web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Paskah Bersama Diaspora Katolik Indonesia Sedunia: Indonesia Adalah Miniatur Peradaban Dunia

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Menteri Agama, Yaqut Cholil Quomas yang diwakili Dirjen Bimas Katolik (Plt), A. M. Adiyarto Sumardjono menegaskan bahwa Indonesia adalah miniatur peradaban dunia karena kebhinekaannya. Peradaban itu hanya dapat dibangun jika bangsa Indonesia sadar untuk menghargai kebhinekaan. Keberagaman yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia merupakan kekuatan kita bangsa karena merupakan pijakan untuk dapat saling melengkapi dan bekerja sama satu sama lain.

Sementara itu, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Ignatius Kardinal Suharyo menegaskan umat katolik Indonesia mesti bersyukur karena di wilayah Indonesia pada umumnya panggilan-panggilan khusus untuk menjadi imam, biarawan, biarawati sangat subur dan itu ditegaskan oleh Paus Fransiskus. Meski demikian pada prisipnya, setiap umat Katolik siapapun mereka memiliki panggilan yang sama yakni panggilan untuk bertumbuh menuju kesempurnaan kesucian, kasih, dan kepenuhan hidup kristiani.

Pernyataan Menteri Agama dan Kardinal Suharyo ditegaskan dalam Perayaan Paskah Bersama Diaspora Katolik Indonesia Sedunia dengan tema “Indonesia To The Continents” yang diselenggarakan secara hybrid dengan studio utama dari Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk, Jakarta, Sabtu (7/5/2022).

A.M. Adiyarto Sumardjono

Perayaan diawali dengan Misa konselebrasi langsung dari Roma, Italia yang dipimpin oleh Romo Leonardus Mali (Roma), Roma Markus Solo Kewuta SVD (Vatikan), dan khotbah disampaikan Romo Agustinus Purnomo MSF langsung dari Norwegia. Dipersembahkan untuk para missionaris Indonesia yang tersebar di lebih dari 70 negara, acara tersebut diselenggarakan oleh PWKI (Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia), Missionaris Indonesia, IRRIKA (Ikatan Rohaniwan-Rohaniwati Indonesia di Kota Abadi atau Roma, Jaringan Komunitas Katolik Indonesia (KKI) Diaspora Sedunia, dan ISKA (Ikatan Sarjana Katolik Indonesia) serta didukung penuh oleh KBRI untuk Takhta Suci (Vatikan) ini, dihadiri oleh para misionaris, rohaniwan, biarawan-biarawati, diaspora Katolik, yang tersebar di 70 negara di dunia dan umat Katolik di Indonesia.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Menyinggung karya misi misionaris dari Indonesia di lebih dari 70 negara, Yaqut Cholil Quomas menegaskan bahwa kebhinnekaan Indonesia harus terus digaungkan ke seluruh penjuru dunia. Menggaungkan kebhinnekaan Indonesia ini juga menjadi misi dari warga Indonesia (diaspora) yang berada di berbagai penjuru dunia.

“Kita semua harus menggaungkan tentang nilai kebhinnekaan Indonesia sebagai keutamaan untuk menghargai sesama manusia. Karenanya keluarga Katolik Diaspora dan misionaris Indonesia yang tersebar di berbagai belahan dunia apapun profesinya sudah pasti diharapkan terus menggaungkan,” kutip Adiyarto Sumardjono

Rumusan yang Sama

Dalam catatannya yang berjudul, “Misionaris Indonesia serta Pertumbuhan Panggilan di Indonesia, dalam Kaitan dengan Perkembangan Gereja Katolik Sedunia”, Kardinal Suharyo menyebut tiga kata berbeda tetapi maknanya sama yakni, panggilan untuk bertumbuh menuju kesempurnaan kesucian, bertumbuh untuk mencapai kesempurnaan kasih, dan kepenuhan hidup kristiani siapapun kita. tutur

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Ketua KWI itu berkisah bahwa di Jakarta dirinya sering berjumpa dengan para missionaris yang baru kembali tanah misi di luar negeri bahkan dari tempat misi yang berbahaya. Mereka diutus ke sebuah daerah konflik, dan itu banya sekali.

“Kita juga boleh berbangga karena sejumlah tarekat religius internasional dipimpin oleh religius asal Indonesia. Sangat menarik juga tidak sedikit imam, bruder, suster yang berasal dari keluarga Muslim, tidak sedikit juga yang merupakan anak tunggal di dalam keluarga. Tidak sedikit pula yang berasal dari keluarga kaya raya tapi karena merasa makna hidupnya tidak terdapat di dalam kekayaan melainkan di dalam pelayanan, tidak sedikit saudara kita para imam, biarawan-biarawati yang berasal dari keluarga yang secara material secara duniawi sudah sangat mapan,” beber Kardinal Suharyo.
.
Meski demikian, Kardinal berpesan agar semua umat katolik Indonesia tidak boleh tinggal dalam rasa bangga karena tidak sedikit juga tanda-tanda sebaliknya. Dia kemudian mencontohkan calon religius laki-laki untuk bruder yang sangat jauh berkurang .Wilayah yang dulu dianggap “subur” sekarang tidak lagi, akibat perkembangan zaman perkembangan nilai-nilai yang dijunjung dalam kehidupan orang beriman sekarang banyak menghadapi tantangan dan semakin kompleks.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Lebih jauh, Kardinal Suharyo memaparkan bahwa panggilan khusus untuk menjadi imam, biarawan dan biarawati tidak dapat dilepaskan dari keluarga. Karena mereka lahir di tengah keluarga.

Oleh karena itu, Kardinal menandaskan kesadaran bahwa siapapun mempunyai panggilan yang sama tersebut adalah salah satu hal yang sangat penting. Untuk menegaskan bahwa panggilan berlaku untuk semua jalan hidup dan bagi mereka semua yang memilih jalan tertentu itu, lanjut Kardinal Suharyo, pada tahun 2018 Paus Fransiskus menyatakan sepasang suami-istri menjadi santo dan santa bersama-sama.

Apa yang mau dikatakan Paus Fransiskus dengan pengangkatan sepasang suami-istri ini menjadi orang kudus, sambung Kardinal, jelas sekali bahwa hidup berkeluarga adalah jalan menuju kesempurnaan kesucian, jalan menuju kesempurnaan kasih, dan kesempurnaan hidup kristiani sama dengan jalan yang ditempuh oleh para imam, sama dengan jalan yang ditempuh biarawan dan biarawati.

Sumber: PWKI

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles