HIDUPKATOLIK.COM – Pw. S. Bonaventura. Yes.38:1-6, 21-22, 7-8; MT Yes.38:10,11,12abc,16; Mat.12:1-8
SANTO Bonaventura (1221-1274), teolog Fransiskan, menjadikan Kristus sebagai pusat pengetahuan (dosen), devosi, teologi, administrasi (sebagai minister general, uskup, kardinal) dan kesalehan pribadi. Ia mengharmonisasikan pengetahuannya dengan kesalehan iman dalam hidup dan tulisan-tulisannya, dan digelari “Doctor Seraphicus” (Doktor Malaikat).
Menghidupi iman secara seimbang dengan akal budi (fides et ratio) tidak selalu mudah. Hizkia terkenal sebagai raja beriman, sehingga seruannya untuk kesembuhan di saat sakit parah didengarkan Tuhan. Ia disembuhkan, karena doanya yang penuh iman. Walau begitu, secara administrasi pemerintahan ia bukan raja yang sangat cemerlang.
Sebaliknya, orang-orang Farisi terlalu menekankan huruf dan aturan, sehingga kehilangan roh dan jiwa hukum Taurat sendiri. Mereka kehilangan unsur belas kasih, roh dari Hukum Taurat, sehingga tidak sanggup memahami ajaran dan tindakan Yesus, Sang Kasih itu sendiri. Karena itu mereka dikecam, “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan, bukan persembahan.”
Sebagai pengikut Kristus yang benar, kita setiap hari berjuang menyeimbangkan iman kita dengan akal budi kita. Jika Kristus benar menjadi pusat hidup kita dan kita hidupi dengan otentik, Ia akan hadir dalam kata, karya dan perilaku hidup kita yang dijiwai belas kasih.
Pastor Paulus Toni Tantiono, OFMCap Dosen Pendidikan Agama Katolik/Etika Sosial
Universitas Widya Dharma Pontianak