HIDUPKATOLIK.COM – BANGSA ini diprediksi akan mengalami bonus demografi tahun 2030-2045. Pada periode itu, 70 persen populasi penduduk Indonesia adalah penduduk usia produktif. Catatan BPS 2018 menyebutkan, ada 263 juta jiwa dengan 66 persen usia produktif (15-64 tahun). Bahkan, pada 2045 penduduk Indonesia diprediksi mencapai 321 juta jiwa. Menurut TetraPak Index 2017 di antara 263 jiwa itu, 132 juta pengguna internet dengan 40 perses aktif sosial media.
Membaca bonus demografi ini, Umbu mengatakan salah satu faktor penting yang perlu ditekankan adalah menciptakan ekosistem industri bagi anak bangsa. Menurut Umbu, ada banyak sub sektor ekonomi kreatif seperti aplikasi, arsitektur, desain produk, fashion, desain interior, desain komunikasi visual, seni pertunjukan, film animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, pengembangan permainan, periklanan, seni rupa, dan televisi, serta radio.
“Rakyat Indonesia dengan usia produktif harus menghasilkan karya, menghadirkan produk (barang/jasa). Jangan sampai menjadi beban negara sebab penentu keberasilan bonus demografi adalah pendidikan, lapangan pekerjaan, kesehatan, dan pertumbuhan penduduk,” ujarnya.
Ekonomi Kreatif
Archipreneur dan broadcaster ini menegaskan, ke depannya bangsa ini harus semakin mengambil peran dalam menguatkan ekonomi kreatif. Ada beberapa konsep konkrit dari ekonomi kreatif yang bisa diadopsi usia produktif. Misal, kesiapan menghadapi Web 3.0 (W3), sebuah konsep masa depan internet dengan kontribusi teknologi blockchain. Orang muda produktif harus memahami versi ideal dari web yang dibuat untuk pengguna yang mengandung nilai kebebasan, demokrasi, dan kepemilikan. “Meski dalam tahap pengembangan, tetapi bagaimana kesiapan usia produktif memanfaatkan kemajuan teknologi,”sebutnya.
Hal lain adalah soal tol laut. Generasi muda perlu menyadari bahwa Indonesia adalah negara maritim dengan 17.508 pulau membentuk untaian zamrud khatulistiwa, dirajut lautan yang menghampiri sepertiga wilayah Tanah Air. Perjuangan menuju cita-cita bersama Indonesia Emas 2045 adalah perjuangan bersama. Generasi muda harus mampu memanfaatkan ekonomi maju di masa depan terlebih daerah-daerah di Indonesia yang diintegrasikan dengan satu sistem transportasi massal yang dapat diandalkan dan murah, yakni sistem transportasi nasional berporos laut.
“Menjadi jelas bagi kita bahwa arah perjuangan generasi muda Indonesia adalah Indonesia Maju 2045. Salah satu kemajuan itu adalah soal integrasi tol laut yang relatif murah dibandingkan dengan tol darat ataupun tol penghubung antar daratan seperti jembatan yang menghubungkan pulau Jawa dan pulau Madura,” sebutnya.
Pria yang kini tinggal di Bali dan pernah mengikuti program Bootcamp Accelerator for Mayor Office dalam kerja sama internasional antara Indonesia Creative Cities Network (ICCN) dengan Good City Foundation yang berbasis di Hongkong, September dan November 2021. Dalam program ini ia diajak memasuki dunia metaverse (dunia virtual yang dibangun dengan memanfaatkan perkembangan dan kemajuan teknologi internet).
Menurutnya saat ini beberapa perusahan teknologi terkemuka sedang membangun metaverse mereka masing-masing. Teknologi Metaverse akan memungkinkan manusia bertemu di realitas virtual. Segala aktivitas yang saat ini hanya bisa kita lakukan dalam realitas nyata, kini kita bisa sama-sama menjelajahi planet Mars tanpa harus pergi secara fisik kesana.
“Metaverse adalah dimensi lain (baru) dalam kehidupan kita di masa depan, kita akan hidup, beraktivitas, belajar, sekolah, bekerja dan masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang belum terbayangkan hari ini akan terwujud pada multi semesta virtual nanti,”
Dalam usaha mendorong pengembangan smart city, Umbu lewat ICCN terlibat mempromosikan Labuan Bajo, salah satu kota di Nusa Tenggara Timur yang terkenal dengan konservasi Taman Nasional Komodo dan menjadi salah satu Destinasi Wisata Super Prioritas oleh Kemenparekraf.
“Kami menyadari bahwa Labuan Bajo tidak cukup hanya dibangun infrastruktur fisik seperti penataan kota, pembangunan dermaga nusantara sebagai pelabuhan multipurpose, atau destinasi pariwisata berbasis geopark, tetapi juga perlu akselerasi dengan infrastruktur digital,” katanya.
Smart City
Umbu adalah Kordinator Daerah NTT untuk ICCN jejaring dari Unesco Creative Cities Network. Dengan jejaring ini, Umbu didorong membangun karya yang berbasis komunitas. Beberapa karyanya mencakup ruang dengan konsep cinema, coffee, podcast, kios, barber, capsule, advertising, perpustakaan, co-working, parkir, ruang olahraga, taman, toilet, dan UMKM lainnya.
Selain berbagai karya yang dibuatnya, ia juga terlibat dalam ragam even nasional maupun internasional seperti Supernova ‘A global Internet Computer Hackathon’ T-HUB, Bali; Future City Summit 6 th Hongkong; Indonesia Creative Cities Festival (ICCF), Pekanbaru; Indonesia Creative Cities Festival di Ternate, World Conference on Creative Economy (WCCE), Bali; dan Venice Architecture Biennale, Italia; serta sejumlah kehadiran lainnya di dalam dan luar negeri – entah sebagai narasumber, moderator, atau peserta.
Sementara sebagai Principal Civilarc Indonesia (Business Plan, Project Management, Design & Consultant), Umbu berharap program smart city dapat diterapkan di berbagai kota dan instansi di Indonesia. Diharapkan juga dalam komunitas-komunitas, generasi muda sudah harus memikirkan konsep digital dan ekonomi kreatif. Bisnis, media, atau agregator lainnya, serta sudah harus terbiasa mengantisipasi perkembangan zaman.
Umbu memberi contoh di bidang konstruksi. Ia percaya bahwa perkembangan teknologi pada akhirnya akan memaksa dirinya melakukan adaptasi dan perubahan khususnya soal pengetahuan dan teknik konstruksi. Teknologi yang tidak saja mengubah cara membaca buku, menonton film, mendengarkan musik, atau mengubah cara mengendalikan perangkat digital lainnya tetapi juga dalam dunia konstruksi.
“Misalkan mesin cetak beton 3 Dimensi (3D) juga mulai dikembangkan. Perusahaan ICON, perusahaan konsentrasi pada teknologi kontruksi berhasil membangun rumah dengan metode cetak 3D di Natajuca, Meksiko,”ceritanya.
Ke depannya, alumni SMA Katolik Anda Luri Waingapu, Sumba Timur ini berharap para generasi muda Indonesia bisa menjadi entrepreneur yang berhasil mengeksplorasi model bisnis baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satunya adalah upaya mewujudkan cita-cita Indonesia Maju 2045.
“Bagi saya ini bisa terlaksana lewat proses berpikir mendalam, cara berpikir kreatif, kemampuan berkomunikasi, kolaborasi, dan kepercayaan diri,” tutur Umbu.
Yustinus Hendro Wuarmanuk
HIDUP, No. 32, Tahun ke-76, Minggu, 7 Agustus 2022