web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Setelah Seratus Tahun Kongregasi Frater CMM di Indonesia

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – KONGREGASI Frater CMM (Congregatio Marie Miseri Cordie – Kongregasi Perawan Maria Bunda yang Berbelas Kasih) pada tanggal21 Mei 2022 lalu menandai sebuah tahun rahmat kehadirannya di bumi Nusantara dengan mamasuki Jubileum 100 Tahun hingga tahun 2023 mendantang.

Perayaan ini dimahkotai dengan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh Uskup Manado, Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu, MSC di Manado. Mengusung tema besar Kesaksian Belas Kasih, dalam kesatuan Gereja Indonesia dan Gereja Universal, pantaslah kita turut serta merayakan momentum bersejarah ini bersama dengan seluruh Frater CMM baik yang berkarya di bumi Nusantara maupun di sejumlah negara lain, tentu saja di Negeri Belanda, asal Kongregasi ini lahir.

Tak bisa dimungkiri, kehadiran Frater CMM di Indonesia sudah dirasakan oleh umat Katolik. Bidang pendidikan adalah salah satu fokus perhatian utama mereka. Frater CMM identik dengan dunia pendidikan. Karya pendidikan yang tidak sekadar menonjolkan kualitas dalam arti prestasi lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola di semua level. Pendidikan ala Frater CMM lebih dari itu! Kualitas itu penting!

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Tapi kualitas yang diintegrasikan dengan pembentukan karakter humanis para peserta didik. Karakter yang lahir dari semangat atau spiritulitas Kongregasi yang didirikan oleh Mgr. Joannes Zwijsen pada 25 Agustus 1844 di Tilburg, Belanda, yakni persaudaraan yang berbelas kasih. Persaudaraan yang datang dari Allah sendiri. Persaudaran yang menempatkan manusia sebagai secitra dengan Allah, sesama yang harus dikasihi sebagaimana Allah mengasihi manusia seutuhnya.

Problematika sosial yang melilit masyarakat pada awal lahirnya Kongregasi ini seperti kemiskinan, perbudakan/perburuhan mendorong sekaligus menggerakkan hati (baca: panggilan) Zwijsen untuk melakukan aksi konkret pada saat itu. Hingga di kemudian hari, ia mendirikan Kongregasi Frater CMM.

Maka, Jubileum 100 Tahun Rahmat ini, yang akan belangsung selama satu tahun, menjadi momentum bagi Frater CMM untuk retret agung. Meneropong, sejauh mana semangat pendiri menampakkan wajahnya di Nusantara ini setelah seratus tahun. Apakah karya-karya yang selama ini dihidupi sungguh-sungguh relevan dan signifikan, tak hanya bagi umat Katolik secara internal, tetapi juga bagi masyarakat Indonesia? Apakah kehadirannya melalui pelbagai macam lembaga yang menjadi sarana atau jalan pengejawantahan spiritulitas tersebut membawa manfaat yang semakin besar bagi masyarakat? Menjadi garam dan terang?

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Tidak hanya Frater CMM yang kini sedang menghadapi tantangan baru yang tak pernah dipikirkan sebelumnya, era digital, era disrupsi. Bagaimana Kongregasi ini dapat menampakkan jati dirinya dengan segala perubahan yang kini sedang berlangsung, yang arahnya tidak bisa diprediksi ke mana ujungnya. Pandemi Covid-19 yang memorakporandakan dunia dalam dua tahun lebih ini juga telah membawa dampak yang krusial.

Kita berharap, Frater CMM dapat menjadi salah satu obor yang terus menyalakan kasih persaudaraan yang tulus di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk ini. Semangat persaudaraan yang kian merekatkan sesama manusia semartabat sebagai saudara (frater). Homo homini socius (menjadi sahabat bagi sesama)!

HIDUP, Edisi No. 24, Tahun ke-76, Minggu, 12 Juni 2022     

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles