HIDUPKATOLIK.COM – MEMASUKI pertengahan Maret lalu situasi pandemi varian Omicron menunjukkan gejala penurunan kasus positif secara berangsur-angsur. Tentu saja hal ini merupakan kabar yang melegakan kita semua, tanpa kecuali.
Harapannya penurunan akan terus berlanjut seiring dengan upaya dari semua pihak untuk terus mengikuti protokol kesehatan secara ketat dan vaksinasi yang terus dilakukan. Karena hanya dengan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, peduli pada sesama yang terdekat dan terjauh, pandemi yang telah memorakporandakan kita selama dua tahun ini dapat kita atasi dengan baik.
Jika pada waktunya nanti pemerintah kita dan juga Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization, WHO) mencabut status kedaruratan pandemi ini menjadi endemi, tak hanya pemerintah dan aparaturnya yang perlu mempersiapkan secara matang agar masyarakat benar-benar siap menghadapi situasi normal baru ini.
Kalangan masyarakat sipil (madani) pun perlu berkolaborasi dengan semua pihak. Tahapan-tahapan perlu diikuti secara baik sebagaimana kita menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin yang ketat.
Mengingat masih ada warga yang mungkin belum divaksin (di pelosok-pelosok), atau baru vaksin yang pertama, mereka perlu didorong untuk segera mengikuti vaksin yang kedua, begitu juga warga yang sudah mendapat vaksin kedua, juga sesegera mungkin (susuai waktu) mendapatkan vaksin ketiga (booster).
Hanya dengan demikian, daya tahan kolektif kita akan semakin kuat untuk membentengi masyarakat secara bersama-sama. Euferoia berlebihan perlu dingatkan atau dihindari. Mengingat semua pihak telah merindukan keadaan normal kembali. Mengenakan masker menjadi salah satu alat pelindung yang masih tetap akan diperlukan dalam masa endemi nanti.
Para tokoh masyarakat, khususnya tokoh agama pada levelnya masing-masing, pada masa-masa transisi ini memegang peran menentukan.
Terus mengigatkan umat untuk menjalankan ‘kebiasaan baru’ mencuci tangan, menjaga jarak, mengenakan masker, menghindari kerumuman masih perlu disampaikan.
Kita perlu mengapresiasi kerja keras setiap gugus tugas di setiap peribadatan di gereja-gereja. Kedisiplinan mereka dalam memeriksa setiap umat yang masuk ke gereja dengan mengecek suhu, dan lain-lain ampuh dan efektif dalam mencegah penularan di lingkungan gereja selama ini.
Menghadapi situasi normal baru yang akan ditentukan pemerintah pada waktunya nanti, sekali lagi, perlu mempersiapkan masyarakat ataupun umat. Khusus untuk umat Katolik, momen Masa Prapaskan ini menjadi kesempatan untuk mengasah ketajaman hati dan pikiran, menahan diri terhadap kecenderungan berlebihan alias abai terhadap kebiasaan baik yang selama ini dijalankan.
Umat Katolik harus terus menjadi garam dan terang, teladan serta panutan di tengah masyarakat lingkungan masing-masing.
Situasi yang kian membaik ini pantas kita syukuri. Kita mampu beradaptasi dalam situasi yang menakutkan kita selama dua tahu terakhir ini. Titik krusial mungkin masih terlalu dini untuk kita nyatakan telah berlalu.
Sikap kehati-hatian, kewaspadaan tetap dinomorsatukan.
HIDUP, Edisi No. 11, Tahun ke-76, Minggu, 13 Maret 2022