HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 9 Januari 2022 Pesta Pembaptisan Tuhan Yes.40:1-5, 9-11; Mzm.104:1b-2,3-4,24-25,27-30; Tit.2:11-14, 3:4-7; Luk.3:15-16, 21-22
HARI ini Gereja merayakan Pesta Pembaptisan Tuhan Yesus. Dengan ini Masa Natal berakhir dan kita kembali memasuki Masa Biasa dari Tahun Liturgi Gereja. Dengan pembaptisan oleh Yohanes di Sungai Yordan, Yesus mulai masuk dalam kehidupan publik, tampil di depan umum melaksanakan misi yang Ia terima dari Bapa, yakni mewartakan Kerajaan Allah. Kita merenungkan peristiwa pembaptisan Tuhan sambil memaknai arti pembaptisan kita.
Suara Kasih dari Surga
Ketika Yesus dibaptis di Sungai Yordan terdengar suara dari surga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Luk.3: 22). Suara kasih dari Bapa di surga kepada Yesus sebagai Anak kesayangan dan yang berkenan di hati Bapa. Sekaligus suatu pemakluman dan penegasan kepada orang banyak yang telah lama menantikan dan merindukan kedatangan Al-Masih.
Ketika orang banyak yang datang kepada Yohanes di Sungai Yordan untuk dipermandikan, dengan penuh harapan dan bertanya-tanya dalam hati kalau-kalau Yohanes itu Al-Masih, maka Yohanes menjawab dan berkata kepada mereka, “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Dia yang lebih berkuasa daripadaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Luk.3: 16).
Suara kasih dari surga menjadi jawaban terhadap kerinduan dari umat Israel bahwa Mesias sudah datang, Dia sudah ada. Dia adalah Putera Allah Yang Mahatinggi, Anak yang dikasihi Bapa dan berkenan di hati Bapa.
Suara kasih dari surga adalah kabar sukacita bagi Israel, bagi kita, dan bagi dunia. Nubuat nabi Yesaya tentang sukacita yang dilakukan Allah kepada umat Israel kini terpenuhi di dalam Yesus, Putera kesayangan Bapa. “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya sudah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan Tuhan dua kali lipat karena segala dosanya” (Yes. 40: 1-2).
Meskipun Israel sering tidak setia, melakukan dosa dan pelanggaran, hal itu tidak membatalkan kasih setia Tuhan. Allah tetap mengasihi dan menyayangi umat-Nya. Allah mengampuni dosa dan kesalahan umat-Nya.
Dalam diri Yesus dari Nazaret, Putera kesayangan Bapa, pengampunan dan belas kasih itu diberikan, diterima dan dialami. Suatu kabar sukacita bagi Sion dan bagi semua penduduk kota-kota Yehuda, “Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi. Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut. Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: Lihat itu Allahmu! Lihat, itu Tuhan Allah, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa” (Yes. 40: 9-10). Tangan Allah yang Mahakuasa dan kuat itu hadir di dalam diri Yesus, yang datang untuk menghadirkan kasih Bapa kepada manusia dan dunia. Kasih Bapa yang mengampuni, membebaskan dan menyelamatkan manusia.
Yesus mewartakan kasih Bapa itu melalui hidup dan pelayanan-Nya kepada manusia. Ia mewartakan Injil, kabar baik kepada manusia, kepada semua orang, teristimewa kepada mereka yang miskin dan menderita, kepada orang-orang kecil dan kepada mereka yang tidak atau kurang mendapat perhatian, kepada orang-orang berdosa dan terkucilkan dari masyarakat.
Pelayanan kasih Tuhan kepada semua orang: menyembuhkan orang sakit, memberi makan kepada yang lapar, mengampuni dosa, dan menghidupkan orang mati. Yesus melaksanakan misi pelayanan kasih sampai puncak pada pengorbanan dan wafat di kayu salib. Ia berkata, “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”(Yoh. 15: 13).
Yesus melaksanakan misi cinta kasih Bapa dengan amat sempurna sampai pada menyerahkan nyawa-Nya wafat di kayu salib. Tatkala bergantung di kayu salib saat Ia mau menghembuskan nafas dan menyerahkan Roh-Nya, kita seolah-olah dapat mendengar kembali suara kasih dari surga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepadamulah Aku berkenan” (Luk. 3: 22).
Memaknai Hari Pembaptisan Kita
Santo Paulus dalam suratnya kepada Titus berkata, “Kita diberi-Nya hidup baru berkat pembaptisan dan Roh Kudus yang membaharui kita. Roh Kudus dilimpahkan kepada kita dengan perantaraan Yesus Kristus, Penyelamat kita.
Oleh rahmat Kristus, hubungan kita dengan Allah dipulihkan dan kita menerima warisan kehidupan kekal, sesuai dengan harapan kita” (Tit. 3: 5-7).
Oleh Sakramen Pembaptisan, kita dilahirkan baru di dalam Kristus dan menerima Roh Kudus. Suara kasih surgawi pada saat itu juga disampaikan kepada kita, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Luk. 3: 22).
Dengan Sakramen Pembaptisan, kita lahir baru menjadi anak-anak kesayangan Allah di dalam Kristus. Kita juga menerima misi dari Bapa melalui Yesus dalam kuasa Roh Kudus untuk mewartakan Injil, kabar baik kepada semua orang, terutama kepada mereka yang miskin dan menderita, kepada mereka yang kurang beruntung dan kurang mendapat perhatian dari sesama.
Seperti nasihat rasul Paulus kepada Titus, “Kristus telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik” (Tit. 2: 14). Kita terpanggil untuk rajin berbuat baik bagi sesama. Berbuat kebaikan sebagai wujud cinta kasih kita kepada sesama.
Kita bersyukur oleh pembaptisan kita telah menjadi anak-anak Allah yang dikasihi-Nya. Marilah kita hidup berkenan di hadapan-Nya dengan melakukan kebaikan-kebaikan kepada sesama kita. Mari kita tingkatkan amal baik kita kepada sesama. Kita melakukan semua kebaikan dengan tulus demi cinta kita kepada Tuhan dan sesama. “Setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah” (1 Yoh. 4: 7b). Dan kasih kita akan menjadi sempurna di dalam salib Tuhan.
“Meskipun Israel sering tidak setia, melakukan dosa dan pelanggaran, hal itu tidak membatalkan kasih setia Tuhan.”
HIDUP, Edisi No. 02, Tahun ke-76, Minggu, 9 Januari 2022