HIDUPKATOLIK.COM – SETIAP keprihatinan akan mengundang jawaban untuk mewujudkan suatu kehidupan baru yang lebih baik. Melihat dan mengalami situasi sulit di masyarakat Belanda Utara, Pater Mathias Wolff, SJ tergerak hatinya untuk menjawab keadaan dengan mendirikan kongregasi perempuan yang secara khusus melayani pendidikan bagi anak-anak putri. Kongregasi ini kemudian disebut suster-suster Santa Perawan Maria dari Amersfoort atau Onze Lieve Vrouw.
Pada tahun 1926, dari Amersfoort tujuh misionaris Kongregasi Suster SPM (Srs. Arnolda, Oda, Bernadette, Emiliana, Rosario, Agnesia, Vincenta), berlayar ke Indonesia menuju kota kecil Probolinggo untuk memulai menebarkan spiritualitas melalui pendidikan dan pembinaan bagi generasi muda. Tidak berselang lama TK Materdei dimulai dan selanjutnya SD sampai dengan tingkat atas. Agar pendidikan dan pembinaan bagi generasi muda tertanam kuat dan intensif dibuka asrama bagi mereka. Dari tahun ke tahun benih itu tumbuh dan semakin besar menyebar ke berbagai kota dan Pulau di Indonesia hingga Philipina. 31 komunitas sebagai tempat para suster membangun hidup persekutuan dan 51 karya pendidikan PAUD s.d. tingkat SMA, 11 asrama, 3 karya kesehatan ( klinik ), dan karya pastoral lainnya.
Demi efektifitas pelayanan dan internasionalitas sebagai Kongregasi kepausan, dalam kapitel Umum maupun kapitel Provinsi Indonesia 2010 diputuskan penyelidikan kemungkinan perubahan batas-batas Provinsi Indonesia ( Provindo). Berdasarkan hasil penyelidikan kurang lebih 4 tahun, pada tahun 2016 SPM Provindo mekar menjadi dua provinsi satu badan hukum yakni SPM Provindo Probolinggo dan SPM Provindo Samarinda. Pemilihan tempat di Probolinggo, karena Faktor historis awal mula kongregasi SPM di Indonesia, sentral untuk pelayanan Provinsi dan domisili Lembaga Badan Hukum beralamat di Probolinggo. Sedangkan pertimbangan pemilihan tempat di Samarinda, pertama-tama keterbukaan Gereja dan masyarakat di Kalimantan, khususnya di Kalimantan Timur sangat potensial untuk pengembangan hidup persekutuan dan perutusan di masa depan, serta belum banyak Tarekat Hidup Bakti yang provinsialatnya berdomisili di Keuskupan Agung Samarinda (KASRI).
Pemekaran pertama-tama dimaksudkan sebagai upaya mengembangkan harta rohani agar SPM dikenal dan dihidupi oleh semakin banyak orang serta seluas mungkin daerah. Acuan yang menginspirasi tujuan pemekaran Kongregasi SPM adalah Roh yang bergerak dan hidup dalam sejarah Kongregasi yang berpuncak pada kapitel ditanggapi dan diupayakan perwujudannya. Sebagaimana Tubuh untuk Roh, yang artinya menyerahkan diri untuk dibimbing oleh Roh Kudus, dan dalam hal ini secara mistik disebut tubuh mistik Kristus, untuk mengalirkan daya-daya penyelamatan Kristus (Kol. 1: 15-2). Perubahan batas-batas provinsi sebagaimana diputuskan dalam kapitel Umum dipahami oleh para suster SPM sebagai Pemekaran Provinsi yang akan mengandung konsekuensi pembagian wilayah. Pembagian wilayah sebagai konsekuensi dari pemekaran bukan untuk memecah-belah atau memisah-misahkan satu sama lain, tetapi untuk kesatuan (communion) melalui bagian-bagian mengintensifkan dan mengefektifkan pelaksanaan misi. Dengan demikian kualitas kepemimpinan SPM yang berciri kolegialitas dan pelayanan semakin terwujud, dan memuncak pada ekaristik yang berarti berbagi kekuatan hidup (Dinamika Pemekaran dan Hasil Penyelidikan SPM Provindo: Bab II Arti dan Tujuan Pemekaran halaman 18- 19)
Berdasarkan acuan Dinamika Pemekaran dan Hasil Penyelidikan SPM Provindo: Bab II Arti dan Tujuan Pemekaran, halaman 19 -23, tujuan pemekaran Kongregasi SPM Provindo:meningkatkan kualitas hidup religious atau kedalaman batin setiap anggota; mewartakan spiritualitas dan karisma Kongregasi kepada sebanyak mungkin orang dan seluas mungkin daerah sehingga semakin banyak orang mengakui martabatnya sebagai citra Allah; mengefektifkan operasional layanan kepemimpinan Provinsi Indonesia; mampu melayani perutusan secara optimal; mampu membangun kekuatan hidup provinsi yang menjadi tumpuan Kongregasi secara keseluruhan, dan mempertahankan status kepausan Kongregasi SPM.
Enam tahun pemekaran, masing-masing Provinsi Probolinggo maupun Samarinda menata dan menyusun peta pengembangan sesuai kebutuhan teritorial gerejawi maupun daerah. Menanggapi seruan Paus Fransiskus untuk pergi ke pinggiran-pinggiran- daerah tertinggal, terdepan dan terluar.
SPM Provindo Probolinggo memulai misi di Kabupaten Tambrauw, Papua Barat dengan bermitra dengan pihak pemerintah dan Gereja dalam bidang Pendidikan bagi anak-anak asli Papua. Bentuk Kerjasama dirintis dengan mengirim 2 suster untuk live in di Fef, menerima anak-anak Tambrauw untuk dididik dan dibina di sekolah suster SPM di Papua dan Probolinggo. Selanjutnya dalam kemitraan dengan Gereja dan pemerintah kita akan membuka sekolah berasrama di kampung Iwin, Fef, Kabupaten Tambrauw. Saat ini Pemerintah kabupaten Tambrauw dengan serius dan penuh harapan sedang mempersiapkan kebutuhan infrastruktur. Provindo Probolinggo juga mulai menjajagi kemungkinan untuk bermisi di Paroki Wonda, Keuskupan Agung Ende.
Selain memulai misi baru, Provindo Probolinggo terus bergiat mengembangkan misi yang Tuhan percayakan yakni 44 sekolah, 3 Asrama, 3 Klinik dan 1 rumah pembinaan St. Julie Billiart Lawang. Kami membangun persekutuan hidup baru dengan jumlah anggota 137 suster yang tersebar di 26 komunitas dan melayani di 5 Keuskupan yakni Keuskupan Malang, Surabaya, Semarang, Denpasar dan Manokwari- Sorong. Selain mengelola karya tarekat, kongregasi terbuka bersinergi dengan lembaga lain seperti menjadi Kepala sekolah di Yayasan Insan Mandiri-Denpasar, Manajer CU Mandiri, staf pamong Residence Universitas Sanata Dharma, dosen STFT Widya Sasana Malang, dan Kopi manis KOPTARI.
SPM Provindo Samarinda, mengembangkan sayap ke Kutai Barat – Sendawar Barong Tongkok pada tahun 2018 dengan memulai karya bidang Pendidikan PAUD dan Asrama. Dalam periode pertama pemekaran Provindo Samarinda masih banyak menata dan menyusun blue print hingga 2034. Salah satu rencana besar Samarinda adalah pendirian SMA kader pemimpin berasrama di Balikpapan. Selain pemetaan dan penataan karya, SPM Samarinda tetap memfokuskan perhatian bagi mereka yang tertinggal dan terlantar. Sebagai ungkapan syukur atas 200 th Kongregasi hadir di dunia SPM Samarinda mengangkat tema “Mendidik dan Membina Manusia Bermartabat” sebagai konkritisasi dari tema Yubilium agung “to keep burning the spirit of Tota Christi Per Mariam”. Mendidik dan membina manusia bermartabat, telah dimulai dengan membagikan spiritualitas dan kharisma bagi masyarakat Mangkupalas, Samarinda seberang dan sekitarnya dalam sarasehan pendidikan pada bulan April 2022 dan akan mendedikasikan secara khusus bagi masyarakat Kalimantan terjauh dengan terlibat dalam misi Dayak Meratus yang dicanangkan oleh Keuskupan Banjarmasin.
Perkembangan secara fisik saat ini Provindo Samarinda memiliki 9 komunitas yang berada di 4 teritorial gerejawi – keuskupan yakni Keusukupan Agung Jakarta (KAJ), Keuskupan Agung Samarinda (KASRI), Keuskupan Banjarmasin dan Keusupan Antipolo Philipina.
Dengan demikian, kehadiran setiap suster SPM dimana pun berada menampakkan kabar gembira dengan menghargai, dan mengakui martabat setiap pribadi sebagai citra Allah sehingga setiap orang semakin menyadari dan mengakui martabatnya yang adalah citra Allah. Melalui pendidikan dan pembinaan para suster mengalirkan spiritualitas dan karisma Kongregasi baik secara formal maupun non formal.
Sr. Fransita, SPM & Sr. Theresien, SPM
HIDUP, Edisi No. 33, Tahun ke-76, Minggu, 14 Agustus 2022
Saya sebagai Umat Katolik, mengenal sebagian Congregasi para Suster. Tapi saya kurang tahu bagaimana kedispilinan para biarawati di Congregasi Spm ini. Soalnya ada Suster Spm yang ngetop di Face book, dimana menurut pengamatan saya, hampir semua postingannya Di face book , tidak mencerminkan seorang biarawati yang saya lihat selama ini di Congregasi lainnya. Nama Facebooknya: Suster Nathania Spm. Semoga menjadi perhatian Pimpinan. Supaya nama baik Gereja Katolik tetap terjaga.