web page hit counter
Minggu, 17 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Secitra yang Turut Memulihkan Kehidupan

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Pengalaman akan kebaikan dan belaskasih Allah menggerakkan untuk makin berbelaskasihan terhadap sesama sebagai citra Allah.

SPIRITUALITAS lahir dari suatu perjuangan. Ia mempunyai sejarah dan latar-belakang yang terbentuk dari pengalaman dan pendidikan yang diterima seseorang melalui perjalanan dan pengalaman hidupnya. Berbicara tengang spirit berarti kita mau membahas sesuatu yang memberikan kehidupan maupun semangat bagi seseorang. Spiritualitas berkaitan dengan kehidupan iman. Apa yang mendorong, menjiwai, dan memotivasi seseorang bisa melanggengkan dan mengembangkan kebaikan dalam dirinya secara terus menerus.

Spiritualitas KSSY lahir dari pengalaman akan Allah atas dorongan Roh Kudus. Perintis dan Pendiri KSSY terinspirasi dari Kej. 1:26 untuk mewartakan dan membagikan kebaikan dan belas kasih Allah kepada sesama manusia terutama mereka yang menderita. Hal itu dilakukan atas kesadaran dan pengakuan, bahwa manusia dalam keadaan bagaimanapun, adalah citra Allah (Direktorium KSSY Psl. 3 No. 7.1).

Pengalaman akan kebaikan dan belas kasih Allah mendorong dan menggerakkan Perintis dan Pendiri untuk tidak memalingkan diri dari keadaan banyak orang yang menderita karena miskin, sakit, lansia, tersingkir, terabaikan, untuk menyampaikan kebaikan, dan belaskasih Allah itu kepada sesama terutama yang menderita. Apapun yang menjadi penyebab dari penderitaan tersebut, satu hal yang jelas adalah bahwa mereka itu tetap citra Allah, mempunyai martabat sebagai manusia dan ciptaan Allah.

Pengalaman akan kerahiman dan belaskasih Allah itu mendorong KSSY hadir di dalam sejarah melanjutkan dan mewujudkan kerajaan Allah (Bdk. Luk. 4:18-19, Yes. 61:1-2). Mewartakan kabar baik bagi kaum miskin, membebaskan yang tertawan dan menyembuhkan yang terluka untuk membangun hidup bersama yang sejahtera (bonum commune).

Spiritrualitas KSSY Medan bersumber dari Injil Suci, ajaran dan semangat Yesus, teladan Santo Yosef serta semangat Perintis (Elisabet Frits dan Maria Greshop) dan Pendiri KSSY, Mgr. Henricus Blom (Konstitusi KSSY. Psl. 3 No. 07).  Model hidup KSSY Medan adalah hidup Yesus sendiri. Suster KSSY terpanggil mengikuti Yesus dalam ketaatan yang sama. Mengutamakan kehendak Allah di atas kehendak dan kepentingan pribadi. Meneruskan kebaikan dan belaskasih Allah kepada sesama. Memulihkan semua manusia terutama yang menderita dan tak berdaya.

Baca Juga:  Jaringan Caritas Indonesia Terus Bergerak Membantu 9000 Pengungsi Akibat Erupsi Gunung Lewotobi

Spiritualitas KSSY adalah kesecitraan. Kita adalah gambar dan rupa Allah  (imago Dei); yang “diciptakan menurut citra Allah dan dikenakan kekuatan yang serupa dengan Allah” (Sir 17: 3); bernilai sama dan dipanggil untuk mengembangkan ciptaan itu sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam dirinya (Bdk Kej. 1:27-28; Mat. 13:31-33; 25:14-30; Konstitusi KSSY Psl. 3 No. 8).

Manusia citra Allah, karena Allah  mengenakan kekuatan-Nya pada manusia (Sir.17:3), agar manusia mampu memenuhi panggilannya di dunia ini. Manusia dianugerahi hati untuk berpikir (Sir.17:6), dipenuhi dengan pengetahuan yang arif. Manusia diberi petunjuk mana yang baik dan mana yang jahat (Sir.17:7). Mata Tuhan ditanam dalam hati manusia, agar tersingkap keagungan Tuhan.

