web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Seabad Bruder MTB Mendidik Tanpa Batas

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Menjadi seorang guru berarti terus mengajar dan tidak pernah berhenti memberi inspirasi lewat keteladanan.

KONGREGASI Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) merayakan seabad kehadirannya di Indonesia. Sebagai ungkapan syukur, Perayaan Ekaristi digelar di Gereja St. Yosef, Katedral Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), Sabtu, 13/4/2021.

Dalam Misa syukur, Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus kembali menegaskan prinsip dan spiritualitas para Bruder MTB. Menurutnya, selama seabad, para bruder sudah membuktikan kesetiaan mereka sebagai pendidik generasi muda.

Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus (mengenakan mitra) bersama para imam dan para Bruder MTB yang berkarya di Pontianak, Kalimantan Barat.

Uskup Agung mengenang masa-masa pendidikan di SMP dan SMA dan kehidupan di asrama yang dikelola para Bruder MTB. Ia bercerita, dirinya terkesan dengan seorang bruder Belanda yaitu Bruder Sarto, MTB – guru bahasa Inggris dan olah raga. “Siang hari Bruder Sarto jadi guru, malam hari jadi kawan kami,” cerita Mgr. Agus. “Ketika saya di Belanda pertama kali tahun 1985, saya mencarinya, karena merasa berhutang budi kepadanya,” tambahnya.

Mgr. Agus mengapresiasi karya Bruder MTB di Indonesia, khususnya di Kalbar. Menurutnya fokus pelayanan para bruder di bidang pendidikan membantu “mengeluarkan” potensi anak, sebab pendidikan adalah kunci keberhasilan suatu bangsa. “Ribuan orang muda terbantu berkat Bruder MTB. Mereka berhasil membuka cakrawala melek aksara, menanamkan disiplin hidup, dan martabat Kristiani,” sebutnya lagi.

Misionaris Terakhir

Salah satu saksi sejarah karya para Bruder MTB di Pontianak adalah Bruder Alexandro, MTB. Sekitar 57 tahun lalu, ia diminta Dewan Agung Kongregasi MTB untuk bermisi ke Indonesia. “Hingga saat ini, saya masih setia pada tugas ini. Indonesia menjadi medan misi yang menantang sekaligus rumah saya,” sebutnya.

Ia bercerita, pada akhir tahun 1963, setelah berdoa dan berunding dengan ibu dan keluarga, ia dengan berani mengatakan siap bermisi ke Indonesia. Dirinya tak sendiri, tapi ditemani Bruder Ewald dan Bruder Sarto. “Kala itu sudah 14 tahun tidak ada penambahan bruder dari Belanda, akibat konflik antara pemerintah Indonesia dan Belanda terkait Irian Barat,” cerita Bruder  Alexandro yang Agustus lalu baru saja merayakan 65 tahun hidup membiara.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Bruder Alexandro adalah bruder asal Belanda sekaligus misionaris MTB terakhir di Indonesia. Ia selalu disebut misionaris yang bekerja dalam diam seperti Santo Yusuf. Karya-karyanya menggunung baik segi pembangunan fisik maupun pembangunan manusia. Ia pernah membina asrama putera dengan jumlah 80 anak dari SD-SMP. Soal ini, ia punya pengalaman, “Waktu pertama tiba di Kalbar, anak-anak berbicara dengan bahasa Hokian. Sedangkan saya saja bahasa Indonesia masih kurang apalagi bahasa Hokian,” kisahnya.

Walau begitu, kelahiran 3 Juli 1937 ini tak patah semangat. Ia setia belajar bersama anak-anak dengan segala karakternya. Setiap malam ia menghafal kosa kata bahasa Indonesia dan Hokian, sedangkan siang hari mengajar agama, mengajar cara bertukang, dan cara berdoa. “Dia seorang bruder yang keras dan disiplin, tapi humoris. Dia tak pernah merasa minder ketika minta tolong kepada kami,” ujar Sebastian Huang, mantan murid Bruder Alexandro tahun 1978 di asrama St. Yohanes Bosco, Sanggau.

Menurut Sebastian, Bruder Alexandro seorang yang memiliki keahlian dalam membangun kontruksi bangunan di Kalbar. Buktinya hingga sekarang masih ada beberapa bangunan yang berdiri kokoh, bahkan belum dipugar. “Di balik itu, yang paling mencengangkan adalah pembangunan orang muda Dayak. Darahnya sudah menyatu dengan alam Dayak,” tuturnya.

