web page hit counter
Selasa, 24 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Menjaga Kepercayaan Pasangan

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – SALAM jumpa Romo. Saya Laura ingin bertanya, apa itu kepercayaan dalam perkawinan dan mengapa penting dalam menjaga kepercayaan? Sikap apa yang harus dibuat dalam menjaga kepercayaan. Pertanyaan ini saya sampaikan terkait dengan beberapa persoalan yang akhir-akhir ini sedang terjadi dalam kehidupan perkawinan kami. Mohon penjelasannya.

Laura, Jakarta

Salam kenal Ibu Laura. Kepercayaan dalam perkawinan merupakan dasar untuk membangun perkawinan yang sehat dan bahagia. Dalam sebuah hubungan yang dibangun atas dasar saling percaya, berlaku sebuah prinsip sederhana, yaitu bersikap jujur satu sama lain. Kata-kata dan tindakan tidak dibayangi oleh tipu daya manipulasi. Pasangan tidak mengorbankan kebutuhan pasangannya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Pasangan tidak memperalat pasangan untuk mengejar tujuannya sendiri. Mengejar tujuan sendiri dengan mengorbankan pasangan merupakan tanda tidak adanya sikap saling percaya. Beberapa aspek berikut perlu diperhatikan untuk menjaga kepercayaan dalam relasi  suami-istri.

Pertama, komitmen total bersamasatu sama lain. Ini merupakan aspek yang sangat penting agar terdapat kepercayaan dalam sebuah hubungan. Komitmen itu harus total, tidak setengah-setengah. Komitmen total, membantu pasangan untuk merasa nyaman secara emosional, merasa didukung dalam hidup dan memiliki kekuatan untuk membangun hubungan yang membahagiakan. Dalam dunia agama, kepercayaan total manusia kepada Tuhan adalah satu-satunya penanda terpenting dari kebahagiaan abadi. Dalam relasi perkawinan, prinsip yang sama berlaku. Kepercayaan pasangan suami-istri satu sama lain adalah satu-satunya jaminan terpenting dari kebahagiaan perkawinan mereka.Kepercayaan mencakup setiap aspek kehidupan suami-istri dalam praksis sehari-hari.

Baca Juga:  Kardinal Suharyo: Tahun Suci 2025, Pembukaan Pintu Suci Hanya Simbol

Kedua, menjadikan perkawinan sebagai prioritas. Meskipun ada tuntutan, misalnya dari anak-anak, kerja, komunitas, atau desakan akan tanggungjawab terhadap keluarga yang lain, relasi suami-istri harus tetap menjadi yang utama. Dan itu berarti menentukan waktu tertentu yang menjadi prioritas untuk melakukan waktu bersama misalnya menyelesaikan sebuah percakapan tanpa terputus bahkan untuk menjaga kehangatan seksual. Termasuk di dalamnya,sikap mengandalkan pasangan dalam mengatasi masalah, sebab selalu ada kekecewaan dan kesulitan yang tidak terhindarkan dalam setiap hubungan.

Ketiga,memiliki kemampuan untuk berempati yaitu menempatkan diri pada posisi orang lain. Empati dalam perkawinan berarti kemampuan untuk memandang sebuah situasi dari sudut pandang pasangan melihatnya. Memang tidak mudah untuk berempati. Tetapi hal itu penting untuk menjaga kepercayaan. Pasangan yang dapat dipercaya menunjukkan kebahagiaan yang sejati terhadap kegembiraan dan kesuksesan pasangan, sekaligus ikut merasakan keprihatinan atas kesedihan, kegagalan bahkan kemunduran pasangan. Dia menghormati dan menerima kecemasan, kemarahan, atau ketakutan pasangannya dan memungkinkan pasangan untuk menjadi dirinya sendiri tanpa menghukum, menilai, menghina, merendahkan bahkan juga terhadap sesuatu yang tidak disetujui. Pasangan yang mengabaikan perasaan, kebutuhan, bahkan ide dari pasangannya mengkianati kepercayaan dalam perkawinan.

Baca Juga:  Betlehem: Identitas Diri bagi “Pastor”, Ancaman untuk “Rex”

Keempat, pasangan suami-istri harus berusaha untuk saling menjaga kepercayaan. Ini menyangkut integritas pribadi pasangan. Efek jangka panjang hidup bersama dengan seseorang yang tidak dapat Anda percayai akan menghancurkan perasaan, suasana hati dan diri Anda sendiri. Ketika seseorang meragukan integritas pasangannya, dia menjadi tidak yakin, tidak aman, cemas, dan bahkan mungkin takut akan keselamatan fisiknya sendiri. Orang tersebut merasa terperangkap, tidak bebas, rentan dan bisa sampai bertindak dengan cara-cara kasar yang makin mendorong pasangan yang sebenarnya dicintai pergi menjauh.

Kelima, keutuhan perkawinan hanya mungkin tercapai berkat kerjasama keduanya.Mungkin kita pernah menyaksikan pasangan yang terguncang rasa sakit dan krisis karena pasangan yang tidak setia. Dalam situasi krisis kepercayaan, keutuhan perkawinan hanya mungkin terjadi berkat kerjasama keduanya. Memang,tidak sedikit pasangan yang akhirnya menyerah pada krisis, tidak mau memperbaiki kepercayaan yang rusak. Padahal, dengan melewati masa krisis itulah, pasangan sebenarnya diberi waktu untuk menyembuhkan luka dan berbagi keintiman. Semoga!

Baca Juga:  Benarkah Misa Natal Saja Belum Cukup?

Silakan kirim pertanyaan Anda ke : [email protected] atau WhatsApp 0813.8757.2077. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda.

Romo Ignas Tari, MSD-Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Banjarmasin/Dok. Pribadi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles