaksa mengambil dokumentasi tetapi mengganggu kekhusukan peribadatan? Pertanyaan yang ada semuanya dijawab dengan menarik dan jelas. Sebagai tonggak sejarah, forum ini telah menetapkan beberapa hal penting untuk makin memantapkan pelayanan, sehingga koster paroki/kapel makin bahagia dan menyatu dalam paguyuban koster kevikepan. (Ve)