HIDUPKATOIK.COM – Saya mengenal seorang dokter yang mendedikasikan dirinya kepada orang-orang pedesaan. Ia melayani mereka dengan ketulusan hati. Setiap hari ada begitu banyak orang datang kepadanya. Ketika usianya menginjak tua, ia mulai berbagi pekerjaannya dengan kedua anaknya yang baru saja menjadi dokter.
Ia sudah tidak sanggup melakukan pelayanan itu sendirian, apalagi jarak ke desa itu adalah 34 km. Batinnya kini semakin tenang karena ia dapat bermain dengan cucunya dan orang-orang pedesaan tersebut tetap mendapatkan pelayanan kesehatan.
Semua orang membutuhkan dan menginginkan ketenangan batin. Ketenangan batin adalah kedamaian pikiran dan hati. Ketenangan batin membuat hidup kita nyaman dan indah.
Ketengan batin itu kini semakin lama semakin menjauh dari kita. Banyak dari antara kita telah mengijinkan kegelisahan dan kekuatiran memimpin hidup kita. Akibatnya, setiap hari pikiran dan hati kita dipenuhi dengan berbagai macam keluhan.
Mengeluh tidak akan mengurangi beban hidup kita, tetapi justru akan memperparah keadaan. Mengeluhkan tentang kesulitan justru akan membiarkan stress dan keputusasaan menguasai pikiran dan hati kita. Stress dan keputusasaan akan membutakan kita terhadap hal-hal yang baik yang ada di sekitar kita.
Kemana kita dapat memperoleh ketenangan batin di tengah kehidupan yang sukar dan penuh dengan ketidakpastian ? Allah adalah Sumber Ketenangan batin kita. Karena Allah adalah Sumber Ketenangan batin kita, kita justru harus semakin dekat denganNya ketika beban hidup kita semakin berat.
Kita serahkan segala perkara kita kepadaNya dan Ia akan mengejutkan kita dengan berbagai pertolongan-Nya yang tak pernah kita duga. Batin kita akan menjadi tenang ketika kita mengijinkan Allah melakukan banyak hal dalam hidup kita.
Pendek kata, dekat dengan Allah adalah kunci ketenangan batin kita : “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah” (Makmur 62 : 2 – 3).
Semakin dekat dengan Allah, semakin kita menyadari bahwa
Dia telah memberi kita kemampuan dan Dia mengharapkan kita untuk menggunakannya, sambil tetap percaya kepada-Nya.
Dia juga siap menangani apa pun yang tidak bisa kita tangani. Allah pasti membantu kita untuk dapat melakukan yang terbaik, dan Ia akan mengerjakan apa yang tidak dapat kita kerjakan.
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat 11:28).
Romo Felix Supranto, SS.CC, Pastor Paroki Santa Odilia, Tangerang