web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

25 Tahun Episkopal Mgr. Petrus Turang: Berkeliling Berbuat Baik

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – USKUP Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang merayakan Ulang Tahun ke-25 Tahbisan Uskup pada 27 Juli 2022. Ya, 25 tahun lalu, Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ menahbiskannya sebagai Uskup Agung Koajutor. Kala itu masih bertakhta Mgr. Gregorius Monteiro, SVD. Tak lama kemudian, Tuhan memanggil Monteiro ke pangkuan-Nya pada 10 Oktober 1997. Secara otomatis, Mgr. Turang mengambil alih tongkat penggembalaan umat Kuskupan Agung Kupang (KAK), Nusa Tenggara Timur (NTT).

Mengambil moto Pertransiit Benefaciendo – Berkeliling sambil berbuat baik, Mgr. Turang memulai meneruskan, membenahi, dan tentu saja mengembangkan Keuskupan hingga menjadi seperti sekarang ini. Tercatat, data terkini, jumlah umat 256.372 dengan 35 paroki, 8 kuasi paroki, 330 stasi dan kepela. Terdapat 138 imam yang aktif melayani dan 184 orang seminari (seminari menengah dan seminari tinggi) yang tengah menjadi masa formasi. Di awal penggembalaannya, jumlah umat 106.478 jiwa yang tersebar di 22 paroki dan dilayani 38 imam diosesan.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai
Saat Mgr. Petrus Turang (kedua dari kanan) memimpin sebuah perayaan. (Foto: Dok KAK)

Bila dilihat dari segi kuantitas, pertumbuhan umat KAK perlu disyukuri kendati hal itu tidak terlalu mengagekan karena KAK berada di provinsi yang disebut-sebut sebagai ‘gudang’ umat Katolik di Indonesia. Sementara NTT terdiri dari dua provinsi gerejawi yakni Ende (Keuskupan Agung Ende dengan sufragan: Maumere, Denpasar, Ruteng, dan Larantuka) dan Kupang (Keuskupan Agung Kupang dengan sufragan Weetebula dan Atambua). Adalah mungkin tepat jika KAK dapat disebut sebagai potret dari pertumbuhan dan perkembangan umat Katolik di dua provinsi gerejawi tersebut.

Dalam wawancara khusus menyambut 25 tahun tahbisan episkopalnya ini, Mgr. Turang mengatakan, masyarakat NTT masih berada di lingkungan sosial yang memerlukan pemberdayaan agar masyarakat mampu bergerak untuk bangkit sejahtera. Lingkungan sosial NTT nyatanya masih mengandalkan daya dukung setempat seperti pertanian, peternakan, perikanan dan kerajinan, menuju perubahan sosial yang membangun keadaan bermartabat seraya memperhitungkan perbaikan sarana dan prasarana penghidupan seperti jalan, listrik dan air yang memadai.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Masih mengutip Mgr. Turang, masyarakat NTT bisa maju dan bangkit sejahtera bilamana kerja sama pembangunan dilaksanakan dengan kejujuran yang melibatkan semua pihak. Kerja sama yang sinergis yang efektif akan menggerakkan partisipasi yang berwatak simbiose mutualistik menuju kerukunan sejahtera bersama. Pada dasarnya itulah solidariatas yang tumbuh dari subsidiaritas yang tulus di tengah keberagaman.

Sebagai Uskup yang sudah memilik kesempatan untuk mengajukan pengunduran diri untuk memasuki masa purnabakti, legacy yang akan diwariskan Mgr. Turang bagi KAK perlu dirawat dan dikembangkan. Satu hal yang senantiasa diartikulasikannya adalah pentingnya kerja sama baik secara internal maupun eksternal. Lagi-lagi, harus berpegang teguh pada prinsip kejujuran. Hal ini, barangkali ada kaitannya dengan persoalan-persoalan pelik seperti koruspi dan kemiskinan, yang masih melilit Provinsi NTT. Persoalan ini tentu bisa berdampak ke dalam dinamika Gereja Keuskupan Agung Kupang dan keuskupan lain di NTT.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

HIDUP, Edisi No. 31, Tahun k-76, Minggu, 31 Juli 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles