HIDUPKATOLIK.COM – MISA akan diadakan pada Hari Senin sore, 5/9/2022, pukul 18.00 WIB di Gereja Katedral Jakarta. Misa ini juga dapat diikuti secara live streaming via Komsos Katedral Jakarta dan HIDUPtv. Turut mendampingi Kardinal, Romo Edi Mulyono, SJ, dan Romo Bambang Rudianto, SJ.
Misa ini diselenggarakan oleh Kerabat Kerja Ibu Teresa (KKIT) dan I Thirst Movement (ITM) Indonesia.
Ditemui di “Wisma Sahabat Baru”, Transit Rumah Jompo di bilangan Jakarta Barat, Kamis, 1/9/2022, Koordinator Nasional KKIT, Sinta Hidayat mengatakan, Misa pada hari ini (5/9) telah didahului dengan novena yang menghadirkan sejumlah narasumber dari pelbagai tempat/keuskupan di mana KKIT sudah eksis. Menurut Sinta, momen ini merupakan kesempatan untuk mengenang kembali semangat bela rasa seorang Bunda Teresa dari Kalkuta yang meninggal dunia 25 tahun lalu.
Bunda Teresa adalah pendiri Kongregasi Misionaris Cinta Kasih (MC). Sebuah kongregasi yang memberikan pelayanan kepada orang-orang miskin dan papa yang sakit dan sekarat di Nirmal Hriday, India. Di rumah ini, Bunda Teresa dan para pengikutnya merawat orang-orang gelandangan yang ia pungut dari jalanan yang tidak punya harapan untuk hidup. Karya Bunda Teresa kemudian berkembang ke pelbagai penjuru dunia; begitu juga dengan para pengikutnya yang terus bertambah.
Kepergian Bunda Teresa pada tanggal 5 September 1997 menyisakan duka mendalam, tidak hanya bagi para pengikut Bunda Teresa, — suster dan bruder MC, masyarakat atau negara India, tetapi juga masyarakat dunia. Hal itu tampak dari ungkapan dukacita dari sejumlah pemimpin dunia saat mereka mendengar kematian Bunda Teresa.
“Ibu Teresa adalah teladan dunia modern karena karakter pribadinya yang sangat altruis. Penghayatan hidup dan semangat imannya, layak menjadi teladan bagi semua orang,” kata Paus Yohanes Paulus II saat mendengar kabar kematian Bunda Teresa, sang sahabat rohaninya itu.
“Kematian Ibu Teresa melemparkan seluruh bangsa, dunia ke dalam kedukaan begitu dalam. Ia telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk semua orang. Ia orang kudus terkemuka,” kata Shahi Imam Ahmed Buchari, Pemimpin Mesjid Jamma, New Delhi, India.
“Seluruh hidup wanita penuh pesona ini sungguh merupakan bentuk ungkapan penghayatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan utama yang mencerminkan prinsip-prinsip kebaikan, bela rasa, kepedulian besar kepada orang lain dan iman kepada Tuhan. Kami rakyat Rusia sangat bersedih, dan sangat kehilangan,” kata Presiden Rusia, Boris Yeltsin.
“Ia adalah simbol harapan bagi kaum papa dan sekarat,” kata Perdana Menteri Singapura, Goh Chok Tong.
Pemenang Nobel Perdamaian 1992, Rigoberta Menchu Tum mengatakan, kepergian Ibu Teresa telah meninggalkan jejak jelas upaya perjuangan menegakkan kebenaran, persamaan hak, dan kadilan.
Presiden Bill Clinton dari Amerika Serikat menyebut Ibu Teresa sebagai pribadi yang luar biasa dan salah satu ‘raksasa’ di zaman kita ini.
Seluruh Dunia Melihat
Maka, bagi Sinta Hitayat dan teman-teman dari KKIT dan ITM Indonesia, peringatan 25 tahun meninggalnya Ibu Teresa ini merupakan momen untuk mengingat kembali spiritualitas Bunda Teresa.
“Kita yang sudah mempelajari dan mengikuti Bunda Teresa dengan belajar jatuh bangun, ingin agar spiritualitas Bunda Teresa jangan mati. Kita ingin agar lebih banyak orang mendengar, lebih banyak orang tersentuh, dan semoga ini terus. Kalau Bapa Kardinal Suharyo sering bicara mengenai semangat berbela rasa, ya Bunda Teresa inilah yang langsung berbela rasa. Seluruh dunia bisa melihat bahwa dialah orang yang pembela rasa itu. Supaya semangat itu bisa turun temurun,” ujat Sinta Hidayat yang bersama beberapa rekannya pernah menjadi relawan di tempat Bunda Teresa berkarya di India.
Pada tahun 2013, Ibu Teresa telah digelari Beata oleh Vatikan, dan tahun 2016 sudah menjadi Santa.