web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Wajah Yesus yang Sebenarnya

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM Romo, diperkirakan usia Yesus 33 tahun saat meninggal di salib, tapi di banyak foto/lukisan/patung, kelihatan wajah Yesus sudah lebih tua. Sejak kapan ada tradisi foto wajah Yesus itu? Apakah memang ada foto aslinya? Mencoba membayangkan 2000 tahun lebih lalu, pastinya situasi masih prifimitif. Terima kasih. (Nadal, Bekasi) 

TENTU kita tidak bisa tahu persis seperti apa wajah Yesus yang sebenarnya. Ada berbagai upaya untuk merekonstruksi wajah Yesus, namun semuanya tidak bisa memastikan. Pada saat itu belum ada kamera yang bisa memotret wajah Yesus, ataupun pelukis yang mampu menggambarkan wajah-Nya. Memang ada lukisan wajah yang dikatakan berasal dari kain yang dipakai oleh Veronika untuk mengusap wajah Yesus, sebagaimana kita kenangkan dalam salah satu misteri jalan salib. Namun itu pun beredar berbagai versi gambaran wajah Yesus. Kita mempunyai pula kain kafan Turin, yang dipandang sebagai kain kafan yang dipakai untuk membungkus jenasah Yesus di makam.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Kitab Suci pun tidak memuat deskripsi gambaran wajah Yesus. Ketika Paulus berjumpa dengan Tuhan, hanya digambarkan Dia sebagai cahaya yang memancar dari langit (Lih Kis. 9:3). Kitab Wahyu menggambarkan Anak Manusia, dengan kepala dan rambut putih serta mata bernyala, mengenakan jubah yang panjangnya sampai kaki dengan ikat pinggang emas, penuh kuasa dan wibawa Ilahi (Lih. Why. 1:13-14). Bagaimana kemudian bentuk fisik tubuh Yesus, tak ada keterangan dan penggambaran pasti.

Sejak kapan ada gambaran wajah Yesus dalam bentuk lukisan ataupun patung? Diperkirakan hal itu sudah muncul sejak awal Gereja, terlebih saat umat Kristiani masih hidup dalam pengejaran dan sering tinggal dalam katakombe. Akan tetapi seringkali lebih tergambar dalam gambaran ikan (ichtys: ixtus), burung pelikan ataupun jangkar.

Upaya untuk menggambarkan wajah Yesus masih menjadi kontroversi, karena tidak jarang upaya penggambaran tersebut dipengaruhi dengan penggambaran para dewa-dewa yang beredar masa itu. Tidak mengherankanlah kalau sementara bapa Gereja tidak menyetujuinya.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Malahan pernah sempat disarankan agar Gereja-Gereja tidak memasang gambar atau lukisan di dinding-dinding, yang tentu hal tersebut dilandaskan pada teks sepuluh perintah Allah untuk tidak membuat patung (Lih. Kel. 20:4). Dalam sejarah Gereja kita mengenal kemudian ikonoklasme, perseteruan yang berujung pada perusakan atau penghancuran akan gambar atau lukisan, juga tentang Yesus.

Akan tetapi dalam perkembangan kemudian ketika umat Kristiani makin mapan dan banyak yang berkedudukan, maka semakin muncul gambar-gambar serta kemudian patung yang menggambarkan wajah Yesus.

Menurut catatan abad 2-4 hal tersebut sudah muncul, betapapun belum begitu tersebar. Walaupun perdebatan soal itu masih terjadi, namun perlahan makin tersebar. Semacam ada kesepakatan umum, wajah Yesus tergambar secara indah, wajah maupun tubuh-Nya. Yang menjadi catatan penting adalah penggambaran tersebut bukanlah soal perkara ketepatan, namun lebih demi kepentingan devosi atau kebaktian.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Maka apakah Yesus seperti itu, tidaklah terlalu penting. Betapapun Yesus wafat di usia 33 tahun, penggambaran tentang Dia dicoba dibuat dengan mempertunjukkan wibawa dan kuasa, sehingga tidak mengherankan kalau Yesus tergambar dalam usia yang lebih tua. Bukan aspek fisik yang penting, namun penggambaran visual yang memperlihatkan aspek sembah bakti umat kepada Dia.

Kini beredar berbagai macam gambaran tentang Yesus, selaras dengan budaya maupun konteks sosial yang menyertai. Pandemi memunculkan berbagai lukisan tentang Yesus yang dekat dengan situasi pandemi. Demikian orang Jawa membuat patung Yesus dengan pakaian Jawa. Semuanya itu sah, karena menjadi ungkapan iman, bukan perkara ketepatan penggambaran agar figur pribadi Yesus.

HIDUP NO.16, 17 April 2022

 

Romo T. Krispurwana Cahyadi, SJ 
(Teolog Dogmatik)

 

Silakan kirim pertanyaan Anda ke: [email protected] atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles