web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI, Pastor Frans Kristi Adi Prasetya: “HOMS” Sweet Home

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Gereja berharap hari orang muda bukanlah pertunjukan kembang api yang menampilkan antusiasme yang berakhir begitu saja, tetapi sebuah ajakan untuk memikul salib Kristus.

DIKASTERI untuk Awam, Keluarga, dan Kehidupan (Dicastery for Laity, Family, and Life), semacam badan yang membantu Paus mengurusi bidang pastoral tertentu yang terbentuk April 2021. Badan ini baru saja menerbitkan Pastoral Guidelines for the Celebration of World Youth Day  in the Particular Churches (Pedoman Pastoral untuk Perayaan Hari Orang Muda Sedunia (HOMS) di Gereja-gereja partikular.

Pedoman Pastoral ini kemudian diterjemahkan oleh Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (Komkep KWI). Dalam terjemahan itu, singkatan WYD tak lagi dipakai. KWI menggunakan singkatan baru, yaitu HOMS. Jika dibaca dalam satu suku kata, akronim HOMS membuat kita mengingat kata ‘rumah’. Apakah Gereja telah menjadi rumah bagi orang muda? Atau sebaliknya, orang muda semakin jauh dan tak menemukan ‘jalan kembali’ ke Gereja sebagai rumah?

HOMS Internasional

Mendengar kata WYD, umat Katolik pada umumnya sudah langsung tahu bahwa yang dimaksud adalah World Youth Day. Lalu biasanya akan muncul pertanyaan, WYD berikutnya diadakan di negara mana? Seperti umat Katolik pada umumnya, saya pun pernah berpikir demikian. Pertama kali mendengar kata WYD, yang muncul di benak adalah selebrasi meriah di kota-kota terpilih, Bapa Suci hadir, dan saya tak pernah hadir karena untuk membayangkan biayanya saja tak sanggup. Mungkin juga, banyak orang-orang muda yang terkendala finansial akan sulit untuk bisa hadir pula dalam perayaan HOMS internasional ini.

Paus Fransiskus berjalan bersama orang muda

Pedoman Pastoral ini menegaskan bahwa HOMS tak hanya tentang HOMS internasional yang selebrasinya dirayakan di negara-negara tertunjuk setiap tiga tahun. Selain HOMS internasional, juga ada HOMS biasa yang (seharusnya) dirayakan setiap tahun di Gereja-gereja partikular dan sampai sebelum pedoman pastoral ini muncul, diadakan setiap Minggu Palma. Dikeluarkannya pedoman pastoral ini mau mengingatkan kembali pentingnya merayakan HOMS di keuskupan. HOMS biasa kemudian dipindahkan ke Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam mulai HOMS ke-36 di tahun 2021 ini.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Selama ini, umat termasuk para pastor, uskup, atau anggota Gereja lainnya mungkin hanya membayangkan bahwa Youth Day (entah World Youth Day, Asian Youth Day, Indonesian Youth Day) itu identik dengan selebrasi berapa tahun sekali, dengan biaya besar, dan acara besar. Padahal dalam sejarah, mulai Paus Yohanes Paulus II, Paus Benediktus XVI, dan sekarang Paus Fransiskus, ingin agar hari orang muda, “bukanlah pertunjukan kembang api” yang menampilkan antusiasme yang berakhir begitu saja..” (Pedoman HOMS, hlm. 4). Tetapi, sebuah ajakan agar Gereja selalu mengingat bahwa “orang muda mengikuti Yesus Kristus, memikul salib-Nya setiap hari.”

Berjalan Bersama

HOMS berawal dari intuisi kenabian St. Yohanes Paulus II. Kepada Dewan Kardinal dan anggota kuria Roma pada perayaan Natal 20 Desember 1985, Paus Yohanes Paulus II mengatakan, “Semua orang muda harus merasa bahwa Gereja peduli pada mereka. Karena itu, layaklah seluruh Gereja pada tingkat dunia, dalam kesatuan dengan Paus sebagai pewaris St. Petrus, menjadi lebih dan semakin berkomitmen pada orang muda, pada keprihatinan dan kekhawatiran mereka, pada aspirasi dan harapan mereka.” Pendeknya, Gereja harus bersifat sinodal (berjalan bersama). Dan, dalam konteks ini berjalan bersama orang muda. Intuisi kenabian ini dilanjutkan oleh Paus-Paus berikutnya hingga sekarang.