Hidup sebagai citra Allah dalam Kristus berarti mengenakan pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Yesus. Dalam totalitas hidup; dalam doa dan hidup rohani; dalam persekutuan dan perutusan. Yesus sendiri selalu tanggap dengan orang yang menderita. Ia datang untuk melenyapkan penderitaan manusia, baik penderitaan penyakit (Mk. 2:31), gangguan pikiran (Mk. 2:25) maupun karena dosa atau disingkirkan orang. Seluruh hidup, perjuangan, dan kematian Yesus adalah untuk memulihkan kesecitraan manusia. Supaya setiap orang mengalami damai, keadilan, penyembuhan, pembebasan, cinta dan kegembiraan. Sesama, bagaimanapun adanya, dihargai, dihormati, dan diberdayakan.

Seorang Suster KSSY Medang (kiri) memberikan pendampingan di pedalaman Keuskupan Agung Merauke, Papua. (Dok. KSSY Medan).

KSSY memandang setiap orang sebagai penyandang dan tanda kehadiran Ilahi secara terus menerus, menerima dengan rela kehidupan, rendah hati, dan dekat dengan Allah.  Manusia adalah tangan kanan Allah yang bertanggung jawab di bumi, melaksanakan kehendak Allah, dan menggenapi maksud penciptaan-Nya. Penguasaan dunia diserahkan kepada makhluk ciptaan yang baru ini (Bdk. Mzm. 8:5-7). Manusia ditugaskan menaklukkan (kábash,”menginjak”) bumi dan mengikuti rencana Allah.

Bernilai sama dan sederajat: karena kita sama-sama penyandang kehadiran Allah dan menjadi sama-sama representasi Allah di bumi ini. Bagaimana saya secara konkret menyatakan dan mengungkapkan hingga orang dapat melihat Allah sungguh hadir dalam diri saya dan dalam diri orang lain.  Dipanggil untuk mengembangkan ciptaan itu (Psl. 3:8) sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam dirinya (Kej. 1:27-28; Mat. 13:31-33; Mat. 25:14-30).

Baca Juga:  Misa Gregorian: 30 Hari Tanpa Terputus

Spiritualitas kesecitraan inilah yang membentuk kualitas pribadi para Suster  KSSY Medan. Spiritualitas ini menjadi landasan praksis seluruh warga KSSY dalam mewujudkan paham dan keyakinan sebagai komunitas imago Dei. Bagi seorang Suster KSSY, yang pertama dilihat, bukanlah bakat, keahlian, atau kehebatannya, melainkan kesecitraan yang dipulihkan.

“Core Values”

Secara ringkas, saya akan mencoba menguraikan lima nilai (core values) yang terkandung dalam spiritualitas KSSY yang mesti diperjuangkan.

Pertama, pro-life. Pembelaan atas hidup, menghargai kehidupan. Allah menciptakan manusia secitra dengan-Nya” (Kej 1:26), citra Allah itu mempunyai hidup (pro-life). Berdirinya KSSY dimulai dorongan Roh Kudus untuk peka, terhadap keadaan manusia di sekitar dan tanggap akan keadaan sesamanya. Suster KSSY, sebagaimana Perintis dan Pendiri Kongregasi, juga berupaya, tanpa kenal lelah, memiliki intuisi iman agar mampu menghargai dan menghormati kehidupan setiap orang bagaimanapun adanya, menanamkan rasa kasih persaudaraan tanpa pilih kasih dan senantiasa akrab dan setia kepada kehendak Allah meski dalam situasi sulit (Bdk. Konstitusi KSSY Psl. 6).

Karena itu pro-life berarti KSSY hadir membela atau menghargai hidup dengan cara memelihara hidup itu sendiri dalam diri sendiri dan orang lain, peduli pada apa saja yang terjadi yang tidak sesuai dengan citra Allah. Hal ini dapat dimengerti dengan muatan: menghargai kehidupan setiap orang khususnya yang lemah, merawat dan menjaga, peduli terhadap ciptaan, menata hidup, merawat (peduli).

Kedua, pemberdayaan (empowering). Kemampuan menggali, mengembangkan, dan mengaktualisasikan segala potensi yang ada dalam diri dan sesama secara terus-menerus secara maksimal.

Bagi KSSY, pemberdayaan berarti, dalam penghayatan hidup sebagai citra Allah, harus mampu menggali dan mengaktualisasikan potensi yang ada dalam diri sendiri dan sesama. Memberdayakan atas dasar keyakinan bahwa manusia diciptakan menurut citra Allah dan dikenakan kekuatan Allah (Lih. Sir.17:3).

Ketiga, bela rasab – belas kasih (compassion). Tergerak hati melihat keprihatinan yang ada. Berbela rasa adalah merupakan sikap turut merasakan apa yang dialami oleh orang lain atau merasa senasib sependeritaan dengan orang lain..  Berdirinya KSSY berawal dari kepekaan menanggapi keprihatinan yang ada di Amersfoort. Kepekaan yang menimbulkan belaskasih dan mendorong untuk berbuat memulihkan martabat kesecitraan orang-orang yang menderita. Kesadaran bahwa manusia secitra dengan Allah menjadi dasar keprihatinan dan kepedulian menanggapi situasi.

Baca Juga:  Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat: Menjadi Kumpulan Orang Pilihan

Pendiri dan Perintis KSSY dalam pelayanannya, selalu terdorong oleh rasa belas kasih Allah atau bela rasa. Membagikan kebaikan dan belaskasih Allah kepada sesama manusia, terutama mereka yang menderita dan yang hidupnya diperlakukan tidak sesuai dengan martabatnya (Mat. 25:40; Kej. 1-26; Konstitusi KSSY Psl. 2 No. 05).

Keempat, ketulusan hati/keiklasan atau kejujuran (honesty). Orang yang jujur itu tulus ikhlas, polos, tidak berbelit dalam pikiran, perkataan dan tindakan. Kejujuran dan keikhlasan seseorang terpancar dari dalam dirinya yang tidak dibuat-buat, nampak dari sikap dan perbuatannya.  Belajar dari ketulusan hati St. Yosef (Kont. Psl. 2 No. 6; Mat 1:19; Sir 17:3). Ketulusan hati akan membawa manusia untuk selalu hidup jujur di hadapan Allah. Karena itu panggilan KSSY, sebagaimana St. Yosef yang karena imannya akan Allah, hidup dalam kejujuran. Orang yang tulus hati akan senantiasa melakukan yang jujur dan benar.

Peduli lingkungan hidup, bumi, rumah kita bersama. (Dok KSSY Medan)

Kelima, beriman, pasrah, dan layak dipercaya (trust dan trustworthy. Beriman berarti dekat dengan Allah dan menerima Allah sebagai tempat pertama dan utama dalam hidup, memercayakan diri sepenuhnya kepada-Nya dan mengakui-Nya sebagai penopang di mana kita membangun hidup. Mengikuti bisikan batin yang terdalam, berani mengambil risiko terhadap suatu yang baik untuk kehidupan kelak.

Penyerahan diri kepada Allah, percaya dan terbuka terhadap sapaan dan tuntunan Tuhan. St. Yosef adalah seorang yang sangat beriman kepada Allah. Karena imannya, Allah mempercayakannya sebagai bapa pengasuh Yesus. Dia sungguh pasrah kepada Allah (Lih. Mat 1:18-25, khususnya ay 20; Mat 2:13-15)

Sr. Hermina Sinaga, KSSY
Anggota Tim Formator KSSY Medan

HIDUP, Edisi No. 15, Tahun ke-76, Minggu, 10 April 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles