web page hit counter
Minggu, 22 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Perjumpaan yang Mendesak Conforti

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Serikat Misionaris Xaverian memiliki tujuan tunggal dan eksklusif yaitu mewartakan Kabar Gembira Kerajaan Allah kepada orang-orang bukan Kristen.

SECARA khusus Serikat Misonaris Xaverian (SX) mengabdikan diri kepada orang-orang yang diistimewakan dalam Kerajaan Allah, yaitu kaum miskin, tersingkir dari masyarakat dan mereka yang menjadi korban ketidakadilan dan penindasan. Mewartakan Kristus menjadi sumbangsih yang terbaik bagi para Xaverian.

Bagi para Xaverian, panggilan misioner adalah keyakinan bahwa mereka dipanggil dan dihimpun dalam sebuah komunitas guna mempersembahkan diri tanpa syarat pada evangelisasi. Itulah yang menentukan identitas Xaverian; yang membentuk ciri khas dari setiap pribadi Xaverian dan yang menjiwai seluruh karya kerasulan Xaverian.

Xaverian dikhususkan bagi misi. Hal ini bertolak dari 1 Kor. 9:23, “Segala sesuatu aku lakukan karena Injil”. Guido Maria Conforti, bapa pendiri Serikat Xaverian telah merancang serikat yang didirikannya sebagai satu keluarga yang dikhususkan untuk tugas perutusan, lewat penghayatan hidup religius.

Serikat Xaverian meyakini bahwa panggilan itu adalah karya Roh Kudus dan merupakan anugerah yang besar bagi serikat. Panggilan bagi misi juga tampak dalam tiga unsur khas Serikat Xaverian, yaitu, misi ad gentes, ad extra, dan ad vitam.

Misi ad gentes berarti para Xaverian siap pergi ke tempat bangsa-bangsa lain untuk mewartakan Kabar Gembira. Ad ekstra berarti para Xaverian siap keluar dari budaya asalnya untuk mewartakan Kristus kepada budaya lain. Ad vitam berarti para Xaverian siap menyerahkan seluruh hidupnya bagi karya misi di mana pun ia diutus. Hidup religius dan misi menjadi suatu kesatuan yang utuh dalam kehidupan para Xaverian.

Sampai saat ini para Xaverian telah berkarya di empat benua dan di dua puluh negara. Di Benua Asia, para xaverian berkarya di negara Indonesia, Bangladesh, Filipina, Cina, Jepang dan Thailand; Benua Eropa: Spanyol, Italia, Inggris; benua Afrika: Burundi, Chad, Kamerun, Kongo, Mozambik dan Sierra Leone; Benua Amerika: Amazonia Brazil Utara, Amerika Serikat, Brazil Selatan, Kolumbia dan Meksiko. Sampai sekarang para Xaverian dari Indonesia telah banyak berkarya di luar negeri untuk mewartakan Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Dua Moto

          Spiritualitas Serikat Xaverian telah terangkum dalam dua moto pendiri, St. Guido Maria Conforti, yaitu In Omnibus Christus (Kristus di dalam segalanya) dan Caritas Christi Urget Nos (Kasih Kristus mendesak kami). Di dalam kedua spiritualitas itulah para Xaverian menemukan sintesis yang menyatakan pengalaman rohani dan gairah misioner Xaverian. Dengan spiritualitas itu pula para Xaverian terdorong untuk menjadikan dunia satu keluarga. Hal ini sungguh nyata di dalam keluarga Xaverian dan umat yang dilayani di mana para Xaverian berasal dari berbagai suku dan juga dari berbagai negara.

Kedua moto itu lahir dari pengalaman perjumpaan Conforti dengan Kristus yang tersalib. Perjumpaan dengan Kristus yang tersalib telah dimulai ketika ia masih kecil, yang ia temui setiap hari di Gereja St. Maria Ratu Damai, Parma, Italia. “Aku memandang Dia, Ia memandang aku dan Ia mengatakan banyak hal kepadaku,” ujar Conforti melalui pengalaman perjumpaannya bersama Kristus yang tersalib.

Pengalaman iman itulah yang menjadi titik tolak, penggerak, kekuatan dan dasar semangat misionernya. Dari salib itu pula Conforti memperoleh kerendahan hati, kemurnian, kelembutan hati, sikap lepas bebas, dari segala hal duniawi, kepatuhan kepada kehendak Allah, dan lebih-lebih cinta kasih kepada Allah dan sesama.

Kristus adalah Sang Sabda, firman Allah yang tunggal, yang merupakan pusat seluruh sejarah keselamatan. Para Xaverian mencintai, mengenal dan menghayati sabda Allah. Sabda Tuhan adalah kehidupan, cahaya, dan kekuatan. Sabda itu menerangi budi, melatih keutamaan, mempertobatkan dan memurnikan hati. Di dalam Ekaristi, para Xaverian membangun hubungan yang penuh bakti dengan Kritus dan membiarkan diri dibentuk oleh-Nya. Mengenai Ekaristi, Conforti menyampaikan kepada para misionarisnya bahwa Yesus dalam Sakramen Mahakudus menjadi pusat pikiran dan perasaan mereka. Melalui Sakramen Mahakudus, para misionaris menimba kekuatan untuk melanjutkan karya misi. Dengan demikian, Kristus dalam Ekaristi menjadi pusat hidup seorang misionaris dan sasaran kegiatan kerasulan mereka.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Sambil menunjuk Kristus, Conforti menghimbau para misionarisnya untuk selalu memandang Yesus Kristus, model kekudusan yang tiada tara bagi semua, khususnya untuk seorang misionaris. Seorang Xaverian mampu menyelaraskan pikiran, perasaan dan tindakannya yang menunjukkan peran Yesus Kristus di dalam segalanya. Conforti sering menyebutnya sebagai semangat iman yang hidup untuk mencari, melihat dan mencintai Kristus dalam segala hal. Dengan spiritualitas inilah para Xaverian mampu menghayati hidup religiusnya dan juga mampu menghidupi ketiga unsur khas Xaverian (misi ad gentes, ad ekstra dan ad vitam). Dengan demikian, peran sentral Yesus Kristus dalam Serikat Xaverian memampukan mereka untuk mewartakan kasih Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya.

Tahap-tahap Formasi

          Formasi Xaverian tahap pertama dimulai pada masa Tunas Xaverian yang berada di Yogyakarta. Tahap ini dikhusukan bagi mereka yang baru tamat SMA/SMK (non seminari). Tahap ini akan berlangsung selama kurang lebih sembilan bulan. Selama masa tunas ini, para calon akan dibantu untuk menghayati hidup doa dan juga hidup kerja. Selain itu, para calon juga mulai dibantu untuk mengenal Serikat dan karya kerasulannya di berbagai penjuru dunia.

Pastor Gordi, SX (paling kiri) bersama anak-anak Thailand di salah satu sekolah. (Dok SX)

Tahap kedua adalah masa pranovisiat yang berada di Bintaro, Tangerang Selatan. Tahap ini akan dijalani oleh mereka yang baru menyelesaikan masa Tunas Xaverian, telah selesai kuliah dan juga mereka yang baru tamat dari seminari menengah. Masa pranovisiat akan berlangsung selama satu tahun. Ada satu kata yang selalu ditekankan dalam tahap ini yaitu docibilitas (kesiapsediaan untuk dibentuk oleh formator dan juga teman-teman seperjalanan). Pada masa ini para calon dibantu untuk lebih mengenal diri sendiri dan juga motivasi panggilannya.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Masa novisiat merupakan tahap ketiga yang juga berada di Bintaro. Tahap ini akan dijalani oleh mereka yang telah menyelesaikan masa pranovisiat. Masa ini akan berlangsung selam satu tahun. Selain melihat motivasi panggilan lebih dalam, pada masa ini para calon juga akan dibantu untuk lebih mengenal serikat mulai dari konstitusi, karisma dan juga spritualitas. Tahap ini akan ditutup dengan pengikraran kaul pertama.

          Masa skolastikat, sebagai tahap keempat, berada di Wisma Xaverian, Cempaka putih Raya, Jakarta Pusat. Masa ini akan dijalani oleh mereka yang baru menyelesaikan tahun novisiat yang berlangsung selama empat tahun. Pada tahap skolastikat ini para frater akan terjun dalam hidup studi filsafat di STF Driyarkara. Selain itu, para frater juga terlibat dalam berbagai karya kerasulan mulai dari katekumen, mengajar anak SD, dialog antara agama, karya sosial di komunitas Sant Egidio dll.

Para pastor dan frater Xaverian di Wisma Xaverian, Cempaka Putih Raya, Jakarta. (Dok SX)

Masa teologi internasional dalah tahap kelima. Setelah menyelesaikan studi filsafat, para frater akan di kirim ke berbagai negara untuk studi teologi. Sampai saat ini Xaverian memiliki empat tempat untuk studi teologi, yaitu Italia, Kamerun, Filipina, dan Meksiko. Para frater akan menjalani tahun bahasa selama satu tahun sebelum mengikuti kuliah teologi di tempat mereka mendapat perutusan. Setelah menyelesaikan studi teologi, para frater akan ditahbiskan menjadi diakon (tentunya para frater yang sudah kaul kekal). Biasanya tahbisan diakon akan dilaksanakan di tempat para frater studi teologi. Setelah masa diakonat, diakon akan ditahbiskan sebagai imam di negara asalnya dan akan diutus ke negara lain untuk mewartakan Kristus.

Frater Riko Nababan, SX (Skolastikat Xaverian, Jakarta)

HIDUP, Edisi No. 48, Tahun ke-75, Minggu, 28 November 2021  

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles