HIDUPKATOLIK.COM – Pekan V Prapasakah. Bil.21:4-9; Mzm. 102:2-3, 16-18, 19-20; Yoh.8:21-30
ULAR sering disimbolkan sebagai hal jahat. Iblis di Taman Firdaus dan di kitab Wahyu tampil dalam bentuk ular. Istilah ular pun dipakai Yesus untuk melukiskan kelicinan. Namun, di padang gurun dalam perjalanan ke Edom, ular tembaga yang ditinggikan justru menjadi simbol penyelamatan bagi orang-orang Israel yang terpagut ular tedung. Posisi ditinggikan membuat (patung) ular berdaya sembuh dan memberi kehidupan.
Semasa hidup-Nya, Yesus menjadi bahan perdebatan untuk ahli Taurat, orang Farisi, dan orang Israel. Di pihak kaum elite (ahli Kitab dan orang Farisi) Yesus itu provokator yang mengajar praktik yang mengacaukan iman Yahudi. Namun di kalangan orang Israel jelata, sosok Yesus sering tampil sebagai pembeda yang memberi harapan dan menyelamatkan. Pertentangan ini disadari Yesus, karena banyak orang belum mengenal siapa diri-Nya yang sesungguhnya. Karena itu Ia menubuatkan, pada saat Ia ditinggikan (baca: disalibkan) barulah orang banyak akan mengenal siapa diri-Nya dan Bapa yang mengutus-Nya.
Peninggian dalam hidup iman kristiani ialah pengurbanan dalam kasih. Melalui ular tembaga yang ditinggikan dan Yesus yang ditinggikan di salib untuk menaati kehendak Bapa-Nya, keselamatan mengalir kepada semua orang yang beriman kepada Yesus, yang mengenal dan mengakui-Nya sebagai Anak Allah. Mengenal Yesus berarti berkurban melayani sesama dalam kasih. Sesederhana itu!
Pastor Paulus Toni Tantiono, OFMCap Dosen Kitab Suci STT Pastor Bonus, Pontianak, Kalimantan Barat