web page hit counter
Sabtu, 28 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Ekskomunikasi dan Santo Stanislaus dari Krakow

4.4/5 - (5 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Krakow adalah sebuah kota di Polandia. Mendengar nama ini, aku teringat akan Paus Yohanes Paulus II (1920-2005). Ia pernah menjabat Uskup Auksilier Krakow (1958-1964).

Para devosan Kerahiman Ilahi, Krakow pasti mengingatkan akan Santa Faustina Kowalska. Rasul Kerahiman Ilahi yang mendapat penugasan langsung dari Yesus melalui beberapa kali penampakan selama hidupnya yang hanya 33 tahun (1905-1938). Beliau berkarya sebagai suster dan meninggal di Krakow.

Krakow, Polandia

Selain dua orang kudus di atas, Krakow juga memiliki seorang kudus lain yang hidup pada abad 11. Dia adalah orang kudus pertama kelahiran Polandia. Ia lahir di Szczepanowski sebuah desa kecil dekat Krakow pada tanggal 26 Juli 1030.

Kehadiran bayi laki-laki ini sungguh disyukuri oleh Wielislaw dan Bogna, kedua orang tuanya. Karena ini benar-benar hadiah dari Allah. Mereka menanti kehadiran buah hati selama 30 tahun dengan tekun  berdoa dan terus berharap, akhirnya Tuhan kabulkan. Sebuah teladan ketekunan berdoa yang luar biasa dan terus berharap hanya kepada Allah saja.

Bayi ini kelak dikenal sebagai St. Stanislaus. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan kecerdasan di atas rata-rata. Ia menempuh pendidikan pada sekolah katedral di Gniezno (ibu kota Polandia saat itu) sekitar 450 km dari kota kelahirannya. Konon ia menempuh pendidikan tinggi di Paris.

Walau berpendidikan tinggi, Stanislaus sejak muda bercita-cita menjadi rahib. Suatu cita-cita yang mungkin merupakan wujud dari rasa syukur orang tuanya. Sejak bayi mula, kedua orang tua Stanislaus telah menyerahkannya kepada Penyelenggaraan Ilahi.

Baca Juga:  Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC: Kebersamaan yang Berkualitas

Namun cita-cita menjadi rahib ini baru terwujud setelah kedua orang tuanya meninggal. Sebagai anak tunggal ia tanpa beban. Ia menjual seluruh harta warisan lalu membagikan kepada fakir miskin.

Ia masuk biara dan ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Krakow, Lambertus Sula. Tugas pertamanya adalah menjadi pastor paroki di Paroki Czembocz. Ia dikenang sebagai pastor pengkhotbah yang ulung, rajin, dan saleh. Membuatnya cukup berpengaruh dalam Keuskupan Krakow dan di kalangan istana.

Tahun 1072 Uskup Lambertus wafat dan tahun itu juga Stanislaus ditahbiskan menjadi Uskup Krakow atas persetujuan Paus Alexander II (1061-1073).

Ada satu legenda terkait Uskup Stanislaus. Dikisahkan Gereja membeli sebidang tanah dekat Sungai Vistula kota Lublin dari seseorang bernama Piotr (Peter). Namun tak lama setelah Piotr meninggal dunia, tanah yang dibeli ini diklaim oleh keluarganya.

Masalah perselisihan sengketa tanah ini dibawa kepada Raja Boleslaw II. Dalam pengadilan, Raja condong membela keluarga mantan pemilik tanah. Uskup Stanislaus meminta waktu 3 hari untuk menghadirkan Piotr sebagai saksi. Tentu saja, Raja dan semua yang hadir dalam persidangan tertawa menanggapi permintaan yang aneh ini, mengingat Piotr sudah tiga tahun  meninggal. Tapi Raja memberi kesempatan kepada Uskup.

Stanislaus berdoa tanpa putus selama tiga hari itu, kemudian dengan jubah lengkap uskup dia pergi ke makam Piort dengan diiringi prosesi para pendukungnya. Ia meminta kubur digali lalu Stanislaus membantu tubuh Piort untuk berdiri dan diberi jubah. Piort hidup kembali.

