HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 19 Juni 2022 Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Kej.14:18-20; Mzm.110:1,2,3,4; 1Kor.11:23-26; Luk.9:11b-17
MAKAN dan minum adalah kebutuhan vital setiap manusia. Selain untuk mempertahankan hidup kita, makanan dan minuman yang kita asup setiap hari juga menentukan kualitas kesehatan kita. Setiap makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh kita akan diproses. Sebagian akan menetap dalam tubuh kita, bahkan menjadi satu dengan tubuh kita, sebagian lainnya akan dibuang keluar.
Makanan dan minuman yang menyatu dengan badan kita bisa merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh badan kita atau sekurang-kurangnya membawa manfaat untuk kesehatan, tetapi bisa juga malah merugikannya. Karena itu ada ucapan bijak ini, “Anda adalah apa yang Anda makan,” artinya: makanan yang kita masukkan ke dalam tubuh menentukan kualitas kesehatan kita, bahkan dalam arti tertentu juga kepribadian kita.
Yesus ingin supaya para murid-Nya selalu berada bersama-Nya (Yoh. 14:3; 17:4), bahkan selalu bersatu dengan-Nya seperti nyata dari apa yang dikatakan-Nya pada Yoh. 15:3, “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” Pada hakikatnya, seorang murid Yesus dipanggil bukan hanya untuk mengikuti Dia atau berada di dekat-Nya saja, melainkan untuk bersatu dengan-Nya: Yesus ada di dalam murid-Nya, dan murid-Nya ada di dalam Yesus. Itulah persatuan yang begitu mendalam. Itulah hakikat pemuridan yang sejati.
Dari sebab itu, ketika akan meninggalkan para murid-Nya, Yesus tidak meninggalkan suatu patung diri-Nya sebagai monumen peringatan atau suatu lukisan wajah-Nya (seperti foto zaman sekarang) atau suatu kitab yang berisi ajaran-Nya atau sesuatu lainnya. Tidak! Seperti dikatakan Paulus dalam bacaan kedua tadi, Dia mengambil roti yang dipakai dalam upacara Paskah Yahudi, mengucap syukur atasnya, lalu memecah-mecahkannya seraya berkata, “Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu; perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku.” Ketika mengedarkan piala yang berisi anggur, Ia berkata, “Cawan ini adalah Perjanjian Baru yang dimeteraikan dalam darah-Ku … perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku.” Mengenangkan Dia berarti mempertahankan persatuan dengan-Nya, dengan cara menyantap Tubuh dan Darah-Nya.
Sejalan dengan paham Yahudi, ketika mengatakan “Inilah Tubuh-Ku” Yesus bermaksud mengatakan, “Inilah diri-Ku sepenuhnya, seluruh jiwa-raga-Ku.” Dengan demikian, ketika kita menyambut komuni kudus, kita sungguh-sungguh menyantap Tubuh-Nya, seluruh diri-Nya. Pada waktu itu terjadilah satu persatuan dengan Yesus dengan cara yang paling sempurna yang bisa terjadi di atas dunia ini. Kita makan Tubuh-Nya, bersatu dengan-Nya, menghayati kodrat pemuridan kita.
Sebagaimana makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh kita akan menjadi bagian dari tubuh kita dan menentukan kualitas kesehatan kita, begitu juga Tubuh dan Darah Kristus yang kita santap akan menyatu dengan jiwa kita dan menentukan kesehatan rohani kita. Tubuh dan Darah Kristus adalah santapan rohani yang menyucikan jiwa kita, meng-ilahi-kan kita, memberi kita kekuatan rohani dan jaminan hidup abada di surga. Anda adalah apa yang Anda makan. Oleh karena itu, semakin sering kita menyambut Tubuh (dan Darah Kristus) seharusnya persatuan dengan Kristus itu mengubah kualitas jiwa kita, menghasilkan buah-buah yang baik dalam kehidupan kita. Seharusnya kita menjadi semakin serupa dengan Yesus. Jika tidak demikian, ada sesuatu yang tidak beres dengan kita. Semoga Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini menyadarkan kita kembali akan makna begitu luhur dari Sakramen Ekaristi.
“Tubuh dan darah Kristus yang kita santap akan menyatu dengan jiwa kita dan menentukan kesehatan rohani kita.”
HIDUP, Edisi No.25, Tahun ke-76, Minggu, 19 Juni 2022