HIDUPKATOLIK.COM – Romo Kris, sebagai orang Katolik, saya kerap melihat umat membawa seikat bunga yang ditaruh di depan patung atau gua Maria. Mengapa umat Katolik membawa rangkaian bunga ke patung atau gua Maria tersebut? (Audrey Basil, Jakarta)
DI Gereja Maria Ratu Rosario, Katedral Semarang, terpasang tulisan Ego quasi rosa plantata super rivos aquarum, yang kurang lebih berarti: aku bagaikan bunga mawar yang tumbuh subur di tepi aliran sungai. Itulah Bunda Maria.
Maria sering dilukiskan dengan bunga bakung, simbol kemurnian dan keterbukaannya akan kehendak Allah. Namun Bunda Maria juga digambarkan sebagai bunga mawar. Penyair abad XIV, Dante menggambarkan Maria sebagai bunga mawar, di mana Sabda menjadi manusia.
Dia tidak jarang digambarkan sebagai mawar tak berduri, bunga mawar surgawi, mawar menandakan keselamatan bagi mereka yang memohon perantaraannya. Maria sebaagai mawar tak berduri, karena menurut Santo Ambrosius, dia adalah perawan yang tak bernoda, kepenuhan kesempurnaan serta kelembutan kebaikan hatinya, demikian dikatakan Pius XII.
Rosario pun berakar pada makna mahkota mawar, sehingga bunga mawar menjadi simbol dari Doa Rosario serta misteri- misteri yang direnungkannya. Tidak mengherankanlah kalau Maria pun disebut sebagai Rosa Mistika (Mystical Rose). “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Dia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana” (2 Kor. 2:14). Keharuman bunga mawar merupakan tanda kesucian.
Semua ini tidak bisa kita lepaskan dari kenyataan bahwa sejak bapa-bapa Gereja, Maria, yang diakui Gereja sebagai mempelai mistik Kristus, mendapatkan julukan mawar mistik, bunga bakung di padang, dan mawar Zion. Umat Kristiani abad pertengahan, di tengah upaya reflektifnya untuk menggali apa yang paling bisa menggambarkan figur Maria, menyadari bahwa dari antara semua ciptaan, tiada lain bunga adalah yang paling mewakili keluhuran kesuciannya, kemegangan kemuliaan surgawinya serta kemurnian ketakbernodaannya.
Bahkan Santo Fiacre (600-670), yang disebut sebagai pelindung para pekerja taman, dikisahkan mempersembahkan taman- tamannya kepada Maria. Santo Juan Diego, yang mendapatkan penampakan Maria, tiba-tiba menemukan mantolnya penuh dengan bunga mawar ketika mencoba meyakinkan para pemimpin Gereja akan kebenaran penemapkan maria yang diterimanya. Maria merupakan ratu para bunga.
Tidak mengherankanlah kalau kemudian umat Katolik senang mempersembahkan bunga kepada Bunda Maria. Ia merupakan teladan utama bagaimana kita menghidupi iman dan kepercayaan kepada Allah. Proses ini digambarkan bagai suatu taman yang memberikan pertumbuhan serta aroma keibuan. Maria merupakan mempelai yang Ilahi yang karenanya menandakan kesempurnaan kesucian serta keluhuran hidup di hadapan Allah.
Karenanya kepadanya dipersembahkan rangkaian bunga indah sebab dia adalah pribadi yang dipenuhi dengan keharuman bunga, dialah yang utama maka kepadanya dipersembahkan yang pertama, “Karangan bunga yang indah itu bagi kepalanya dan suatu kalung bagi lehermu” (Ams 1:9).
Persembahan bunga kepada Maria merupakan ungkapan syukur akan perannya dalam karya keselamatan, demikian pula akan kasih keibuannya, yang dalam kelembutan serta kesegarannya memberikan kasih serta penyertaan dalam pergulatan hidup kita. Kasihnya kita balas dengan persembahan kasih kita, lewat dan dengan bunga.
Katakanlah dengan bunga, demikian ungkapan untuk mengatakan bahwa cinta dinyatakan serta diungkapkan dengan bunga. “Semua yang hidup adalah seperti rumput, dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput” (1 Ptr. 1:24). Maka kita bisa membayangkan ketika Salomo membangun bait Allah, dia memenuhi dinding-dinding bait suci dengan bunga-bunga yang mengembang (Lih 1 Raj. 6:29). Bunga melambangkan kedekatan, atau malahan bahkan keterikatan kasih serta devosi, yang dalam kerapuhan dan kemiskinan diri kita, kita mempersembahkan apa yang ada pada diri Maria, bunga.
Salah satu hal pertama yang dibuat Paus Fransiskus saat memulai masa kepausannya adalah mempersembahkan bunga di altar Salus Populi Romani di Basilika Santo Maria Maggiore. Demikian pula sebelum memulai kunjungan kenegaraannya serta saat kembali, Paus senantiasa berdoa dan mempersembahkan bunga kepada Bunda Maria di Santa Maria Maggiore. Itulah tanda syukur akan penyertaan Maria dalam karya keselamatan Allah yang dikerjakan-Nya di dalam dan melalui Gereja-Nya. Hal itu semua salah satu wujud dan tanda devosi umat Katolik kepada Maria.
HIDUP NO.22, 29 Mei 2022
Romo T. Krispurwana Cahyadi, SJ
(Teolog Dogmatik)
Silakan kirim pertanyaan Anda ke:
re**********@hi***.tv
atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda.