HIDUPKATOLIK.COM – AROMA sukacita itu kian terasa mendekat ‘hari h’ Tahbisan Episkopal Uskup Terpilih, Mgr. Seno Inno Ngutra pada hari Sabtu, 23 April 2022 di Ambon, Maluku.
Mendekati hari bersejarah itu, saat mengadakan kunjungan ke pelbagai paroki di Keuskupan Amboina, Mgr. Inno disambut bagaikan putra makhota dengan musik, tari, dan lagu, kita semua tahu Maluku adalah gudangnya para penari, pemusik, dan penyanyi Nusantara ini. Musik, tari, dan lagu serta bentuk-bentuk budaya lain penyambutan itu tak lain adalah ungkapan rahmat Allah yang dicurahkan kepada ‘keuskupan seribu pulau’ ini.
Hari-hari ini, suasana Keuskupan Amboina tentu akan semakin berbeda. Proses transisi kepemimpinan pengembalaan kian mendekati momentumnya.
Administrator Apostolik Keuskupan Amboina, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC yang tak lain adalah uskup yang selama 27 tahun menggembalakan keuskupan ini juga tengah hadir di Ambon. Uskup Agung Merauke ini ingin mengawal agar persiapan tahbisan dan proses peralihan kepemimpinan penggembalaan ini berjalan dengan baik dan lancar.
Umat Amboina dapat menyaksikan betapa keterpilihan uskup baru mereka berjalan dengan mulus dan dapat diterima semua kalangan, termasuk kalangan masyarakat Maluku sendiri dan otoritas setempat.
Peralihan tongkat kepemimpinan penggembalaan ini memang sarat dengan makna rohani. Sebut saja misalnya, Uskup Terpilih berasal dari kalangan para imam diosesan. Selama ini Amboina digembalakan uskup dari kalangan Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC).
Dengan terpilihnya seorang imam diosesan menjadi gembala utama menyiratkan bahwa Gereja telah bertumbuh dan berakar kuat. Uskup Inno adalah benih sesawi yang telah tumbuh dan buah dari pesemaian iman para misionaris awal di Maluku.
Maluku boleh disebut tonggak awal hadirnya Gereja Katolik di Nusantara. Fransiskus Xaverius juga sampai ke Maluku.
Kendati masih tergolong muda, Uskup Terpilih akan mampu membawa umat Amboina ke padang yang hijau yang baru. 27 tahun masa penggemalaan uskup yang digantikan tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi ‘batu karang’ (Petrus) baru ini.
Dikenal sebagai pribadi yang punya pedirian yang kuat sejak kanak-kanak, Uskup Inno diharapkan dapat menjadi nakhoda yang kuat untuk mengarungi gelombang dan badai yang kemungkinan besar menghantam kapal besar Gereja lokal Keuskupan Amboina.
Pengalaman pahit masa lalu telah menjadi pelajaran yang amat berharga bagi model kepemimpinan penggembalaan di sini. Ketika terjadi krisis horizontal di kawasan ini, sang gembala utama saat itu hadir sebagai pembawa harapan dan pedamaian yang dapat mengikat keduabelah pihak yang berkonflik.
Bahkan sejak peristiwa itu, Gereja Katolik dipandang sebagai salah satu penguat sekaligus pemersatu kerukunan antarumat beragama di Maluku. Tentu saja, tragedi itu jangan sampai terulang. Namun, bagaimana merawat kerukunan dan perdamaian ke depan juga merupakan tantangan tersendiri bagi gembala baru Amboina.
HIDUP, Edisi No. 14, Tahun ke-76, Minggu, 3 April 2022