Empat Nilai

Ketua Yayasan Pendidikan SD Bruder Dahlia, Pontianak, Bruder Bernardinus Sukasta, MTB menjelaskan persekolahan Bruder MTB akan terus setia menyelenggarakan pendidikan formal maupun non formal yang bersifat keagamaan, sosial, dan kemanusiaan. Ada usaha terus menerus untuk memberi pelayanan kepada mereka yang miskin dan lemah, khususnya pembinaan kaum muda yang berkesinambungan dan sesuai arah dan tujuan karya persekolahan bruder MTB.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Partisipasi para bruder dalam pelayanan pendidikan tak lain sebuah usaha mencerdaskan anak bangsa. Dalam karya kerasulan, persekolahan Bruder MTB ingin menjadi “hamba Tuhan demi kemuliaan Allah dan persaudaraan Injili dan dalam semangat kesederhanaan dan kepercayaan, demi menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia”.

Maka ada empat semangat dan keutamaan para bruder yaitu simpliciter (melayani, kerendahan hati, keramahan, dan anti kekerasan); confidenter (bersandar pada Allah, rasa hormat kepada ciptaan, dan transformasi diri); competency (tangguh, kreatif, jujur, bertanggung jawab, dan menjunjung tinggi kebenaran; dan community (persaudaraan egaliter , relasional, komunikatif, dan universal).

“Empat nilai ini menjadi pedoman pendidikan karakter berdasarkan nilai-nilai spiritualitas Bruder MTB dalam mendidik kaum muda. Dan intisari pergulatan hidup para Bruder sejak awal hingga saat ini terus meneladani semangat kehambaan Bunda Maria,” kata Bruder Sukasta.

Seabad karya Bruder MTB di Indonesia telah menorehkan sekolah-sekolah formal sebanyak 18 buah di Singkawang, Pontianak dan Putussibau. Sementara pendidikan nonformal seperti asrama ada di enam tempat yaitu Putussibau, Sekadau, Kualadua, Singkawang, dan Pontianak. Ada dua lembaga kursus di Pati, Jawa Tengah dan di Merauke, Papua.

Pintu Peradaban

Tema perayaan 100 tahun kerasulan para Bruder MTB di Indonesia adalah “Mendidik Tanpa Batas”. Menyoal tema ini, Ketua Panitia Perayaan 100 tahun, Bruder Yohanes Maria Vianney Tri Laksono, MTB menjelaskan bahwa sejak awal berdirinya, Kongregasi Bruder MTB telah didedikasikan pada dunia pendidikan, terutama pada pendidikan kaum muda dengan berpihak pada mereka yang miskin dan tersingkirkan.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

“Tema ini mengajak para bruder untuk menggali kekuatan serta berusaha meneruskan semangat itu, bagi kebaikan sesama dan kemuliaan Tuhan,” jelasnya.

Ia mengatakan, mendidik tanpa batas, artinya keterbukaan diri seorang bruder untuk menanggapi panggilan Tuhan dalam hidup dan karya tanpa ada sekat-sekat pemisah. Kepada mereka yang miskin dan tersingkir, para bruder hadir menjadi teman seperjalan.

Terkait perayaan 100 tahun, Bruder Vianney mengungkapkan pembukaan perayaan tersebut dilaksanakan pada Sabtu, 22 Februari 2020 di kompleks Persekolahan SMP Bruder Jl. Pangeran Diponegoro, Singkawang dan dipuncaki dengan Misa syukur pada esok harinya.

Ada beberapa kegiatan dalam rangka perayaan ini seperti seminar, napak tilas, lomba-lomba, bakti sosial, pameran, pentas seni, dan bazar. Puncak perayaan sudah dilaksanakan pada Agustus 2021 lalu dengan tetap memperhatikan situasi pandemi.

Menanggapi perayaan ini, Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC berharap para bruder tetap menjadi guru yang baik bagi kaum muda. Menjadi seorang guru berarti terus mengajar dan tidak pernah berhenti mengajar. Para siswa tidak membutuhkan guru yang sempurna, tapi seorang guru yang bahagia dengan tugasnya. Para Bruder MTB di Keuskupan Agung Merauke berhasil membuka pintu perdaban dunia kepada masyarakat Papua.

“Tak salah pada Hari Guru Sedunia tanggal 25 November 2021 ini, saya mengucapkan khusus selamat kepada para Bruder MTB, guru sejati bagi kaum muda Papua yang kecil dan sederhana. Mereka telah mengajar melewati batas,” demikian Mgr. Mandagi.

 Yusti H. Wuarmanuk

 HIDUP, Edisi No. 49, Tahun ke-75, Minggu, 5 Desember 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles