HIDUPKATOLIK.COM – Serentak! Seluruh wilayah Austria membuka gereja hingga tengah malam. Hal ini berlangsung pada 10 Juni 2022. Hingga larut malam masyarakat masih lalu-lalang di berbagai tempat, mereka mengunjungi berbagai gereja dan tempat lainnya yang dibuka hingga tengah malam pukul 1 dinihari. Tentu saja ini merupakan keadaan yang tidak biasa, mengingat umumnya di wilayah Austria mulai jam 22 tidak lagi diijinkan adanya keramaian, bahkan pertokoan tutup jam 18. Apa yang terjadi pada gereja-gereja di Austria?
Lange Nacht der Kirchen (= Malam Panjang di Gereja) menjadi alasan terjadinya situasi tersebut. Inilah program tahunan yang berlangsung di negara Austria sejak 2005. Lange Nacht der Kirchen pertama kali diadakan 10 Juni 2005 di wilayah Keuskupan Agung Wina.
Pada tahun 2006 diikuti wilayah Keuskupan Linz dan kini diikuti oleh semua wilayah keuskupan di Austria. Biasanya dipilih satu hari dalam musim semi atau menjelang musim panas untuk dilakukannya program tersebut.
Gereja (baik Katolik maupun Evangelis) dan berbagai institusi Kristen ambil bagian dalam program ini dengan mengadakan berbagai macam kegiatan hingga tengah malam, seperti konser musik, diskusi dan dialog, pameran, pertunjukan kabaret dan teater, hingga Perayaan Ekaristi dan Adorasi.
Di Keuskupan Agung Wina, sebanyak 150 gereja dan institusi ambil bagian dengan program acara lebih dari 900 macam. Kegiatan umumnya dimulai jam 18 dan 10 menit sebelumnya, seluruh gereja serentak membunyikan lonceng sebagai tanda dimulainya Lange Nacht der Kirchen.
Seluruh kegiatan yang berlangsung bersifat gratis dan terbuka bagi siapa saja, sehingga bukan hanya orang-orang Kristiani yang dapat menikmati malam panjang di gereja, melainkan semua orang dari berbagai usia, agama dan latar belakang.
Momen ini dimanfaatkan banyak orang untuk melihat keindahan gereja-gereja Austria yang megah dan estetis. Pada hari-hari biasa, banyak gereja yang terpaksa harus dikunci demi mencegah tindakan vandalisme. Juga beberapa gereja menetapkan tarif masuk akibat terlalu banyaknya turis sehingga diperlukan biaya besar untuk perawatan gereja.
Lange Nacht der Kirchen di Keuskupan Agung Wina dibiayai oleh pemerintah Kota Wina dengan didukung perusahaan asuransi lokal milik pemerintah setempat.
Paroki Erlöserkirche mengadakan program khusus untuk anak-anak yaitu dengan menampilkan pertunjukan yang berkisah tentang Tobias serta program mengenal berbagai jenis makanan yang ada dalam Alkitab.
Gereja Katolik-kuno Salvator mengadakan program pelatihan cara membunyikan lonceng gereja. Beberapa gereja lainnya menampilkan konser musik klasik dan berbagai program menarik lainnya. Saya sendiri berkesempatan mengikuti 5 program di 3 tempat berbeda.
Ritus Latin Kuno
Saya sendiri mengawali wisata Lange Nacht der Kirchen dengan mengikuti Perayaan Ekaristi dengan Ritus Latin Kuno (Misa Latin Tridentinum) di Gereja Minoriten. Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh 5 imam dan didampingi 12 misdinar ini berlangsung dengan sangat khidmat dan penuh nuansa sakral dengan keseluruhan misa berbahasa Latin.
Hanya pada bagian Bacaan Pertama dan Bacaan Injil dilakukan pengulangan dalam Bahasa Jerman. Masih di tempat yang sama, program dilanjutkan dengan konser piano yang ditampilkan seorang pianis asal Jepang, Ryoko Tajika. Ia tampil begitu memukau hingga usai konser suasana di dalam gereja begitu riuh dengan tepuk tangan orang-orang yang memenuhi gereja.
Dari Gereja Minoriten, saya melanjutkan mengikuti talkshow di Figlhaus Akademie für Dialog und Evangelisation (Figlhaus, Akademi untuk Dialog dan Penginjilan), yang menampilkan narasumber Uskup Agung Wina, Kardinal Christoph Schönborn.
Talkshow tersebut bertema Ziemlich beste Geschicten (Kisah Terbaik). Dalam talkshow ini semua peserta yang hadir dihantar pada permenungan bahwa di saat krisis sekarang ini kita patut untuk saling bicara dan menolong satu sama lain karena saling membutuhkan.
Ajakan untuk berani dan terbuka menolong siapapun, seperti Simon Kirene yang menolong Yesus memanggul salib padahal ia tidak pernah mengenal Yesus sebelumnya.
Selanjutnya saya menuju Gereja Maria am Gestade, dimana berlangsung program „1 Jam Bersama Santo Klemens Maria Hofbauer.“ Dalam program selama 1 jam ini, Pater Dominic CSsR menyampaikan renungan pemikiran-pemikiran Santo Klemens Maria Hofbauer dan diselingi lagu-lagu klasik meditatif yang dinyanyikan oleh seorang solis dengan iringan orgel. Acara ditutup dengan Adorasi kepada Sakramen MahaKudus.
Kegiatan semacam ini dapat menjadi sarana permenungan, kesempatan hening dan berdoa, melihat kembali bagaimana semestinya saya menjalani kehidupan sebagai seorang manusia.
Di sisi lain, bagi sebagian orang bisa juga kegiatan ini semata-mata dijadikan kegiatan wisata. Tapi setidaknya, lewat kegiatan semacam ini Gereja mau menunjukkan keterbukaannya bagi siapa saja yang ingin masuk, entah dia percaya atau tidak kepada Kristus. Karena pada dasarnya Gereja Katolik bersifat universal, terbuka bagi siapa saja.
Sr. Bene Xavier dari Wina, Austria
Thank you your comment. I hope see you again. Ryoko