HIDUPKATOLIK.COM – SAAT tulisan ini kami sajikan, secara nasional, penambahan kasus positif Covid-19 mencapai 46.834 pada gelombang ketiga ini. Karena itu, pemerintah telah menerapkan kembali pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3. Peningkatan kasus itu tentu saja mengkhawatirkan kita semua.
Pemerintah tentu saja perlu mengambil langkah-langkah yang tegas dan antisipatif agar tidak terjadi peningkatan yang signifikan lagi. Mengingat pada gelombang dua, angka tertinggi mencapai 56.757 bulan Juli 2021. Harapan kita semua, angka di atas tak lagi menaik, malainkan melandai agar kita semua dapat beraktifitas seperti sedia kala.
Namun, harapan itu akan tercapai bilamana kita semua, tanpa kecuali mematuhi protokol kesehatan yang sudah kita jalankan selama ini sehingga Indonesia dapat keluar dari zona merah alias membahayakan tahun lalu. Kita juga mendapat pujian dari negara-negara lain sebagai salah satu negara yang dapat mengatasi pandemi yang melanda seluruh dunia.
Memang, sangat disayangkan, ketika varian Delta kian melandai ke titik rendah akhir tahun lalu, muncul varian baru Omicron. Penyebarannya cukup cepat dari satu negara ke negara lain, termasuk Indonesia. Informasi yang beredar di tengah masyarakat tentang varian ini beragam. Seolah varian ini tidak seberbahaya Delta. Akibatnya, masyarakat mulai mengendorkan kedisiplinan terhadap prokes.
Ketika varian Omicron muncul, kita patut bersyukur, sebagian besar warga negara kita sudah mendapatkan vaksinasi pertama pun kedua, bahkan saat ini sedang digencarkan vaksinasi ketiga (booster). Dengan vaksinasi, daya tahan kita secara bersama lebih kuat dibandingkan dengan tahap awal pandemi ini melanda.
Sekali lagi, keberhasilan kita mengatasi varian baru ini, tak bisa kisa tumpukan ke pundak pemerintah. Sejauh ini, pemerintah sudah melakukan langkah-langkah strategis terlepas dari kekukurangan yang masih ada.
Peran serta warga masyarakat, yang tak lain adalah kita, sangat diharapkan. Meningatkan keluarga, sesama di lingkungan RT/RW, kantor atau tempat kita bekerja untuk setia melaksanakan prokes.
Kalau kita setia, kita tak saja melindungi diri sendiri, secara otomatis juga melindungi orang lain di sekitar kita.
Beban (baca: kerugian) negara yang demikian besar untuk menanggulangi pandemi ini jangan sampai terbuang percuma karena ketidakdisiplinan atau sengaja mengabaikannya. Selain itu, dengan kita mengikuti prokes, roda perekonomian juga akan semakin cepat berputar kembali.
Maka, kegiatan-kegiatan yang sifatnya mengundang banyak orang atau kerumuman, hendaknya dihindari. Termasuk kegiatan keagamaan (ibadah). Kalau pun tetap digelar secara tatap muka langsung, petugas prokes harus benar-benar menjaga agar tak ada celah untuk kerumunan. Jaga jarak sangat penting, kenakan masker, cucu tangan, dan lain-lain.
Dilihat dari kacamata orang beriman, dari setiap orang dituntut suatu pengorbanan nyata yang sesungguhnya tak merugikan, dengan taat prokes saja. Tidak ada pilihan lain. Majalah ini mengimbau, mari kita taat prokes dan menahan diri agar kita segera bebas dari pandemi ini.
HIDUP, Edisi No. 08, Tahun ke-76, Minggu, 20 Februari 2022