Baca Juga:  Pesan Natal dari Stasi Binuang

Rombongan segera menuju persidangan. Raja dan semua orang tercengang. Piort bersaksi untuk Stanislaus, membenarkan bahwa uskup sudah membayar tanah tersebut. Piort bahkan juga menegur ketiga anak yang telah berusaha berbuat curang.

Akhirnya Raja tak dapat berbuat lain, ia memutuskan kemenangan bagi uskup. Setelah persidangan, Stanislaus bertanya kepada Piort apakah ia ingin tetap hidup, tapi Piort memilih kembali ke makamnya semula.

Perselisihan dengan Raja Boleslaw II kembali terjadi. Sebagai gembala umat, Stanislaus tidak memandang bulu, dia berani menasihati dan menegur siapa pun yang hidupnya tidak sejalan ajaran Kristus. Termasuk Raja yang cakap namun sombong, kejam, dan tak bermoral. Rakyat takut kepadanya, sekaligus juga muak akan kelakuan Raja.

Mengetahui segala kelakuan Raja yang jauh dari etis ini, Stanislaus memutuskan  pergi ke istana untuk menasihati raja. Awalnya raja seperti bertobat, namun tak lama kemudian kelakuan buruknya malah menjadi-jadi dan makin kejam.

Sebagai gembala, dengan tegas Stanislaus menjatuhkan ekskomunikasi kepada Raja. Dengan sangsi ini, maka Raja dikucilkan dari Gereja, ia tidak diperkenankan mengikuti misa dan tidak boleh menerima komuni kudus.

Ekskomunikasi sejatinya bukan suatu hukuman tapi lebih untuk menyembuhkan. Suatu ajakan untuk merenungkan segala kesalahan, memperbaiki diri lalu bertobat melalui Sakramen Pengakuan Dosa. Setelah itu absolusi akan diberikan oleh uskup dan sangsi dapat dicabut.

Sangsi ini umumnya dijatuhkan kepada anggota Gereja yang melakukan pelanggaran berat seperti menyebarkan ajaran sesat atau tidak patuh pada otoritas Magisterium Gereja. Pemberian sangsi ini juga diperlukan demi melindungi kesatuan umat agar terhindari dari kebingungan dan tersesat akibat pengaruh orang atau kelompok orang yang melanggar tersebut.

Baca Juga:  Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC: Kebersamaan yang Berkualitas

Sayangnya Raja Boleslaw II yang angkuh tidak dapat menerima dirinya diberi sangsi berat ini. Alih-alih bertobat, ia sangat murka dan mengirim dua orang untuk membunuh Uskup Stanislaus. Tapi upaya ini gagal. Kedua orang ini tak sanggup melaksanakan perintah Raja begitu berhadapan dengan sosok Stanislaus yang sangat ramah, lemah lembut, dan murah hati.

Diperkirakan mereka berdua justru bertobat dan bertekad memperbaiki hidup mereka.

Menyadari upayanya gagal, Raja bersama beberapa prajurit pergi mencari Stanislaus. Hari itu 11 April 1079, Stanislaus sedang merayakan misa kudus dan ia dibunuh oleh Raja. Dengan sadis, tubuhnya dipotong-potong. Stanislaus menjadi martir dalam usia yang masih muda, 48 tahun. Gereja memperingati St. Stanislaus setiap tanggal 11 April.

Stanislaus dijadikan pelindung Polandia dan Krakow. Ia dikanonisasi pada tahun 1253 oleh Paus Innosensius IV. Reliqui sucinya dalam sebuah sarkofagus disimpan di Katedral Wawel (Basilika St Stanislaus), Krakow.

Santo Stanislaus sering digambarkan sebagai uskup yang memegang pedang dan tampil bersama Piotr di kakinya.

Upaya Stanislaus mengajak Raja Boleslaw bertobat mencerminkan upaya Gereja mengajak Anda dan saya untuk bertobat. Semoga pesan pertobatan ini sungguh dapat kita jalani dengan total sebagai persiapan menyambut Yesus yang bangkit. St. Stanilaus doakanlah kami.

Selamat menyambut Paskah!

Fidensius Gunawan, Kontributor, Alumni KPKS Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles