HIDUPKATOLIK.COM – St. Theresia Lisieux (1873-1897) atau biasa dikenal St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus dapat dikatakan memiliki pesona spiritual yang sangat kuat.
Bahkan setelah 125 tahun kematiannya, banyak orang yang mengikuti spiritualitasnya dan memohon doa melalui perantaraanya.
Hal ini dapat dilihat salah satunya melalui peristiwa Perayaan Ekaristi dan Adorasi Sakramen MahaKudus dengan menghadirkan relikui dari St. Theresia Lisieux yang diadakan di Gereja Karmel, Döbling, Wina, Austria pada 2 Juni 2022.
Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pater Paul Weingartner, OCD dan didampingi beberapa imam konselebran (termasuk Pater Antonius Dewa, OCD asal Bajawa Indonesia) itu dihadiri oleh begitu banyak umat yang diperkirakan 1000 orang.
Perayaan Ekaristi dan Adorasi berlangsung selama 3 jam dengan terus diiringi lagu-lagu meditatif karya St. Theresia Lisieux.
Selama adorasi berlangsung, umat silih berganti maju ke bagian altar untuk berdoa di depan relikui dan menyentuhnya. Bahkan ada seorang ibu yang melakukan video call dengan salah seorang anggota keluarganya yang sedang sakit parah dan ia mengarahkan layar smartphone-nya ke arah relikui. Selain itu, di sekeliling altar para imam melayani umat yang mohon berkat dan doa.
Relikui tersebut tiba di Austria pada 1 Juni 2022 di Gereja Grieskirchen, wilayah Austria Atas. Lalu pada 2 Juni tiba di Direktorat Nasional Perhimpunan Misi Kepausan (Missio) di Wina dan berlanjut ke Gereja Karmel di Döbling Wina Austria, dimana Pater Antonius Dewa OCD bertugas.
Selanjutnya relikui dibawa lagi ke beberapa kota di Austria seperti Linz, Innsbruck, Vorarlberg.
Relikui tersebut merupakan sumbangan dari umat Katolik Brasil pada peringatan 100 tahun kematian St. Theresia Lisieux. Peti relikui berukuran panjang 1,5 meter serta tinggi dan lebar sekitar 1 meter dengan berat 132 kg.
Pada 8 Juni relikui akan dibawa menuju Swiss. Kehadiran relikui St. Theresia Lisieux di Austria ini merupakan rangkaian dari perjalanan misi membawa relikui tersebut berkeliling dunia sejak tahun 1994 yang dilakukan oleh Theresiawerk (sebuah organisasi yang menghidupi spiritualitas St. Theresia Lisieux) yang berada di Augsburg Jerman.
Kisah hidup St. Theresia Lisieux
St. Theresia Lisieux dilahirkan di Perancis 2 Januari 1873 dengan nama Theresia Martin dari pasangan St. Louis Martin dan St. Zelie Martin.
Ia merupakan bungsu dari 5 bersaudara. Ketika ia masih kecil, ibunya meninggal dunia. Lalu ia diasuh oleh kakak perempuannya, Pauline.
Sayangnya, Pauline memutuskan masuk biara Karmel dan terpaksa meninggalkan Theresia. Tidak lama kemudian, Theresia jatuh sakit dan tidak ada satu dokter pun yang dapat menemukan apa penyakitnya.
Suatu ketika keajaiban terjadi dalam hidupnya. Dalam sakitnya, Theresia melihat patung Bunda Maria tersenyum kepadanya dan seketika itu juga penyakitnya hilang. Sejak itu ia berkeinginan masuk biara mengikuti kakaknya.
Namun keinginannya tersebut tidak dapat diwujudkan karena usianya masih terlalu muda, 15 tahun. Ia akhirnya mengajukan permohonan langsung kepada Paus Leo XIII dan dikabulkan untuk masuk biara Karmel di Lisieux. Hanya 9 tahun ia hidup di biara karena penyakit TBC merenggut nyawanya.
Gereja Katolik memberinya gelar Doktor Gereja dan mengangkatnya sebagai pelindung misi. Anehnya, St. Theresia Lisieux bukanlah orang yang pernah melakukan misi ke luar negeri. Misinya adalah misi Cinta. Baginya hidup harus diisi dengan cinta dan mencintai Tuhan berarti mencintai sesama.
Sebelum meninggal dunia, ia mengatakan, “Dari surga aku akan berbuat kebaikan bagi dunia.“
Kesederhanaan, ketaatan dan ketulusannya berbuat baik bagi sesama dengan penuh cinta telah membuktikan bahwa bermisi bukan melulu soal pergi ke tempat yang jauh, tapi justru bisa dilakukan lewat hal-hal sederhana di dalam biara.
Sr. Bene Xavier dari Vienna Austria