HIDUPKATOLIK. COM – Semasa hidupnya, Romo Tanto membagikan bakatnya dengan melatih dan mendidik anak-anak.
MISA Requiem Romo Antonius Soetanta, SJ diselenggarakan Kamis, 3 Maret 2022 di Gereja St. Stanislaus Girisonta, Jawa Tengah. Sebagai selebran utama, Socius Provincial Serikat Jesus Provinsi Indonesia, Romo Bambang Alfred Sipayung, SJ takjub dengan Paduan Suara Ascensio, yang menghantarkan sang guru berpulang dengan tembang Bist Du Bei Mir. Bagaimana kesan Romo Bambang pada sosok imam Jesuit yang sederhana ini? Berikut petikan wawancaranya dengan HIDUP secara daring, 15/3/2022.
Sejak kapan Romo Bambang mengenal mendiang Romo Soetanta?
Selama ini saya kurang kenal beliau, tapi saya kenal beliau lewat karya-karya beliau. Namanya sangat sering kita baca ya khususnya dalam Puji Syukur juga Madah Bakti. Beberapa karyanya yang bagi saya menarik yakni Lagu Misa Kita II (Puji Syukur No. 351, Tuhan, Kasihanilah Kami dan No. 352 Kemuliaan). Kemudian, Lagu Misa Kita IV (Puji Syukur No. 353 Tuhan, Kasihanilah Kami dan No. 354 Kemuliaan), bagi saya megah.
Dalam Karyanya, saya merasa selalu ada kesan yang beliau berikan dari teks juga nada-nada pada lagu. Menarik dan menggugah.
Ketika Romo Tanto dirawat di Rumah Sakit Elisabeth, Semarang, apakah Romo Bambang sempat bertemu?
Sejak di Semarang, beberapa kali saya nilik beliau. Saya melihat beliau itu kuat dalam berjuang. Perawatan di rumah sakit cukup lama ia jalani. Beliau terkena stroke ketika masih bertugas di Paroki Kampung Sawah, Bekasi. Lalu sempat dirawat di Sint Carolus, Jakarta. Setelah itu, dipindah ke Elisabeth. Pertimbangannya ketika itu adalah kami berharap Romo Tanto sembuh, kemudian memasuki masa purnakaryanya di Wisma Emmaus Girisonta, Ungaran.
Suatu kali, saya menemani Romo Provinsial menjenguk beliau di ICU. Lalu Romo Provinsial bernyanyi di telinga beliau. Saya melihat matanya berbinar dan tersenyum. Tersemangati ya. Dulu pernah, saya ke rumah sakit karena dikabari kondisinya drop, ketika sudah lumayan pulih, saya menyapa beliau dengan berbisik di telinga, matanya langsung berbinar-binar dan tersenyum.
Bagaimana subangsih dari Romo Tanto bagi Serikat Jesus?
Saya rasa tidak hanya bagi Serikat, tapi untuk Gereja sangat besar. Bahkan untuk jemaat Kristen. Kemarin, kami mendapat surat dari Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta (STFT Jakarta). Di dalam surat tersebut mereka mengucapkan berbela sungkawa dan terima kasih atas peran Romo Tanto sebagai Pencipta syair dan lagu Mars STFT Jakarta yang berjudul :”Jadikan Kami Tangan-Mu”.
Sebagai seorang Jesuit, ia tekun dalam bermusik dan juga sebagai pribadi yang memberikan contoh bagaimana seseorang menghayati panggilannya. Beliau diberikan karunia menciptakan lagu kemudian mengarahkan umat, khususnya generasi muda untuk berdoa dan mengenal Tuhan. Inilah cara beliau menghayati panggilannya dan menghayati misi SJ yakni memperkenalkan orang kepada Tuhan.
Menurut Romo, apa yang bisa kita teladani dari sosok Romo Tanto?
Komitmen mendidik. Serikat mempunyai banyak karya pendidikan formal. Romo Tanti turut mengembangkan dalam pendidikan nonformal. Beliau menggunakan bakat yang ia punya untuk mendidik anak-anak. Romo Tanto sebagai seorang guru musik, menerjemahkan dengan melatih anak-anak tanpa dipungut biaya. Apa yang ia terima secara cuma-cuma dari Tuhan, ia berikan juga cuma-cuma kepada orang lain.
Beliau dikenal baik dalam menciptakan sebuah lagu. Saya sempat ngobrol dengan seorang biarawati yang dulunya anggota Paduan Suara Ascensio. Kami merasa terkesan bagaimana beliau dapat melatih anak-anak. Ekspresi doa yang diajarkan oleh beliau adalah bernyanyi. Sebagaimana kita sering dengar ungkapan Menyanyi adalah dua kali berdoa.Saya yakin mereka pun tidak hanya diajari baca not, tetapi diajari untuk mengenal Tuhan dan mengekspresikan cintanya di dalam sebuah nyanyian.
HIDUP, Edisi No. 13, Tahun ke-76, Minggu, 27 Maret 2022