web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Sr. Lucia Renjaan, TMM Rayakan 40 Tahun Membiara

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – “Bersyukur atas kualitas hidup mencapai usia 40 Tahun hidup membiara merupakan sebuah anugerah yang luar biasa, tidak terlepas dari kasih kesetiaan Allah yang terselip di dalam kelemahannya dan oleh kemanusiaannya. Dalam diri Sr. Lucia Renjaan TMM, Allah menunjukkan kebesaran-Nya,” ungkap Pastor Aloysius Batmyanik, MSC di Gereja Paroki St.Theresia Buti, Merauke, pada hari Rabu, 8/12/2021 dalam Misa Syukur  40 Tahun Hidup Membiara Sr. Lucia Renjaan, TMM.

Misa dipimpin oleh Pastor Johanes Juenmo Kandam (Sekjen Keuskupan Agung Merauke, KAMe), dengan konsebran, Pastor Aloysius Batmyanik, MSC, Pasto Pius Oematan (Pastor Paroki Buti), dan Pastor Jack Renyaan. Misa ini dihadiri umat, biarawan-biarawati dan keluarga Ngilngof–Kei yang ada di Merauke.

Baca Juga:  PESAN NATAL KWI DAN PGI: “MARILAH SEKARANG KITA PERGI KE BETLEHEM” (LUK 2:15)
Pastor Aloysius Batmyanik, MSC.

Pastor Aloysius mengatakan, beryukur, pertama, karena Allah yang mencintai Sr.Lucia dun bukan hanya saat menjadi suster tapi Allah mencintai sejak dalam kandungan sudah merencanakan Sr.Lucia menjadi hamba dan abdi-Nya untuk menyatakan kasih-Nya kepada manusia. Kedua, lewat orang tua yang sejak kecil  mendidik dan menanamkan nilai-nilai moral, tatakrama hidup yang benar, iman kekatolikan sehingga muncul benih panggilan yang kokoh untuk menjadi seorang biarawati.

“Allah menunjukkan cinta-Nya hingga mendampingi sejak masa formasi sampai matang dalam biara  hingga mencapai usia 40 tahun hidup membiara  sebagai tanda bahwa Allah sungguh setia mencintainya. Oleh karena itu kita bersyukur karena Allah bekerja dalam hidupnya yang taat dan setia,” ungkapnya lagi.

Baca Juga:  Renungan Harian 22 November 2024 “Suara Merdu vs Sumbang”

Dalam sharingnya Sr. Lucia mengatakan, untuk mencapai 40 tahun hidup membiara tidak gampang. Perjalanan penuh lika-liku. Sejak menjalani masa formasi  hingga ikrar kekal dan memasuki medan karya, menurutnya, semua tidak terlepas dari tantangan.

“Sejak kecil ingin jadi suster. Saya dididik dalam keluarga  petani yang sederhana. Sejak usia tiga tahun, saya dibawah asuhan nenek saya. Di sana saya didik dengan sangat keras, pendidikan dulu ketat, karena kakek saya seorang guru agama yang pertama  membawa agama Katolik masuk ke Tanimbar,” paparnya.

Sr. Domitila, TMM

Sementara itu, Sr. Domitila, TMM dalam sambutannya mewakili Pimpinan TMM mengatakan, momen penting ini merupakan sebuah promosi panggilan, karena TMM belum ada satu calon pun dari Merauke padahal sudah cukup lama berkarya di sini. “Ini  merupakan sebuah refleksi bagi para suster. Sejauh mana peran serta dalam melihat dan dalam sikap hidup yang memikat hati para pemudi yang ada di Buti yang merupakan pemilik tanah Marind,” ujarnya.

Baca Juga:  MAJALAH HIDUP EDISI TERBARU, No. 47 TAHUN 2024
Thomas Kimko

Thomas Kimko mewakili Bupati Merauke yang hadir malam itu  berpesan bahwa TMM sudah berbaur dengan masyarakat. “Pesan saya mewakili pemerintah, rekrut dan panggil banyak pemudi asli Marind untuk menjadi suster,” ujarnya.

Laporan Helen Yovita Tael (Merauke)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles