HIDUPKATOLIK.COM – Pekan Biasa V: 1 Raj.8:22 – 23, 27-30; Mzm. 84:3,4,5,10,11; Mrk. 7:1-13
PENGINJIL mengangkat kisah tentang orang – orang Yahudi yang protes terhadap Yesus dan murid-murid-Nya yang tidak melakukan aturan mencuci tangan sebelum makan. Sebuah “Tradisi agama” adalah transmisi adat atau kepercayaan agama dari generasi ke generasi, yang diyakini memiliki otoritas ilahi meski pun tidak terdapat dalam Kitab Suci.
Tradisi keagamaan tidak selalu buruk atau tidak sehat. Tradisi tersebut sering dimulai dengan firman Tuhan. Seseorang melihat suatu prinsip atau kebenaran dalam firman Tuhan dan kemudian menerapkannya. Hanya saja penerapan itu kemudian menjadi tradisi yang dinilai sama atau lebih besar dari firman Tuhan. Bagi Yesus, mengikuti tradisi nenek moyang secara benar adalah mengungkapkannya dengan cinta pada Tuhan dan sesama. Begitu pula yang dilakukan raja Salomon (1 Raj. 8:22-30) ia berdoa memohon perlindungan bagi dirinya dan umatnya.
Jawaban Yesus pada orang-orang Yahudi sangat jelas maksudnya. Murid-murid mengikuti Yesus pertama-tama bukan tentang menjaga sekelompok ritual keagamaan, melainkan memberi perhatian penting pada orang-orang miskin, lapar, sakit, dengan cinta yang
membebaskan. Ajakan Yesus berlaku pula untuk kita pengikut-Nya di zaman ini.
Sr. Grasiana, PRR Doktor Teologi Biblis dari Pontifi cio Univeritas St. Thomas Aquinas Angelicum, Roma