HIDUPKATOLIK.COM – Bertepatan dengan Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga, bertempat di gereja Santo Petrus Paulus Babadan, Sleman pada hari Kamis, 26 Mei 2022 telah dilangsungkan seremoni pembukaan Tarcisius Cup 2022 bagi para putra altar (misdinar) di Kevikepan Yogyakarta Timur.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Vikep Yogyakarta Timur, Romo Adrianus Maradiyo, Pr didampingi oleh Romo Bernardus Himawan, Pr (pendamping misdinar Kevikepan Yogyakarta Timur); Romo Saptono Hadi, Pr (Pastor Paroki Babadan), dan Romo Jonathan Billie Cahyo Adi, Pr (Pastor Paroki Nandan).
Romo Bernard menyampaikan Tarcisius Cup 2022 yang mengambil tagline Bersatu Diutus di Awal yang Baru. Dengan pandemi yang telah berlangsung selama hamper tiga tahun, saat ini sudah harus memulai dengan pelayanan yang lebih lengkap. Kenaikan Tuhan menunjukkan kemuliaan naik ke surga dan kita semua sebagai pengikut-Nya, menyatu dengan pokok anggur-Nya, sebagai misdinar kita mohon boleh menjadi saksi kabar sukacita dengan melakukan pelayanan yang baik.
Sebagai periode pertama Tarcisius Cup kali ini melibatkan 19 paroki dan akan berlangsung hingga bulan Agustus mendatang. Setelah berdinamika dengan pelayanan di ladang Tuhan, diharapkan di antara para misdinar nantinya akan ada yang terpanggil untuk menjadi biarawan/wati atau imam, apapun kongregasinya.
Diharapkan para misdinar terus maju menghadapi tantangan apa pun dengan penuh percaya pada penyertaan Roh Kudus, menjadi pioneer kebaikan dan sukacita di mana pun misdinar akan melayani. Para misdinar tentu mempunyai kekhasan dalam berelasi dengan Tuhan, maka semua rencana perlu disatukan dengan penyelenggaraan Tuhan sendiri.
Pembukaan Tarcisius Cup 2022 ditandai dengan pembukaan Official Logo yang dilombakan dan dimenangkan oleh misdinar dari Paroki Kelor, Gunung Kidul.
Sementara itu, Vikep Yogyakarta Timur dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas keterlibatan peserta sebagai putra-putri altar selama ini. Misdinar itu istimewa. Mereka juga perlu menghayati keberadaan dan peran sebagai anak-anak altar. Mereka dilahirkan dari meja korban, dimana karya penebusan itu kembali terjadi dan berulang. Menjadi putra-putri altar merupakan cara untuk mencapai kekudusan seperti yang dialami Santo Tarcisius, santo pelindungnya. Apa pun pilihan hidup atau cita-cita yang akan diraih, berilah kesempatan untuk meletakkan cita-cita sebagai imam, bruder, suster sebagai salah satu pilihan hidup. Setelah perayaan ekaristi dilakukan ramah tamah untuk menjalin keakraban dan membangun jaringan yang lebih baik sesame misdinar se-Kevikepan Yogyakarta Timur.
Laporan Veronika Naning (Yogyakarta)