HIDUPKATOLIK.COM – Kini YOUCAT Indonesia punya misionaris (fulltimer) yang akan terus memberikan tenaga, pikiran, dan waktu agar geraknya semakin berdampak.
Selain YOUCAT Foundation yang berpusat di Jerman, YOUCAT telah memiliki beberapa YOUCAT Centre di berbagai negara, seperti: Filipina, Brazil, India, Indonesia, Lebanon (YOUCAT Arabic Foundation), dan Irlandia.
Di Indonesia, base camp YOUCAT berada di Keuskupan Surabaya tepatnya di rumah Sam Ratulangi No.8, satu kompleks dengan base camp PPM (Pelayanan Pastoral Mahasiswa). Rumah yang menjadi kantor tetap YOUCAT Indonesia ini adalah pemberian Uskup Surabaya, Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono.
Dengan hadirnya kantor tetap diharapkan para pengurus, fulltimer, dan Gerakan Relawan Muda (Garda) YOUCAT Indonesia dapat memaksimalkan kinerjanya untuk mewartakan kabar sukacita keselamatan kepada orang muda yang tengah mencari sumber kebenaran sejati yang hadir di dalam Gereja-Nya, Gereja Katolik.
Tidak berhenti memupuk asa, Direktur YOUCAT Indonesia, Romo Yohanes Benny Suwito terus memiliki visi untuk membangun center YOUCAT di tiap keuskupan atau kota agar gerakan ini semakin dapat dirasakan orang muda. “Dengan mengembangkan centre di tiap kota kita dapat mengembangkan YOUCAT bersama-sama dengan Surabaya menjadi model tempat pembelajaran dasar sekaligus pemersatu atau home base YOUCAT di Indonesia,” ungkap Romo Benny.
Cita-cita ini tentu saja harus didukung oleh sumber daya manusia yang mumpuni. Maka dari itu, ia melihat pentingnya YOUCAT memiliki fulltimer agar setiap hari mereka dapat memikirkan YOUCAT secara mendalam dan serius. Para fulltimer ini dapat juga disebut sebagai Misionaris YOUCAT. Hingga kini, YOUCAT Indonesia memiliki empat orang misionaris yang semuanya adalah orang muda. Inilah kisah mereka.
Yang Pertama
Mathilda Indah Maryati atau yang akrab disapa Mathilda, tidak pernah menyangka jika ia akan berkarya di YOUCAT Indonesia. Awalnya ia hanya tahu Buku YOUCAT sebagai buku saja bukan sebuah gerakan.
Informasi mengenai buku YOUCAT sendiri ia dapat ketika masih aktif bekarya di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Oleh sebab itu, ketika ditawari oleh Romo Benny untuk menjadi misionaris YOUCAT, ia berpikir akan bekerja disebuah penerbitan. “Awalnya saya tidak tahu YOUCAT punya gerakan,” akunya.
Kelahiran 3 Maret 1995 ini pun menjadi yang pertama bergabung sebagi misionaris. Asam garam berpindah home base telah ia cicipi dan ia semakin gigih untuk mengembangkan YOUCAT bersama rekannya yang lain.
Berlatar-belakangkan pendidikan keperawatan dan Ketua PMKRI periode 2017-2018, Mathilda dengan lembut mengaku tidak begitu mengerti cara mengembangkan YOUCAT pada mulanya. Perempuan asal Sorong, Papua Barat ini sepanjang hidupnya tidak terlalu paham mengenai katekese.
Kebanyakan Ajaran Sosial Gereja yang termaktub dalam buku DOCAT yang kerap ia diskusikan karena lingkungan organisasinya sebelumnya berkaitan dengan sosial politik kemasyarakatan. Maka baginya, YOUCAT adalah sesuatu yang baru untuk digarap. Tak patah arang, ia pun bertekad membaca YOUCAT dengan lebih saksama.
Kurang lebih dua tahun sudah Mathilda berkarya sebagai misionaris YOUCAT sejak April 2019 dan ini menjadi penyeimbangnya untuk menggali spiritualitas. Dari situ ia pun merefleksikan bahwa mengetahui ajaran iman dan Gereja dengan benar adalah penting bagi kaum muda.
Ia mengaku ketika ada pengenalan program 40 hari Niat Baik, ADVENTure+, Study Group membuatnya semakin yakin bahwa ajaran iman tidak monoton. “Iman kita itu sangat relevan dengan kehidupan orang muda! Itu yang membuat saya senang dan mau terus menjadi misionaris di YOUCAT karena berdampak bukan hanya bagi saya tetapi juga orang lain,” sebutnya.
Spiritualitas pewarta pun kian kuat berkembang di dalam dirinya. Pewarta bagi orang muda menurutnya setiap orang muda yang telah dibaptis menyadari bahwa ia dipanggil untuk mewartakan cinta Tuhan. “Ketika seorang muda sadar bahwa ia dikasihi oleh Tuhan bersama dengan tugas perutusannya, ia akan mampu menjadi pewarta dalam aspek kehidupan sehari-hari sebab ia sadar rahmat Tuhan hadir setiap saat,” terangnya.
Lewat Sakit
Selang sehari dari Mathilda, Ricky Adityanto bergabung. Sebelumnya ia adalah seorang novis Jesuit tahun kedua. Namun akibat kondisi parunya yang tak mendukung, dengan langkah berani penuh pengharapan Ricky meninggalkan impiannya menjadi seorang Imam.
Sempat menganggur beberapa bulan di rumah, ia dihubungi oleh guru organ lamanya yang tak lain adalah Romo Benny. Imam yang juga berasal dari Paroki St. Maria Jombang ini menanyakan apakah anak didiknya ini masih tertarik mendampingi orang muda?
Dengan sigap Ricky menjawab ya!. Sedari dulu ia memang suka mengajar dan mendampingi orang muda. Berbekal kata “ya” itu, ia pergi ke Surabaya menjadi seorang misionaris YOUCAT.
Sejak dari novisiat, kelahiran 26 Januari 1996 ini sudah kenal dengan YOUCAT. Ia membacanya saat akan mengajar OMK. Ia ingin bahasa yang digunakan enak dan mudah dipahami oleh mereka.
Ketika membaca YOUCAT di perpustakaan novisiat, hatinya melonjak kegirangan, kagum. “Ternyata iman itu relevan banget apalagi di novisiat spiritualitas Igantian itu kan pertama-tama tahu bahwa iman bagian dari hidup. Iman itu relevan karena hidup itu imanmu, perjalanan hidupmu,” terangnya. Apalagi setelah tahu YOUCAT memiliki gerakan, tanpa banyak pertimbangan ia mengiyakan.
Semakin mendalami YOUCAT dan mengenal metode YOUCAT know, share, meet, express, hatinya makin terpana. Menurutnya, metode ini tidak cuman mengajak orang muda untuk tahu iman sebagai sekadar pengetahuan tapi dapat disharingkan dari pengalaman hidup. Bagaimana melihat pengetahuan iman hidup di dalam hidupku. Kemudian bertemu dalam doa sebab doa merupakan kekuatan hidup rohani dan terakhir mengekspresikannya karena iman tanpa perbuatan adalah mati. “Bagiku, Study Group itu menarik banget, impianku, karena bisa membawa iman menjadi suatu hal yang dekat dan relevan dengan orang muda,” akunya.
Guna mendukung mutu pendampingan YOUCAT, Romo Benny pun menyekolahkan Ricky di Filsafat Widya Mandala Surabaya. Kini ia tengah menempuh semester tiga.
Merefleksikan perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku, ia sadar bahwa Tuhan mau memberikan yang terbaik pada waktu-Nya. Inilah perjalanan salib, ketika Tuhan memberikan waktu dan kita tetap mau setia berjalan memberikan waktu itu, Tuhan bisa menunjukkan kuasanya pada waktu-Nya yang mungkin lebih indah dari pemikiran kita. “Aku yang sakit paru-paru jika dilihat pada kacamata saat itu, aku gagal jadi Romo, tapi ternyata dibalik itu jika kita memberikan waktu untuk melihat karya Tuhan, ternyata ia memanggilku bergabung bersama YOUCAT untuk memberikan kesaksian bagi banyak orang muda melalui Study Group,” ujarnya penuh sukacita.
Cinta Orang Muda
Malang melintang di dunia orang muda, Willem Leonardus Turpjin mencoba mencari kehendak Tuhan di dalam hidupnya. Berkesempatan menghadiri WYD di Rio tahun 2013, ia terenyuh menyaksikan betapa besar kecintaan orang muda terhadap iman Katolik. “Saya kok jadi kepingin memberikan sesuatu untuk orang muda,” akunya.
Ia pun mulai mencari cara agar bisa mendedikasikan diri untuk orang muda. Kemudian di tahun 2014, ia semakin diteguhkan sebab berkesempatan bertemu dengan Paus Fransiskus saat AYD di Korea Selatan sebagai perwakilan Indonesia dan Asia Tenggara. Sampai akhirnya ia mendapat tawaran untuk ikut YOUDEPRO. Namun sayang, ia tidak bisa menanggapi tawaran itu karena pekerjaan tidak memungkinkan untuk pergi. Nadia pun mewakili Indonesia untuk ke YOUDEPRO.
Meski demikian, ia tetap memberikan waktunya untuk mengembangkan YOUCAT sejak tahun 2015. Ia rela bolak-balik Jakarta-Surabaya untuk berdiskusi bersama membuat Study Guide.
Kelahiran 6 Agustus 1986 ini pun memutuskan untuk bergabung bersama YOUCAT menjadi misionaris sejak November 2019. Ia menjadi misionaris YOUCAT ketiga. “Saya begitu memiliki ikatan emosional dengan YOUCAT. Ia seperti baby boy saya,” ujarnya.
Ia bersyukur bahwa formasi misionaris di tahun ke-6 lebih baik. “Ricky fokus pada Study Group, saya fokus pada formation material development, Siska mengoordinir kami sambil mendampingi Public Relations dan Media Communication, dan Mathilda menjadi sekretaris sekaligus mendampingi teman-teman merchandise,” sebutnya sembari menambahkan betapa kekuatan doa bersama menjadi sumber kekuatan dan inspirasi dalam bekarya.
Pemilik nama baptis Agustinus ini menekankan betapa transformasi Study Group di masa pandemi secara daring bisa menjadi salah satu saluran berkat sebab menarik puluhan OMK dari sekitar 20 keuskupan di seluruh Indonesia. Hal ini mengundang orang muda mempelajari dan memahami imannya dalam kelompok-kelompok kecil, sesuatu yang mengingatkan kita dengan Gereja Perdana dahulu (Lih. Kis. 2:41-47 dan Kis. 4:32-35). “Puji Tuhan, tahun ini ketika program serupa dibuka lagi dalam waktu kurang 16 jam saja kuota pendaftaran harus ditutup,”imbuhnya.
Akhirnya, ia selalu berusaha memacu dirinya agar kian kreatif menghadirkan terobosan yang diperlukan YOUCAT bersama misionaris lainnya.
Pernah Terluka
Misionaris YOUCAT yang paling terakhir bergabung adalah Fransiska Irma Juanita. Kelahiran 10 Juni 1996 ini dipercayakan tugas sebagai Koordinator Umum YOUCAT Indonesia.
Ia memiliki latar belakang pendidikan sebagai katekis dari STKIP Widya Yuwana Madiun. Panggilannya menjadi katekis semakin kuat saat melaksanakan studi.
Ia ingin mengenal imannya secara benar sebab pernah dalam posisi belum bisa membela imannya dengan benar karena ketidaktahuan ajaran Gereja saat di bangku sekolah menengah. Hal ini membuatnya terluka karena kepercayaannya diremehkan.
Selain itu, ia ingin membantu romo di sebuah paroki dan mengurus mereka yang hendak menerima Sakramen Baptis dan Penguatan. Awalnya, ia melamar pada sebuah paroki untuk posisi tersebut tetapi tak kunjung ada jawaban selama enam bulan.
Dalam masa penantian, ia mendapatkan penawaran dari kakak tingkatnya untuk coba melamar ke YOUCAT Indonesia. Sepersekian detik ia sempat bingung karena yang ia tahu YOUCAT hanyalah buku. Namun karena keinginan kuatnya untuk berkembang dan keluar dari zona nyaman, ia pun memberanikan diri untuk menjawab tawaran tersebut. Tak butuh waktu lama, Romo Benny langsung meneleponnya dan meminta kehadirannya di Surabaya. “Jujur saya lumayan kaget karena cepat sekali tanggapannya,” ujar Siska.
Singkat cerita, gadis asal Paroki Santa Maria Blitar ini mulai berdinamika dengan YOUCAT sejak September 2020. Menjadi seorang koordinator diakui Siska merupakan pengalaman baru baginya karena ia tidak memiliki pengalaman berorganisasi, tetapi semangat belajarnya yang tinggi membuatnya terus terpacu membenahi diri.
“Di YOUCAT aku banyak sekali belajar berorganisasi, mengenal tim, menjadi fasilitator Study Group, dan mengenal orang muda dari seluruh Indonesia. Ini kan mengindonesia banget!” serunya.
Ia berharap YOUCAT Indonesia bisa merangkul seluruh orang muda Indonesia dan bisa berkarya bersama.
Berangkat dari pengalaman pribadinya, kehadiran YOUCAT Indonesia ia maknai dalam hal pewartaan bisa membantu menjawab kegundahan orang muda ketika dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai iman Katolik. “Mungkin mereka dulu seperti aku yang tidak tahu apa-apa tentang iman Katolik tetapi melalui pewartaan dan karya yang dilakukan YOUCAT Indonesia semoga bisa menjawab kebutuhan ini,” ujarnya mantap.
Felicia Permata Hanggu/ Karina Chrisyantia
HIDUP, Edisi No. 50 Tahun ke-75, Minggu, 12 Desember 2021