HIDUPKATOLIK.COM – Seorang pria menerima didikan yang sangat keras dari orang tuanya ketika ia masih kecil. Orang tuanya itu akan sangat marah jika ia tidak melakukan kewajibannya dengan baik.
Orang tuanya itu juga selalu menakuti-nakutinya dengan hukuman neraka jika ia tidak menuruti aturan dan perintahnya. Ia memang melakukan dengan baik apa yang diperintahkan orangtuanya.
Akan tetapi, ia menjalankannya karena takut akan kemarahan orang tuanya dan hukuman neraka. Ketakutan itu mempengaruhinya sampai ia dewasa.
Ketika pimpinan tempat ia bekerja memintanya untuk menghadap, hatinya pasti dipenuhi dengan perasaan takut: “Salah saya apa dan hukuman apa yang akan saya terima ?”
Ia merasakan hidup yang ia jalani sangat berat dan tidak nyaman karena senantiasa dibayangi dengan ketakutan akan hukuman.
Banyak di antara kita lebih mudah memahami kemarahan Allah daripada menghayati kasih sayang-Nya. Allah pasti sedih melihat cara pandang kita tersebut.
Allah tidak menghendaki kita melaksanakan perintah-perintah-Nya karena takut akan kemarahan-Nya dan hukuman api neraka.
Ia menghendaki kita menjalankan perintah-perintah-Nya karena kita mengasihiNya.
Kita bisa memahami sikap Allah ini dengan perasaaan orangtua terhadap anaknya dalam hal menjalankan kewajibannya.
Orang tua tersebut pasti sangat kecewa ketika mereka manyadari bahwa anaknya itu melakukan kewajibannya karena terpaksa dan bukan karena mengasihinya.
Mereka pasti sangat terluka melihat anaknya itu taat kepadanya hanya karena takut akan kemarahannya.
Relasi yang baik tidak mungkin dapat dibangun atas dasar ketakutan. Pertobatan sejati tidak akan terjadi jika dilandaskan atas ketakutan akan hukuman dari Allah.
Jika kita bertobat bukan karena mengasihi-Nya, pada saatnya kita bisa kembali ke jalan hidup yang lama. Relasi yang dibangun atas dasar ketakutan tidak dapat bertahan lama.
Allah tidak pernah menakuti-nakuti kita dengan ancaman api neraka agar kita mentaatinya. Ancaman hukuman bukan cara Allah agar kita menaati-Nya.
Allah menghendaki kita melakukan hal-hal yang baik karena kita mengasihiNya. Kita dapat melakukan perintah-perintah-Nya atas dasar kasih ketika kita telah lebih dahulu mengalami kasih-Nya yang tanpa syarat.
Kasih melenyapkan segala ketakutan. Hidup tanpa ketakutan terasa sangat indah . Demikian juga, relasi kita dengan Allah akan terasa sangat menyenangkan ketika dibangun atas dasar kasih.
“Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih” (1 Yohanes 4:18).
Romo Felix Supranto, SS.CC, Kepala Paroki Santa Odilia, Citra Raya, Tangerang Selatan