HIDUPKATOLIK.COM – SAYA pernah memiliki sebuah kebiasaan yang dapat membuat putus asa dalam kehidupan saya. Bertahun-tahun, saya membuat daftar banyak hal yang harus saya kerjakan setiap hari.
Saya memiliki pandangan bahwa saya harus melakukan sebanyak mungkin hal agar diri saya bernilai dan dihargai orang lain. Akibatnya, setiap malam saya tidak bisa tidur nyenyak karena senantiasa memikirkan apa yang harus saya selesaikan.
Semakin banyak kegagalan yang saya alami, semakin saya memikirkannya. Akibatnya, mata saya terpejam, tetapi pikiran saya tidak bisa istirahat.
Beberapa tahun belakangan ini saya mendapatkan inspirasi yang mengubah hidup saya. Saya menyadari bahwa nilai diri saya tidak tergantung pada banyaknya hal yang saya kerjakan, tetapi kasih-Nya yang tanpa syarat sehingga Ia senantiasa menyediakan pengampunan bagi ketidaksempurnaan saya.
Sejak saat itu pikiran saya tidak lagi terfokus pada apa yang tak dapat saya kerjakan, tetapi pada apa yang telah tuntas saya lakukan.
Apa yang telah dapat saya kerjakan sebaik mungkin saya haturkan kepada Allah sebagai tanda ucapan syukur atas kasih-Nya. Perubahan fokus pikiran itu menyebabkan saya mengalami ketenangan dalam hidup saya.
Pesan dari pengalaman tersebut adalah kita hendaknya belajar tertawa dalam dosis yang tepat.
Ketawa yang sehat akan menjauhkan kita dari stres dan kekuatiran.
Tidak ada gunanya melakukan banyak hal hanya untuk mendapatkan kekaguman manusia karena kekaguman manusia bisa berubah setiap saat.
Allah tidak menilai kita dari apa yang kita miliki ataupun dari prestasi yang kita telah raih. Yang dilihat-Nya adalah hati kita yang dipenuhi dengan kasih.
Sekecil apapun yang muncul dari sebuah kasih sudah menyenangkan-Nya.
Romo Felix Supranto, SS.CC, Kepala Paroki St. Odilia, Citra Raya, Tangerang