Ajakan para Paus kita untuk berjalan bersama orang muda, nampaknya juga menjadi nilai dan makna dari perayaan ini di keuskupan-keuskupan. HOMS yang diselenggarakan di setiap keuskupan memiliki makna dan nilai yang luar biasa, tidak hanya untuk orang muda yang tinggal di daerah tersebut, tetapi juga untuk seluruh Gereja. Makna utama, tentu agar peristiwa iman ini menyentuh semakin banyak orang muda. Nilai dan makna yang lain yang mengikutinya adalah meningkatkan kesadaran Gereja dalam misinya untuk menebarkan iman pada generasi yang lebih muda, meningkatkan kesadaran dan kesediaan Gereja pula untuk mendengar pertanyaan, harapan, dan kesulitan orang muda. Perayaan HOMS di tingkat keuskupan juga pasti akan menjadi lebih kontekstual, untuk orang muda dan bersama orang muda.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Terimalah Kristus!

Paus Fransiskus, pada akhir Perayaan Ekaristi Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, 22 November 2020, menyampaikan perubahan perayaan HOMS biasa dari Minggu Palma ke Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Pernyataan kuncinya seperti ini, “Terimalah Kristus! Sambutlah Dia sebagai Raja dalam dirimu! Dia adalah Raja yang datang untuk menyelamatkan! Tanpa Dia tidak akan ada perdamaian abadi, tidak ada rekonsiliasi batin dan tidak ada rekonsioliasi sejati dengan orang lain! Tanpa Kerajaan-Nya, masyarakat juga akan kehilangan wajah manusiawinya. Tanpa Kerajaan Kristus, semua persaudaraan yang tulus dan semua kedekatan yang apa adanya pada mereka yang menderita akan lenyap”. Paus Fransiskus berharap agar orang muda menyambut Kristus sebagai Raja yang penuh belas kasih.

Perjumpaan orang muda dengan Kristus sebagai Raja ini dirangkai dalam enam landasan HOMS sebagai ‘daging’nya. Enam landasan itu adalah: Pertama, HOMS sebagai peristiwa iman yang bisa diungkapkan dalam Ekaristi, Sakramen Tobat, atau adorasi. Kedua, HOMS sebagai kesempatan untuk mengalami kesatuan yang utuh sebagai Gereja yang sangat mungkin diwujudkan dengan kehadiran uskup, atau pastor paroki yang mau berdialog kasih dengan orang muda. Ketiga, HOMS sebagai pengalaman misioner yang diwujudkan dengan perutusan orang muda untuk peduli dan berbagi para mereka yang miskin, mereka yang sakit, mereka yang membutuhkan. Keempat, HOMS sebagai pengalaman penegasan panggilan dan panggilan pada kekudusan. Kelima, HOMS sebagai pengalaman peziarahan yang bisa diwujudkan pula dengan berkunjung ke tempat-tempat ziarah lokal. Keenam, HOMS sebagai kesempatan untuk membangun persaudaraan manusiawi.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Keterlibatan Orang Muda

Dengan merayakan HOMS, Gereja–kaum awam, kaum religius, keluarga, orang tua, lansia, orang muda, anak-anak–semakin sadar bahwa Gereja punya misi untuk menebarkan iman kepada generasi yang lebih muda. Orang muda pun sadar bahwa mereka subyek dan pemeran utama dalam kehidupan, serta dipanggil untuk berani terlibat. Keterlibatan orang muda itu sangat penting bagi Gereja karena untuk menyentuh mereka yang muda, Gereja perlumenghadirkan orang muda pula agar sebahasa dan sefrekuensi dengan teman-temannya.

Paus Fransiskus telah mengirimkan pesan tahunan untuk HOMS dengan tema: “Berdirilah! Aku menetapkan engkau menjadi saksi tentang sesuatu yang engkau lihat. (bdk Kis. 26:16)”.  Komkep KWI juga telah mensosialisasikan pedoman HOMS ini pada semua Ketua Komkep Keuskupan dan pendamping orang muda. Buku Pedoman Pastoral Perayaan HOMS telah kami sebar lewat para ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan baik salinan cetak, maupun salinan digitalnya. Anda pun bisa menghubungi Komkep KWI jika ingin mendapatkannya.

Semoga perayaan HOMS ini, tak hanya di tahun ini tapi juga di tahun-tahun selanjutnya, menghadirkan ‘rumah’ bagi orang muda. Orang muda dipanggil untuk menerima Kristus dalam hati mereka, makin mencintai Gereja dan menjadi kabar baik bagi banyak orang. Terlibat bersama. Berjalan bersama. Jika ini terjadi, kita boleh berseru dengan penuh kelegaan, “HOMS sweet home.”

HIDUP, Edisi No.2, Tahun ke-76, Minggu, 9 Januari 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles