HIDUPKATOLIK.COM – Tim Solidaritas Kemanusiaan Keuskupan Malang (TSKKM) bersama Caritas Indonesia (KARINA-KWI) telah melakukan kegiatan Tanggap Darurat sejak hari pertama terjadinya bencana akibat Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru, 4 Desember 2021.
Setelah melewati masa krisis, sampai saat ini TSKKM bersama Jaringan Nasional Caritas Indonesia masih melaksanakan program transisi menuju pemulihan untuk menemani warga terdampak, terutama yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana I.
Pada tanggal 14 Maret 2022 yang lalu, saat berkunjung ke Paroki Maria Diangkat ke Surga, di Tumpang, Malang, yang menjadi salah satu pos logistik kemanusiaan, Uskup Malang, Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan, OCarm, juga mengunjungi beberapa titik lokasi pelaksanaan program kemanusiaan di kaki Gunung Semeru dan bertemu dengan para staf serta relawan yang berada di kantor program di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Didampingi oleh Direktur TSKKM, Romo Agustinus Maryanto, OCarm, Program Manager, Br. Marcus Pantja Anugrah Putra, OCarm, Frans Tri Wahyu Krisdianto, selaku Koordinator Program melaporkan kepada Uskup sejumlah capaian dan perkembangan situasi terkini pelaksanaan program kemanusiaan di 2 desa yang menjadi fokus penemanan, yakni Desa Supiturang dan Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo.
Total jumlah penerima manfaat dari kedua desa tersebut adalah 893 jiwa, terdiri dari 461 laki-laki dan 432 perempuan, termasuk di dalamnya adalah 539 orang usia dewasa, 141 lansia, 198 anak-anak dan 19 bayi di bawah usia 2 tahun. Mereka tersebar di RT. 12, RT. 13 dan RT. 14 Dusun Sumbersari, Desa Supiturang dan RT. 03 Dusun Kebonan, Desa Oro-oro Ombo.
Dengan serapan dana yang telah mencapai 90%, berbagai kegiatan yang telah terlaksana di antaranya adalah, rekondisi 15 titik sumber mata air di Desa Supiturang, pendidikan kesiapsiagaan bencana di SD 02 Supiturang, pendampingan psikososial, distribusi penjernih air dan penampung air untuk 200 KK, pembangunan jalur evakuasi dan Tempat Evakuasi Sementara (TES) yang diprioritas untuk kelompok rentan (anak-anak dan lansia) di Dusun Kebonan, Desa Oro-oro Ombo.
Selain menemani masyarakat lokal untuk memperjelas jalur evakuasi mandiri, TSKKM juga mendukung pembangunan 7 unit pos pantau aktifitas Gunung Semeru yang sekaligus bisa berfungsi sebagai pengarah bagi warga di jalur evakuasi.
“Beberapa seri kegiatan lain masih terus berlangsung saat ini, seperti distribusi tas siaga bencana, pemeriksaan kesehatan bekerjasama dengan Rumah Sakit Sumber Sentosa, workshop kesiapsiagaan bencana di Desa Supiturang, distibusi paket makanan sehat, pembuatan rambu dan peta evakuasi mandiri, distribusi perlengkapan tidur dan masak, serta penemanan warga untuk memanfaatkan sumber pangan lokal seperti jagung, labu dan jantung pisang,” kata F.X. Tri Wahyu Krisdianto, Koordinator Program yang akrab dipanggil Franz.
“Yang terakhir ini dilakukan dengan pendampingan khusus oleh seorang ahli gizi dari RS. Sumber Sentosa, Tumpang,” tambah Franz.
Mendengar laporan itu, Uskup meneguhkan semangat para staf dan relawan dengan mengatakan bahwa Keuskupan Malang sangat mendukung pelayanan kemanusiaan yang menampilkan wajah Gereja dan bahagia karena kehadiran dan pelayanan TSKMM bersama Caritas Indonesia, diterima oleh masyarakat.
“Untuk kerja-kerja kemanusiaan seperti ini, kita harus cepat dan all-out,” tegas Bapa Uskup saat meninjau jalur evakuasi dan lokasi pembangunan shelter prirotas untuk kelompok rentan.
Dengan sumberdaya yang dimiliki masing-masing Keuskupan, termasuk infrastruktur pendukungnya dan struktur yang ada mulai dari tingkat Keuskupan hingga Paroki, Gereja memiliki kelebihan yang unik untuk mengupayakan akses bantuan bagi masyarakat dalam mengurangi risiko, menyelamatkan nyawa, dan membangun kembali komunitas hingga di tingkat akar rumput.
Sumber Caritas Indonesia