HIDUPKATOLIK.COM – Pw St. Skolastika 1 Raj. 11:4-13; Mzm.106:3-4,35-36,37,40; Mrk. 7:24 – 30.
CERITA tentang Raja Salomo berlanjut, bukan lagi soal ketenaran kebijaksanaannya melainkan tuduhan bahwa kini “hatinya tidak sempurna” mengabdi kepada Tuhan. Kasusnya adalah dia mencoba untuk tetap mempertahankan penyembahannya kepada Yahwe, pada saat yang sama dia turut menyembah dewa-dewi dari istri-istrinya.
Poligami Salomo yang tak terkendali dan mengerikan menggelapkan semangatnya yang jernih, membutakan matanya yang tajam, mengubah kebijkasanaannya hingga menjadi tua tanpa martabat, kehormatan, dan ketenangan. Kebijaksanaannya menjadi tidak berarti ketika ia sendiri tidak dapat menguasai dirinya, hati, dan keinginannya. Pengalaman Salomo dapat menjadi pelajaran berarti untuk kita di zaman ini.
Injil berkisah tentang seorang Perempuan Fenisia yang bukan Yahudi, seorang penyembah berhala dan putrinya memiliki roh yang najis. Menurut standar saat itu, dia di diskualifikasi untuk mendekati setiap orang Yahudi yang taat apalagi rabi.
Namun ia datang memohon kepada Yesus, dengan rendah hati dan percaya kepada-Nya. Yesus pun mengabulkan permohonannya dengan menyembuhkan putrinya. Ia pun menemukan kebenaran dan keselamatan di dalam dan melalui Yesus Kristus. Raja Salomo meninggalkan Yahwe, namun perempuan kafir ini menyembah Tuhan dengan seluruh dirinya.
Sr. Grasiana, PRR Doktor Teologi Biblis dari Pontifi cio Univeritas St. Thomas Aquinas Angelicum, Roma