HIDUPKATOLIK.COM – Spider-Man: No Way Home merupakan salah satu film yang membuat banyak orang menaruh harapan tinggi terhadap alur cerita yang akan disajikan. Berbagai rumor, spoiler dan hoax bermunculan di sosmed, membuat para penggemar semakin berharap tinggi sebelum perilisan resmi Spiderman 3 ditayangkan di Desember 2021 ini.
Bos Marvel, Kevin Feige, mengingatkan penggemar untuk tetap berhati-hati terhadap harapan mereka sendiri. Ia tidak ingin penggemar kecewa karena sudah terlanjur menggantungkan harapan pada gosip dan rumor yang belum tentu kebenarannya.
Feige mengatakan, “Akan jadi bahaya, saat kau masuk ke dalam “permainan ekspektasi”, agar orang excited dan berharap lebih tentang film yang ditunggu-tunggu, dan menjadi kecewa karena film tidak sesuai dengan yang diharapkannya”
Benar sekali apa yang dikatakan oleh Feige. Seringkali perasaan kecewa muncul saat realita yang terjadi tidak sesuai dengan harapan yang ditanamkan dalam benak secara berlebihan.
Banyak terjadi seorang pribadi menjadi tertekan karena menuntut dirinya sendiri terlalu keras dan melampaui kapasitas, menjadi naik darah saat pasangan atau anak tidak berubah menjadi seperti yang diidamkannya, atau menjadi kecewa karena Tuhan tidak pernah mengabulkan doanya.
Sebenarnya jika dipikir-pikir saya menjadi kecewa terhadap diri sendiri, sesama maupun Tuhan karena “permainan ekspektasi” yang saya buat sendiri dalam pikiran saya.
Permainan Ekspektasi
Beberapa tahun lalu seorang teman menolak ajakan untuk merayakan Natal bersama karena dia sangat kecewa terhadap orang-orang Gereja yang dijumpainya. Kekecewaan yang terus menerus dipupuk selama bertahun-tahun, membuat dia bertekad untuk meninggalkan Gereja. Di Malam Natalnya, alih-alih membalas ucapan Natal, dia melontarkan pertanyaan di wa saya. Pertanyaan yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya, “Apakah kamu yakin Yesus orang Nazaret itu adalah Tuhan ?”
Pertanyaan yang cukup mengelitik saya saat itu. Saya yang hanya seorang Katolik KTP dan pengenalan saya akan Kristus hanya dari dengar-dengaran saja, spoiler dari guru agama “Yesus begini” katanya homili pastor “Yesus begitu”, perintah dari orang tua “pokoknya percaya aja!”
Saat menerima pertanyaan semacam ini di kala itu cukup membuat saya menjadi galau, karena pengenalan saya akan Tuhan masih sangat minim, iman yang timbul dari kata orang, spoiler, hoax, rumor, tidak cukup kuat untuk tidak membuat saya mulai meragukan-Nya dan muncul sebuah pertanyaan lanjutan, “Siapa sebenarnya Tuhan yang saya sembah?”
Saya jadi teringat dengan Yohanes Pembaptis saat di penjara oleh Herodes . Mungkin saja kegalauan dan keraguan yang saya alami, dialami juga oleh Yohanes Pembaptis dan murid-muridnya saat itu, sampai-sampai membuat mereka mempertanyakan kemesiasan Yesus.
Mungkin saat itu Yohanes sudah berbulan-bulan dalam penjara dan sudah banyak kali berdoa, tetapi tidak menemukan satu pun jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya. Yohanes mulai merasa khawatir, “Bagaimana kelanjutan dari pewartaannya tentang Mesias?”, “Siapa yang akan melanjutkannya?”
Dia mendengar berita dari murid-murid yang menjenguk bahwa Yesus melakukan banyak mukzijat di luar sana. Mungkin Yohanes berharap pada Yesus dan bertanya-tanya dalam hatinya “jika Dia sedemikian berkuasanya, mengapa tidak menyelamatkanku”. Mulai timbul suatu keraguan di dalam dirinya dan dia berharap dapat bertanya langsung kepada Yesus.
Yohanes, pembuka jalan bagi Mesias, dan murid-muridnya menjadi kecewa. Ekspektasi terhadap sosok Yesus Sang Mesias dan realita yang dihadapinya tidak sesuai dengan harapan-harapannya, menimbulkan kekecewaan tersendiri dalam diri mereka. Permainan ekspektasi ini kemudian menimbulkan pikiran negatif.
Tetapi hebatnya Yohanes, untuk menepis pikiran negatif dan menemukan jawaban atas keraguan mereka, Yohanes meminta murid-muridnya untuk bertanya langsung kepada Yesus, “Apakah Yesus benar-benar Mesias yang dinanti-nantikan itu?”
Betapa Yohanes Pembaptis, seorang yang terbesar di antara manusia yang dilahirkan perempuan di dunia, dapat menjadi ragu dan kecewa menunjukkan betapa manusia sangat rapuh dan mudah goyah imannya. Adalah sangat wajar jika saya dan teman saya, yang hanya seorang manusia biasa, menjadi ragu, goyah dan bahkan teman saya sampai pada tahap kecewa.
Tanpa Permainan Ekspektasi
Cara Yohanes menepis keragu-raguan tentang Yesus adalah hal yang perlu diteladani. Yohanes segera meminta murid-murid bertanya sendiri secara langsung kepada Yesus. Mereka mengungkapkan dengan jujur keraguan mereka di hadapan Yesus.
Jawaban Yesus adalah sebuah teguran yang juga mengingatkan saya bahwa ikut Yesus pasti akan mengalami banyak hal yang mengecewakan. Tetapi berbahagialah jika tidak berhenti dan tidak berpaling dari Yesus.
Cara Tuhan menegur, memanggil dan menarik seseorang sangat ajaib dan terkadang tidak terpikirkan oleh akal manusia yang sempit. Tuhan menegur saya melalui seorang teman yang sedang menuju fase meninggalkan Gereja. Ajaib Tuhan!
Bermalam-malam pertanyaan “Siapakah Tuhan yang kamu sembah?” terus mengema dipikiran hingga merasuk ke dalam hati, menuntun saya pada sebuah tekad untuk mengenal Kristus lebih dekat melalui Kursus Kitab Suci, kegiatan rohani dan spiritual lainnya.
Dengan mengenal Yesus dan mengimaninya secara personal bahwa pribadi Yesus adalah Tuhan yang tidak akan pernah mengecewakan, membuat saya lebih yakin untuk menggantungkan seluruh hidup saya kedalam penyelengaraan kasih-Nya. Yesus memampukan saya memaknai setiap peristiwa dalam hidup sebagai bagian dari proses kehidupan yang perlu dilalui bersama-Nya.
Setelah minggu lalu kita merenungkan kelahiran Yesus dan memaknainya sebagai Sabda yang menjadi manusia, di detik-detik penghujung tahun ini, mari merenungkan perjalanan 365 hari bersama-Nya, menghitung berkat dan kasih karunia-Nya dengan penuh rasa syukur dan mempersiapkan diri untuk melangkahkan kaki menuju 2022 dengan mengikuti tuntunan-Nya tanpa permainan ekspektasi.
Welcome 2022, be nice!
Fellicia Fenny S, Kontributor