HIDUPKATOLIK.COM – BERITA duka datang untuk Gereja Indonesia. Uskup Emeritus Keuskupan Manokwari-Sorong Mgr. F.X. Hadisumarta, O.Carm meninggal dunia. Mgr. Hadi, sapaannya, meninggal dunia pada pukul 03.31, Sabtu, 12 Februari 2022.
Uskup kelahiran 13 Desember 1932 ini meninggal dunia pada usia 89 tahun. Sejak penggembalaannya di Keuskupan Manokwari-Sorong, Mgr. Hadisumarta dikenal dekat dengan umat. Ia sangat terlibat dengan kehidupan umat beriman, dan gemar mengunjungi umat untuk mengenal mereka lebih dekat. Mgr. Hadi juga dikenal memberi warnah dalam pastoral di Keuskupan Manokwari-Sorong dengan adanya komunitas basis gerejawi yang sampai kini menjadi salah satu kekuatan pastoral di Manokwari-Sorong.
Dikutip dari Sajian Utama HIDUP, No. 13 2017 tentang karya pelayanannya, Mgr. Hadi menjelaskan meski sudah menjadi emeritus, perkembangan umat di Keuskupan Manokwari-Sorong tetap menjadi perhatiannya.
“Sampai sekarang masih ada beberapa keluarga yang suka bertanya kabar, minta didoakan, dan juga masih mengajak saya untuk ke Sorong untuk bakar batu, makan papeda. Tapi saya mengatakan hanya bisa mendoakan, tidak bisa makan yang aneh-aneh lagi karena umur,” ceritanya.
Di usia senja, Mgr. Hadi terlihat segar, tetapi ia mengeluh terkait tulang belakangnya. Ia mengatakan, ada tiga ruas tulang belakangnya yang harus dioperasi di Singapura. “Meski ada penyangga tulang belakang, tetapi saya tetap berusaha hadir atau memimpin Misa,” sebutnya lagi.
Hampir 14 tahun, Mgr. Hadisumarta berada di Wisma Karmel Jakarta tetapi ia mengatakan lebih ingin hidup tenang di pedesaan. Ia menyebutkan kota Jakarta terlalu penuh kebisingan, udara yang tidak segar dan membuat semua orang terlihat hidup wajar tetapi tidak sehat.
“Kalau dipikir-pikir, saya ingin hidup tenang dan wajar, tidak terganggu dengan lalu lintas, polusi, dan sebagainya. Di pedalaman Sorong juga mungkin menjadi pilihat menarik,” sebutnya sambil tertawa.
Selama 15 tahun menjadi gembala di Keuskupan Manokwari-Sorong, Mgr. Hadi mengatakan dirinya bahagia bisa memberi diri untuk umat di sana. Setidaknya umat kecil mengajarkan saya untuk merubah pola pikir dan kebiasaan, budaya dan semangat hidup saya.
“Saya selalu memiliki antusiasme dan target tertentu dalam bekerja, tetapi di Manokwari-Sorong saya harus berusaha memahami situasi dan budaya mereka. Hal itu menjadi salah satu cara agar bisa diterima dan dicintai,” katanya.
Pendekatan Humanisme
Uskup yang ditahbiskan 12 Juli 1959 ini menyebutkan orang Papua itu butuh pendekatan humanisme tersendiri. Pendekatan sosio-kultural yang harus terlibat dalam hidup dan memahami mereka. Tidak semua orang pendatang bisa seperti itu, sebab karapkali ada perbedaan budaya membuat semua berjalan sendiri-sendiri.
“Di tengah budaya yang butuh kepastian dan penerimaan, saya berusaha blusukan dan memahami, dekat dengan mereka, bercerita. Meski kadang saya dikritik dan dikatakan macam-macam tetapi itu masukan berharga bagi panggilan saya.”
Lanjutnya, saya katakan hanya pendekatan humanisme, sebuah pendekatan untuk memahami keinginan harapan dan tujuan mereka. Tetapi bukan berarti membiarkan saja sampai mereka bertindak sendiri. Butuh arahan dan dukungan dari kita semua.
Mgr. Hadi telah memberi kesan yang menarik di hati Gereja Papua dan Gereja Indonesia. Kini Tuhan telah memanggilnya untuk menjadi imam dan gembala sejati dalam kerajaan surga.
“Saya selalu berpesan kepada umat Papua bahwa mereka itu istimewa. Meski berbeda dengan yang lain dalam hal fisik tetapi memiliki ciri khas sebagai anak-anak Allah. Ciri khas anak Allah adalah lembut, suka bersahabat, pembawaan tenang, humoris, dan suka menerima perbedaan. Orang Papua rata-rata seperti itu, mereka selalu bersikap manis bagi pendatang dan tidak pernah ingin untuk hidup dalam kekacauan,” ungkap Mgr. Hadi.
Harapnya lagi, “Semoga Gereja di Papua terus berkembang menjadi gereja yang hidup, mandiri, terlibat dalam segala situasi kehidupan umat beriman.”
Rencana ibadat dan upacara terkait Mgr. Hadi:
Sabtu, 12 Februari 2022 (siang hari)
Jenazah akan dibawa ke Aula Gereja MBK
Minggu, 13 Februari 2022 (pukul 12.00)
Ibadat Penutupan Peti
Minggu, 13 Februari 2022 (pukul 17.00)
Ibadat Sore Arwah
Senin, 14 Februari 2022 (pukul 18.00)
Misa Requiem bersama Kardinal
Senin, 14 Februari 2022 (pukul 21.00)
Jenazah akan dibawa ke Malang (Katedral)
Selasa, 15 Februari 2022, pukul 18.00
Ibadat Sore Arwah di Katedral Malang
Kamis, 17 Februari 2022 pukul 09.00
Misa Requiem bersama Bapa Uskup Malang
Kemudian langsung pemakaman di Sukun Malang
Yusti H. Wuarmanuk