HIDUPKATOLIK.COM -MENANDAI HUT ke-25 Otonom, Kongregasi Suster Santo Yosef Medan, Sumatera Utara menggelar beberapa kegiatan yang bermuara pada penghargaan atau penghormatan kepada martabat manusia sebagai citra Allah dan kian peduli pada kelestarian lingkungan hidup (ekologi integral). Untuk kelesatarian lingkungan hidup dengan jelas dirumuskan dalam tema perayaan tersebut, yakni merawat bumi sebagai rumah bersama.
Manusia, dengan segala latar-belakangnya, menjadi perhatian utama Kongregasi ini dalam setiap karyanya. Sebut saja misalnya, pemberdayaan bagi yang bisu dan tuli atau kaum disalibitas, terjun dalam pelayanan di bidang pendidikan termasuk anak-anak yang tinggal di pelosok, dan yang dipinggirkan. Manusia ditempatkan menjadi subjek yang harus diberi perhatian atau pelayanan agar mereka kian mampu bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kehendak Allah. Manusia yang belum berdaya tersebut bukan objek pelayanan. Tidak! Mereka adalah pribadi-pribadi yang harus dihormati sebagai citra Allah sendiri.
Maka, para pelayan dituntut menjadi seseorang yang mampu memancarkan gambar dan rupa Allah (imago Dei) tersebut. Allah yang mencintai dan berbelaskasihan terhadap setiap orang, bagaimana pun keadaan orang tersebut sebagaimana dicontohkan oleh Paus Fransiskus dalam pelbagai kesempatan. Dalam arus yang sama, hal yang sama juga menjadi perhatian Keuskupan Agung Jakarta dalam tahun pertama (2022) Arah Dasar 2022-2026. Mendorong umat untuk makin menampilkan wajah kasih Tuhan alias Allah yang berbelaskaihan kepada manusia.
Seperi disinggung di atas, fokus kedua yang menjadi perhatian KSSY adalah masalah lingkungan hidup alias bagaimana merawat bumi yang kian mengalami kerusakan akibat ulah manusia itu sendiri dari waktu ke waktu. Untuk itu dilakukan gerakan yang mengajak siapa saja untuk kian peduli pada alam. Ajakan menanam kembali pohon agar lingkungan ini terhindar dari kehancuran yang kian akut, memilah dan menaruh sampah pada tempatnya, serta pendidikan kesadaran agar semua pihak peka pada bumi kita bersama ini. Sebagai rumah bersama, bumi ini perlu dijaga dan dicintai. Caranya bisa bermacam-macam agar dampak buruk (kerusakan) tidak berlanjut semisal perubahan iklim yang kian ekstrim di masa-masa yang akan datang.
Melibatkan anak-anak dan orang muda dalam gerakan ini adalah suatu keniscayaan. Mereka dan generasi berikutnya adalah pemilik masa depan planet ini. Sejak dini, anak-anak perlu dilatih dengan pelbagai macam kegiatan yang membuat mereka kian sadar akan urgennya kita merawat bumi ini. Menaruh masker bekas pada tempatnya mungkin kelihatan sepele. Namun bila hal ini dilakukan secara terus-menerus, mereka akan memahami bahwa bila masker-masker ini ditaruh di sembarang tempat akan berbahaya bagi kehidupan besama. Begitu pun dengan orang muda. Mereka harus diberi peran yang lebih besar dan strategis, semisal kampanye kesadaran akan mendesaknya kita merawat bumi ini melalui media digital yang menjadi dunia mereka.
HIDUP, Edisi No. 14, Tahun ke-76, Minggu, 10 April 2022