web page hit counter
Selasa, 24 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Audrey Yu Jia Hui: Bukan Rubah Perusak Kebun Anggur

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COMIa berbeda dengan para jenius berakhir nestapa akibat defisit cinta kasih. Sebaliknya, ia mengalami pertobatan intelektual. Menemukan kepenuhan kasih dalam Gereja Katolik.

Audrey Yu Jia Hui merupakan salah satu tokoh emansipasi zaman milenial. Penulis internasional berasal dari Surabaya. Menulis merupakan piranti lunak yang menyelamatkan dia. Menulis menjadikannya prodigal survivor. Masa kecil sang penyintas jenius ini penuh onak dan duri. Masa remajanya terjal dan mendaki. Masa dewasanya harus berdamai dengan paradok dan kontradiksi. Semua persoalan bersumber pada status super jenius keturunan Tionghoa. Dia pernah mengibaratkan dirinya sebagai pesawat supersonik. Akan tetapi saat terjadi kerusakan yang tersedia hanya bengkel sepeda.

Sedari kanak-kanak dipaksa, terpaksa, dan terbiasa menjalani hidup soliter. Lebih banyak menyimpan diri di kamar untuk belajar. Cara berpikirnya sering disalah pahami. Dia gadis nasionalis yang amat mencintai Pancasila. Audrey, pada 2017, salah satu penerima penghargaan 72 Ikon Prestasi Indonesia dari Unit Kerja Presiden Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.

Terapi Menulis
Menulis merupakan terapi terbaik bagi Audrey ketimbang mengemukakan pendapat secara lisan di hadapan khalayak umum. Alkitab Isinya Apaan,Sih? (2005). Kidung Cinta; Chinese is Fun Jilid 1 dan 2 (2013). Empat serial memoar Patriot (2011); Mello Yellow Drama (2014); Mencari Sila Kelima (2015); dan Terobsesi Bungkus Lupa Akan Isi (2020). Itulah daftar buku karya Audrey yang telah diarsipkan di berbagai perpustakaan internasional. The Library of Congress, Yale University, Cornell University, UC Berkeley, Ohio University, The National Library of Australia, Leiden University, University of Melbourne, dan semua perpustakaan umum Singapura.

Hingga usia 33 tahun mengatasi kesepian dan keterasingan dengan belajar, riset, dan menulis. Sedari kecil mojok sendirian di kamar membaca buku. Seperti kebiasaan Thomas A Kempis (1380 – 1471) penulis buku mega bestseller “Mengikuti Jejak Kristus” yang terus cetak ulang hingga kini. “Hoexken met Boexken – in angelo cum libelo. Dalam seluruh pencarian hidup tenteram, tidak pernah kedamaian saya temukan selain saat mojok sendirian membaca buku.” Itulah ungkapan Thomas A Kempis yang menggambarkan pergulatan iman Audrey.

Baca Juga:  CERITA NATAL TAHUN INI (Oleh: A.M. Lilik Agung)

Audrey, semula seperti yatim-piatu, berkat bacaan rohani merasa tidak lagi sendirian karena memiliki sahabat yang mendukung. Biografi Theresia Lisieux, The Story of a Soul (1898), membantu kebangkitan rohaninya. Kesalehan diwujudkan dalam perkara-perkara yang tampak remeh dan aktivitas bersahaja keseharian. Ia menyebut dirinya bukan lagi “Rubah kecil perusak ladang anggur”.

Kesalehan diwujudkan dalam perkara-perkara yang tampak remeh dan aktivitas bersahaja keseharian.

Lahir pada Hari Buruh, 1 Mei 1988, dengan nama Maria Audrey Lukito. Meraih gelar sarjana fisika di The College of William and Marry, Virginia, AS pada umur 16 tahun. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga Kristen Protestan yang taat. Dibaptis saat bayi. Masuk sekolah minggu umur 5 tahun. Rajin ke gereja. Belajar di sekolah Kristen favorit. Jago menghafal ayat-ayat Kitab Suci. Pernah didera emosi tak stabil, mudah panik, suasana hati cepat berubah, cemas berkepanjangan, psikosomatis dan berantakan.

Memanggul Salib
Kebanyaan orang merasa iri terhadap anak gifted. Kejeniusan merupakan dambaan. Mahir dalam banyak bidang. Piano klasik, matematika, fisika, filsafat, sejarah, dan mengusai berbagai bahasa dunia. Sejak kecil hidup dalam keterasingan batin yang amat dalam. Salib yang mesti dipanggulnya sangat berat sebagai perempuan bertalenta. Kaum jenius itu menemukan kebahagiaan puncak saat belajar bukan bermain, Mereka mudah terpuruk akibat

cara pandang yang berbeda dengan seumumnya masyarakat. Ada jurang antara kaum jenius dengan lingkungan sosialnya. Seluruh kelebihan sebagai anak jenius justru membuat Audrey “bagai dipukuli para peronda kota. Juga dianiaya para penjaga tembok yang mestinya melindungi warga.”

Tak Kenal Kristus
Audrey selamat sebagai produk pendidikan Kristen tapi mengaku tak mengenal Yesus Sang Juru Selamat. Mengimani Yesus itu bagaikan membeli polis asuransi jiwa buat jaminan mendapatkan kapling surga. Polis dibayar berkala dalam bentuk uang persembahan, donasi, pelayanan, dan kegiatan kegerejaan. Orang bakal masuk surga

Baca Juga:  CERITA NATAL TAHUN INI (Oleh: A.M. Lilik Agung)

bila sudah melunasi premi asuransinya. Padahal keselamatan baru terwujud bila kaum beriman berperilaku adil terhadap sesama. Didera “kebangkrutan bank cinta kasih” memang menyakitkan. Kendati demikian, defisit itulah yang membuat Audrey mengalami pertobatan intelektual dan kebangunan rohani. Dokter Zang Qi Wen, seorang ahli pengobatan tradisional Tiongkok, merupakan karib yang membantu Audrey menjalani transformasi.

Perubahan terjadi saat Audrey studi di Prancis tahun 2014. Di dekat sekolahnya ada Gereja Katolik Basilika St. Martinus. Juga Katedral St. Gatien. Awalnya ke gereja hanya untuk cuci mata. Menjelang hari Paskah, suasana altar gereja terasa seperti di dunia lain yang tenteram. Audrey menikmati suasana damai yang khusyuk.

Saat diliputi keheningan, di antara tertidur dan terjaga, Audrey seperti mendengar suara Yesus berbicara padanya. “Kamu membenci dunia ini karena bengis, tidak adil, dan penuh kemunafikan. Justru karena itu semua aku datang buat merasakan kezaliman, kepura-puraan, dan ketidakadilan. Demi kamu. Karena aku mencintaimu.”

Sejak itu, Audrey tidak lagi memandang iman sebagai kontrak keselamatan pemegang polis asuransi surga melainkan relasi cinta tanpa syarat. Ketidakadilan dan kesengsaraan yang pernah dialaminya tak dianggap sebagai kesia-siaan lagi. Malaikat pelindung sudah memberinya roti. Ia tak akan lagi mengeluh kekurangan mentimun, semangka, dan pelbagai jenis bawang.

Kebahagiaan Tertinggi

Audrey Yu Jia Hui bersama kedua orangtua| Dok. Keluarga

Tidak semua manusia jenius mencapai kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan. Padahal mereka memiliki kecerdasan tinggi dalam banyak bidang sekaligus. Iptek, musik, dan olah raga. Bobby Fischer, pecatur cemerlang Amerika Serikat. Pemikirannya aneh. Paranoid berlebihan yang membenci sesama. Ia gagal mengoptimalkan potensinya, Kewarganegaraannya dicabut pemerintah Amerika Serikat.

Chiang Ti Ming jenius Malaysia. Tahun 1989 pada usia 13 diterima sebagai mahasiswa California Institute Of Technology (CalTech), salah satu universtitas top dunia. Chiang mendapat gelar doktor dari Cornell University. Tahun 2007, pada usia 31, Chiang wafat karena akumulasi depresi dan kecanduan obat. Sufiah Yusuf jenius Inggris umur 13 tahun diterima Universitas Oxford. Gagal studi. Terperangkap prostitusi. David Hartanto Wijaya, jenius Indonesia, mahasiswa NTU Singapura, tiba-tiba dikabarkan meninggal karena bunuh diri.

Baca Juga:  CERITA NATAL TAHUN INI (Oleh: A.M. Lilik Agung)

Audrey Yu Jia Hui, memberi kesaksian pribadi. Manusia mendapatkan kebahagiaan tertinggi bukan dari kemahiran, ketangkasan, dan ketenaran melainkan dari keprigelannya menjalin relasi sosial dengan sesama.

Menjadi Penuh
Menjadi Katolik pada 2016 bukan karena ketidaksetujuan pada agama Protestan yang dipeluk sebelumnya. Juga tidak merasa keyakinan baru lebih superior ketimbang keyakinan lain. Audrey hanya merasa keyakinannya yang baru lebih mengairi jiwanya dalam pencarian kasih, kebaikan, dan kepenuhan. Ia sangat haus akan empati dan makna kesengsaraan berkepanjangan.

Ajaran Katolik membantunya memaknai penderitaan. Terutama konsep tentang Tuhan yang rapuh dalam Ekaristi. Konsep Vulnera Christi (Luka-luka Kristus). Tuhan mau terluka, tak berdaya, dan remuk. Demi solidaritas dan cinta terhadap manusia.

Tuhan sendiri, yang turut sengsara setiap kali ada manusia sengsara, hendak menggunakan kesengsaraan untuk keselamatan manusia. Konsep ini memberikan kekuatan ajaib bagi penyembuhan luka batin Audrey. Kesengsaraan yang sedari awal dibenci Audrey tiba-tiba memberikan makna, tujuan, dan misi baru.

Audrey berbeda dengan para jenius berakhir nestapa akibat defisit cinta
kasih. Ia surplus kebahagiaan karena memaknai hidup dengan membaca dan menulis buku. Hidup, bagi Audrey, tak boleh berhenti. Juga ketika terus menerus dihadang paradok dan kontradiksi. Harus seimbang. Dijalani di antara percaya diri dan rendah hati. Hati-hati dan berani. Keraguan dan harapan. Persis seperti orang bersepeda. Mesti terus mengayuh pedal. Agar tak roboh dan terpelanting. Inilah keteladanan visioner Audrey Yu Jia Hui yang relevan. Pada saat umat manusia di seluruh penjuru dunia didera kesepian dan dirajam kesunyian akibat pageblug Covid-19.

J. Sumardianta

Majalah HIDUP Edisi 16 Terbit 11 April 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles