HIDUPKATOLIK.COM – Renungan Minggu, 23 Januari 2022 Hari Minggu Biasa III (Hari Minggu Sabda Allah, Hari Keenam Pekan Doa Sedunia) Neh.8:3-5a, 6-7, 9-11; Mzm.19:8,9,10,15; 1Kor.12:12-30 (panjang) atau 1Kor.12:12-14, 27 (singkat); Luk.1:1-4; 4:14-21
UNTUK pertama kali, Hari Minggu Sabda Allah diadakan pada tanggal 26 Januari 2020. Setahun sebelumnya Paus mengeluarkan Ensiklik “Apperuit Illis” (Membuka Pikiran Mereka) untuk mengerti isi Kitab Suci (Bdk. Luk 24:45) yang dikeluarkan 30 September 2019.
Ensiklik itu dikeluarkan dalam rangka peringatan 1600 tahun wafatnya St. Hieronimus, penerjemah teks Kitab Suci dari Bahasa Ibrani dan Yunani ke Bahasa Latin, selama lebih dari 20 tahun. “Mendengarkan Kitab Suci” menurut Ensiklik itu, tak lain ialah: untuk mewujudkan belas kasih yang merupakan tantangan besar yang ada di hadapan hidup kita.
Sabda Allah sanggup membuka mata kita untuk menemukan jalan untuk berbagi dan bersolidaritas. Dengan begitu, kita dapat keluar dari individualisme yang mengarah pada ketidakpedulian dan apatisme terhadap sesama. Sabda Allah terus-menerus mengingatkan cinta kasih Bapa yang meminta anak-anakNya untuk hidup dalam kasih dan membagikannya kepada orang lain. Memang makna, arti dan peranan Kitab Suci dalam hidup beriman sangat besar dan mendasar, sehingga setiap kali dengan pelbagai cara perlu ditekankan secara terus menerus. Ensiklik, Surat Apostolik, dan pelbagai macam himbauan terus dikumandangkan.
Pada hari Minggu III, 23 Januari 2022 ini, kita mendapat bahan renungan yang sangat menunjang tema tentang Kitab Suci. Dari Perjanjian Lama, Mazmur Tanggapan memuji betapa Sabda Tuhan itu sangat penting untuk kehidupan setiap orang beriman: Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang bersahaja. Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata berseri (Mzm. 19:8-10). St Hieronimus penerjemah Kitab Suci memberi penegasan: “Kitab Suci adalah kitab umat Allah yang ketika mendengarkan sabda-Nya beranjak dari situasi perpecahan dan keterpisahan menuju persatuan. Firman Tuhan menyatukan orang-orang beriman dan menjadikan mereka satu umat.”
Kebiasaan untuk membaca Kitab Suci sampai mengerti dengan jelas isinya ditekankan pada umat Perjanjian Lama dan untuk itu perlu didengarkan dengan penuh perhatian. Barulah kalau sudah mengerti, mereka lalu berlutut dan menyembah Tuhan sampai kepala menyentuh tanah. Tentu mereka yang sudah mengerti dengan jelas mendapatkan sukacita, dan di kalangan umat Perjanjian Baru, kita juga kenal adanya panggilan untuk menjadi pengajar dan rasul yang bertugas menjadi pewarta Sabda Tuhan (1Kor. 12:12-30). Kedatangan pewarta Sabda itu ditunggu-tunggu, karena ia membawa Warta Gembira, atau Injil.
Yesus sendiri menguraikan apa yang menjadi isi dari Warta Gembira itu dalam Injil hari ini (Luk. 4:18-19). “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta; untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang.” Warta gembira inilah yang harus dikongkretkan dalam hidup sehari-hari, kepada orang-orang di sekitar kita. Dengan membaca Kitab Suci dan merenungkannya secara saksama, maka Roh Kudus akan berkarya, membimbing, menunjukkan, dan mendorong kita untuk mengambil tindakan yang tepat dalam membantu sesama.
Tidak ada seorang pun yang tidak dapat membantu sesama. Ada pelbagai cara, sarana dan kemampuan kita untuk membantu mereka. Terutama di masa pandemi, dan adanya musibah dan bencana yang menyebabkan penderitaan. Para pengungsi di pelbagai tempat, karena gunung meletus, banjir, longsor, kebakaran, dan lain-lain. Mereka memerlukan banyak bantuan, sembako, pakaian, obat-obatan sarana-prasarana untuk pendidikan, dan perumahan. Kemampuan untuk menghibur anak-anak, untuk memulihkan trauma, perhatian dan doa-doa, dan sekadar hadir dan memberi senyuman dan simpati. Ini sudah bisa membantu mereka untuk menjadi tabah, optimis, dan semangat menyongsong masa depan. Marilah kita mewujudnyatakan buah-buah Minggu Sabda Allah ini dengan tindakan nyata, yaitu dengan membawa kasih dan kerahiman Tuhan untuk sesama yang menderita.
“Mendengarkan Kitab Suci, tak lain ialah: untuk mewujudkan belas kasih yang merupakan tantangan besar yang ada di hadapan hidup kita.”
HIDUP, Edisi No. 04, Tahun ke-76, Minggu, 23/1/2022